01 •Cewek Judes•

100 22 4
                                    

Sudah 5 menit Karin duduk di bangku halte bus sembari mengutak-atik ponselnya. Sedari tadi ia terus menunggu bus yang akan datang, tapi tak pernah ada yang lewat satu pun. Waktu sudah menunjukkan bahwa sekolahnya kini sudah memulai kegiatan belajar mengajar.

Karin menghela nafas. Menggendong tasnya erat-erat, lalu berlari sekencang-kencangnya menuju ke sekolahnya. Daripada ia harus terlambat hanya dengan alasan tidak ada bus yang bisa ditumpangi, yang ada para guru malah menambah hukumannya, karna menurut mereka itu adalah alasan yang tidak masuk akal, karna daerah apartemen Karin dekat dengan terminal.

Hari ini adalah hari pertama Karin sebagai kelas XI di SMA Dharma Bhakti. Menjalani semester satu dan menjalani semua hal dari awal itu sangatlah menyenangkan. Itu bagi sebagian orang saja. Terkecuali gadis penyendiri, judes, dan sedikit tidak bisa didekati seperti Karin. Bagi Karin, meskipun sudah berganti tahun, bulan, bahkan abad pun, kehidupannya tetap sama. Membosankan dan terlihat biasa saja.

Akhirnya ia sampai di jalanan dekat sekolah. Karin mempercepat larinya saat ia melihat gerbang hampir ditutup oleh petugas keamanan sekolah. Bukan hanya dia, banyak murid lainnya yang cepat-cepat masuk ke dalam sekolah untuk menghindari hukuman dari guru bagian kedisiplinan, yaitu Pak Jodi.

Karin menghentikan kakinya saat gerbang sudah ditutup terlebih dahulu sebelum ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah. "Pak, pak ... biarin saya masuk dong, Pak. Plisss."

"Kamu tahu, kamu sudah telat berapa kali? hampir setiap hari telat. Satu bulan hampir 20 kali telat. Semenjak kamu kelas 10, kamu selalu mendapat hukuman," seru Pak Jodi sembari membaca kertas lembaran data siswa yang terlambat di tangannya. Lalu ia kembali melanjutkan pidatonya, "kamu tahu, bapak sebagai guru bagian kedisiplinan merasa sangat kecewa pada kamu. Padahal kamu itu murid terpintar disini, tapi kedisiplinanmu sangat kurang."

"Pak ... saya punya alasan pribadi, Pak. Tadi itu nggak ada bus yang lewat di halte. Jadinya—"

"Kamu tinggal dimana? Kamu tinggal di Apartemen Citra Arum, kan? Disana juga banyak terminal, bisa-bisanya kamu tidak menemukan bus disana," potong Pak Jodi sembari menatap lekat muridnya itu. Lalu kembali fokus ke pekerjaannya, yaitu menambah siswa-siswa yang terlambat ke dalam Blacklist sekolah yang nantinya akan diumumkan di akhir bulan saat upacara bendera. Anak yang namanya paling banyak masuk ke dalam Blacklist akan diberi sebuah hadiah yang sangat luar biasa. Hebat bukan?

"Tapi, Pak—"

"Sudah, sekarang kamu pilih. Kamu mau pulang dan tidak ikut pelajaran, lalu besok dihukum dua kali lipat, atau milih masuk ke sekolah tapi dihukum dulu?"

Karin menghela nafas, lalu menjawab dengan percaya diri. "Saya akan memilih pilihan yang kedua. Tapi, hukumannya—"

"Ok, hukuman kamu lari keliling lapangan sebanyak 10 kali. Jika kamu masih tetep tidak mau ataupun mengeluh, bapak tidak akan segan-segan untuk menambah hukuman kamu," ujar Pak Jodi sembari membereskan beberapa barang yang ia bawa.

"Tapi, Pak—"

"Ok, hukuman kamu saya tambah menjadi 15 kali. Mulai dari sekarang!" Pak Jodi mulai meniup peluit yang dikalungkan di lehernya, dan Karin mulai menggerakkan kakinya yang lemas untuk kembali berlari.

Sebenarnya hari ini Karin tidak berniat untuk diet atau semacamnya. Tapi karna ia selalu dihukum seperti ini, mau tidak mau berat badannya pasti akan berkurang. Tidak ada yang bisa mengalahkan Pak Jodi. Apalagi kalau ia sudah menjadi juri di sebuah lomba debat.

🧩🧩

Sudah 6 menit lebih Karin berlari keliling lapangan dengan keringat yang terus bercucuran. Bisa dibilang cukup cepat, karna Pak Jodi terus mengawasi dengan matanya yang selalu tajam.

"Ok, sekarang kamu bisa kembali ke kelas." Akhirnya, kata-kata yang ditunggu Karin keluar. "Bilang apa kalau sudah kena hukuman?"

"Makasih, Pak," jawab Karin malas, "saya permisi dulu, Pak."

Karin berjalan menuju ke lantai 2, dimana kelasnya sekarang berada. Kelas yang terlihat biasa saja di matanya. Suasana yang biasa saja baginya. Tak ada yang spesial meskipun beberapa hal sudah berubah.

Setelah sampai di depan kelasnya, ia langsung masuk tanpa menyapa siapapun disana. Sekarang terdapat jam kosong di kelasnya. Karin selalu tahu kapan akan ada jam kosong dan kapan akan ada jam pelajaran. Apalagi dia adalah ketua kelas, jadi dia dengan mudah selalu tahu segala hal tentang kegiatan belajar mengajar.

Karin duduk di bangkunya, lalu mengeluarkan beberapa buku pelajaran untuk ia pelajari. Terkadang ia menghilangkan rasa bosannya dengan membuka buku pelajaran, tidur di kelas, dan banyak hal lainya. Karna baginya suasana di dalam kelas itu sangatlah membosankan.

"Hai, Karin," sapa seorang cewek yang duduk disampingnya dengan senyum lebar. Tapi yang disapa hanya diam dan tetap fokus dengan kegiatannya.

Segerombolan cewek lalu menghampiri bangku Karin dengan gaya berjalan bak model terkenal. "Hei ketua! Habis dihukum karna terlambat, ya? Ketua kelas kok sering terlambat, sih. Harus diganti nih, ketua kelasnya," ejek salah satu cewek yang memimpin gerombolan itu, lalu diikuti dengan tawa seluruh anak di kelas.

"Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan. Daripada terus ngoceh nggak jelas kayak lo, sok angkuh lagi, jijik gue liatnya," seru Karin dengan wajah datar tanpa menatap lawan bicaranya sama sekali.

Tak tahan dengan lawan bicaranya, cewek itu langsung menarik kerah baju Karin. "Udah pandai ya, ketua kelas kita ngomong kayak pepatah."

"Lepasin gue! Gue nggak suka diganggu orang waktu gue lagi belajar," bentak Karin kesal dengan orang di depannya. Apalagi kini satu kelas sudah melihat ke arah mereka dengan tatapan kasar. Secara paksa Karin melepas genggaman cewek itu dari kerah bajunya. Lalu pergi keluar kelas untuk menghirup udara segar.

🧩🧩

Karin tidak tahu ia harus kemana sekarang. Ia sudah keluar dari kelas tapi hanya mondar-mandir di koridor tanpa tujuan. Sekarang kegiatan belajar mengajar di sekolahnya masih berlangsung. Ia tidak bisa keluar kelas sembarangan atau nanti ia akan terkena hukuman.

"Aaarghhh! Kenapa harus kek gini sih?!" geram Karin sembari mengacak-acak rambutnya. Karna tidak punya tujuan, ia memutuskan untuk ke perpustakaan sampai waktu istirahat tiba.

Ia akhirnya mulai melangkahkan kakinya dengan tujuan yang pasti. Sembari berjalan, ia selalu memikirkan kejadian tadi. Bagaimana bisa ia berkata seolah-olah dia adalah yang terkuat? Sebenarnya ia tidak mau berkata seperti itu. Ia akan lebih memilih diam daripada menjawab dan akan diajak debat. Baginya itu sangat membuang-buang waktu. Tapi cewek tadi sudah keterlaluan, kalau saja ia tidak menjawab, cewek itu bakal tetap mengganggu Karin. Sedangkan Karin benci diganggu.

Karin memasang sepasang earphone di telinganya, lalu memutar lagu kesukaannya yaitu A Thousand Years-Christina Peri. Baginya, lagu melow dan menenangkan, membuatnya bisa kembali tenang setelah marah dan mengeluarkan banyak emosi.

Tiba-tiba, seorang cewek berlari dari arah lain lalu menabrak tubuh Karin dengan keras sampai keduanya terjatuh. Tanpa sengaja cewek itu jatuh di atas tubuh Karin, sehingga tangan mereka saling bersentuhan.

"Hah?! Cewek ini ..."

_____To Be Continued_____

Secret 1 : The Secret Talent (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang