06 •Diusir•

42 13 2
                                    

"Huhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Huhhh ... huhhh ...." Nafas Karin tak beraturan, keluar masuk dengan sangat cepat. Matanya terpejam beberapa detik. Takut untuk melihat, apakah ia akan mati sekarang karna ditabrak oleh motor BMW yang mengarah cepat ke arahnya. Ataukah ia selamat karna diselamatkan oleh sang superhero seperti halnya di film layar lebar.

"Dek, adek nggak apa-apa?" Seseorang dengan jas Kantor yang rapi, membuyarkan lamunan Karin, membuatnya kembali membuka mata dan berusaha berdiri kembali. Sontak ia terkejut dengan apa yang ia lihat di depannya.

Pengendara motor tadi, jatuh terperenyak di jalanan. Tertidur di jalanan dengan tubuh yang tak berdaya, mata yang tertutup, dan kepala yang sedikit berdarah.

Tubuh Karin membeku. Tak bisa digerakkan kesana kemari. Apa yang harus ia lakukan. Apakah ia akan dipenjara karna menyebabkan kecelakaan ini terjadi. Semoga saja tidak.

Seseorang yang tadi menolong Karin berdiri, langsung menelepon rumah sakit terdekat, berharap pengemudi itu bisa tertolong.

Banyak orang lain yang melihat kejadian itu. Bahkan lalu lintas jalan raya sedikit terhambat karna sepeda dari pengendara itu berada di tengah jalan. Banyak juga para reporter berita yang bergerombolan datang dan langsung melaporkan kejadian itu kepada banyak orang di kota melalui saluran televisi.

Tak lama kemudian, sebuah mobil Ambulans datang. Para perawat turun dari mobil itu dengan membawa tandu. Mengangkat tubuh pengendara itu dan langsung memasukkannya ke dalam Ambulans. Kemudian mobil ambulans itu langsung melesat ke jalanan kota yang ramai, sembari membunyikan sirene khasnya.

Karin menangis. Terjatuh duduk di jalanan. Tapi orang tadi menolongnya, membantunya untuk berdiri lagi dan mendudukannya di sebuah kursi. "Om, apakah aku bersalah atas kejadian ini?" tanya Karin kepada orang yang menolongnya tadi.

"Kamu nggak salah, Dek. Banyak orang yang bilang kamu cuman jatuh karna tertabrak oleh seseorang yang sedang lari. Lalu kamu nggak bisa berdiri dan tetap duduk di situ. Dan itu sudah sangat membuktikan kalau kamu tidak bersalah sama sekali. Kamu hanya nggak sengaja jatuh di situ," jawab orang itu. Lalu duduk di samping Karin. Memberikan sebuah sapu tangan kepadanya sembari tersenyum kecil.

Karin menerima sapu tangan itu dan membalasnya dengan senyuman kecil juga. Tapi senyuman itu tiba-tiba rapuh ketika rasa bersalahnya kembali melintas di dalam benaknya.

"Om, bisa nggak ngantar aku ke rumah sakit tempat orang itu dirawat. Aku pengin melihat keadannya. Dia kayaknya terluka parah. Apalagi dia masih seumuranku. Om, aku bener-bener ngerasa bersalah," ucap Karin sembari meremas-remas sapu tangan yang diberikan oleh orang itu.

"Mmm, Om nggak bisa nganterin kamu kesana, Dek. Soalnya Om harus kembali kerja." Kata itu cukup membuat Karin merasa sedih. "Tapi kalau kamu mau kesana, kamu tinggal ke sana aja sendiri. Nggak jauh kok, Dek, rumah sakitnya. Sebentar, Om tuliskan alamat rumah sakitnya," imbuh orang itu, membuat Karin merasa lega. Lalu ia menulis alamat rumah sakit yang ia maksud.

Secret 1 : The Secret Talent (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang