tw // mention of violence and murder
.
.
Baik itu 10 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu, maupun sekarang— Juyeon tidak pernah berubah.
Hyunjae memandang punggung Juyeon yang sedang membuat kopi panas untuk mereka berdua. Kemeja warna hitamnya kontras dengan kulit Juyeon.
Kebetulan salon sedang sepi, tidak ada pengunjung di siang bolong seperti ini. Mereka memutuskan untuk duduk dan minum kopi di sofa empuk yang tersedia di dalam salon.
Hyunjae melirik Juyeon yang sedang meletakkan dua mug di atas meja kecil di hadapan sofa. Hatinya berdebar walau sudah 10 tahun ia bekerja di salon milik Juyeon, melihatnya hampir setiap hari tidak cukup untuk menjadikan Hyunjae terbiasa dengan paras indahnya.
Jatuh cinta memang membuat hatinya terus berdebar entah sejak berapa tahun yang lalu. Begitu sadar, mata Hyunjae selalu mengikuti Juyeon lalu berdebar sendirian.
Ketika semua manusia bertumbuh dewasa dan menua, dirinya tetap sama.
Hyunjae sendiri sempat tidak percaya. Sampai akhirnya, 10 tahun yang lalu, media terkenal dan terpercaya memberitakan bahwa vampir benarlah ada. Terlebih, pemerintahan turut membenarkan berita yang membuat geger dunia waktu itu.
Di tengah-tengah ributnya dunia, Hyunjae yang waktu itu baru lulus kuliah dan mencari kerja tak kalah terkejutnya begitu tahu pemilik salon tempatnya melamar kerja adalah vampir.
Hidup ini memang aneh sekali, seperti kisah fiksi. Beberapa menerima berita dengan antusias, beberapa mengecam vampir karena mereka butuh darah untuk hidup sehingga mengancam keselamatan manusia.
Waktu itu, Hyunjae sendiri tidak begitu peduli. Pikirnya, ia sendiri tak akan pernah bertemu dengan vampir. Jumlah mereka yang hanya 1:2.000.000 jiwa membuatnya tak acuh— sampai ia bertemu Juyeon.
Sesuai dengan kisah-kisah yang pernah didengar Hyunjae, seluruh vampir memiliki fisik yang tiada tandingannya, tak terkecuali Juyeon.
Kini vampir hidup berdampingan dengan manusia, meminum darah dari hewan atau manusia yang rela mendonorkan darah mereka.
Mungkin itulah guna paras indah para vampir— beberapa manusia tak bisa menolak untuk memberikan darah mereka dengan cuma-cuma. Beberapa hanya karena penasaran bagaimana rasanya gigi taring vampir menembus kulit mereka.
Lagipula manusia tak perlu takut, karena vampir diawasi pemerintah, mereka tak diperkenankan menghisap habis darah pendonor mereka.
Vampir hidup abadi, paras indah mereka tak lekang waktu. Satu-satunya cara agar mereka mati hanyalah dengan memberikan satu dari dua jantung mereka pada manusia yang mereka cintai— lalu mati ketika manusia yang memiliki jantung mereka mati.
Bersedia untuk mati karena cinta yang mendalam.
Terdengar seperti kisah fiksi, namun nyata.
Hyunjae tersadar dari lamunannya. Juyeon sudah hidup lebih dari 400 tahun tanpa pernah memberikan jantungnya pada manusia. Ia melirik Juyeon yang memegang setumpuk kartu remi yang di ambilnya dari atas meja.
"Trik sulap lagi?"
"Iya," Juyeon menjawab dengan singkat. Ia menyuruh Hyunjae untuk mengambil satu kartu, apa saja. Hyunjae menuruti permintaan Juyeon dan mengikuti bagaimana trik sulapnya kini akan berjalan. "Ingat-ingat kartumu, jangan beritahukan aku apa kartu yang kau ambil."
"Oke," Hyunjae menghafal kartu king diamond yang di ambilnya.
"Taruh kembali disini, terserah di mana saja," Juyeon menyodorkan tumpukan kartu remi yang dipegangnya dan melihat ke arah lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/263766223-288-k430301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The B Anniversary Project: Walkin' in Time
Fanfiction"The past should be left in the past. But now you are here, walking in time with us." The B writing project with The Boyz and Hyunjoon Hur.