22 •Jalan-jalan•

14 6 0
                                    

Karin terdiam sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karin terdiam sebentar. Kepalanya menatap tanah tempat ia berpijak. Ia ingin sekali menanyakan tentang itu. Tapi ia takut itu akan melukai hati lelaki di sampingnya. Apalagi itu sepertinya punya sangkut paut dengan masa lalunya. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Rasa keingintahuannya besar, namun ia harus berpikir dua kali sebelum benar-benar melontarkan pertanyaan itu.

"Jadi gini." Karin menghela nafas kasar dan memutuskan untuk menanyakannya. "Inget waktu itu nggak? Pas kita terlibat kecelakaan kecil di dekat lampu merah terus lo masuk rumah sakit."

Leon mengangguk pelan menjawab pertanyaan dari Karin.

"Jadi waktu itu gue jenguk lo. Dan lo waktu itu kayaknya tertidur atau pingsan atau apa gue nggak tahu. Nggak sengaja nih tangan kita bersentuhan. Nah—" Karin terhenti seketika. Ia lupa kalau ini menyangkut rahasia dari kemampuannya. Kalau ia menceritakannya secara terang-terangan, maka itu artinya rahasianya tersebar walau hanya dengan Leon.

Karin menatap lelaki di sampingnya sebentar. Lelaki itu menunduk pelan. Entah kenapa pipi lelaki itu memerah sedikit demi sedikit. Ketika ia tersadar kalau Karin melihatnya, ia segera buang muka, pura-pura tidak mendengar perkataan Karin tadi.

"Maksud gue, nggak gitu. Maksudnya, lo jangan salah paham dulu." Baru tahu sesuatu, Karin segera meluruskan ucapannya, mencoba menjelaskannya.

"Ok, lupain itu. Bukan itu yang gue mau tanyain." Karin berpikir sebentar. Bagaimana kalau ia mengarang cerita dimana ia mendengar hal itu dari orang lain. Itu tidak akan melibatkan rahasia tentang kemampuan anehnya bukan.

"Jadi waktu itu gue denger dari orang-orang di sekitar rumah kalau lo itu dulu sering banget kena kekerasan fisik dari bokap lo sendiri. Sampai Tante Indah sama bokap lo cerai. Emang itu benar? Maaf lancang. Mungkin kalau lo cerita sama gue, itu bisa buat lo lega."

Ucapan itu berhasil masuk ke telinga Leon. Berdengung dengan nyaring di telinganya. Otaknya langsung merespon apa yang ia dengar barusan. Diam sebentar. Terdapat jeda dengan suasana canggung diantara keduanya.

Leon yang masih menundukkan kepalanya menatap tanah yang kosong hanya bisa diam dan bingung mau menjawab apa. Sedangkan Karin berkali-kali menyesali perbuatannya itu dalam hatinya. Sesekali mengutuk dirinya sendiri.

Tiba-tiba langkah keduanya terhenti bersamaan ketika melihat caffe yang ramai dengan pengunjung, ada di dekat wilayah rumah mereka. Bahkan mereka sendiri belum tahu kalau disini ada caffe. Mungkin baru dibangun.

"Gimana kalau kita mampir disini dulu?" ajak Karin sembari tersenyum kecil kepada Leon di sampingnya.

Leon membalasnya dengan senyuman juga. Kemudian beranjak menuju ke caffe itu, disusul dengan Karin yang masih memikirkan hal tadi.

Bunyi bel di atas pintu terdengar nyaring. Bergema di tiap sudut caffe. Semua mata menatap kehadiran sepasang remaja bak pasangan yang serasi, tengah berdiri di depan pintu. Kemudian pasangan itu ikut mengantri untuk memesan makanan dan minuman dengan pengunjung lainnya. Dan semua mata kembali ke aktivitas mereka masing-masing.

Secret 1 : The Secret Talent (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang