bxb
.
Pertama kali bertemu Chanhee, Juyeon kira matanya mengelabuinya. Bagi Juyeon yang saat itu bertemu si ketua OSIS saat dia tengah kelelahan sehabis melompati pagar sekolah, dia memang merasa was-was. Takut di tahun pertamanya sebagai anak baru daftar absensinya yang sudah di ambang kehancuran menjadi makin runyam.
“Ngapain?” Tanya Chanhee. Dia sedikit mendongak menatap Juyeon. 10 tahun yang lalu, puncak Chanhee hanya mencapai bahu Juyeon.
“Hah?” Juyeon kelu. Entah karena nafasnya yang tersengal-sengal menyulitkannya untuk berkata-kata, entah karena laki-laki di depannya terlihat sangat... menggemaskan, mengernyit menatapnya melawan sinar mentari jam 8 pagi.
“Kamu baru datang?” Alis Chanhee naik sebelah. Kini tubuhnya menghadap ke arah Juyeon, atensinya penuh kepada si pemuda.
“Kenapa?” Juyeon balik bertanya. Jemarinya menggenggam tali tasnya kuat-kuat. Matanya bergerak ke sekitar, cemas akan kemungkinan gurunya tiba-tiba muncul.
“Jangan lewat situ,” Chanhee menunjuk ke arah kantin sekolah, jalur yang biasa Juyeon lalui saat dia terlambat. “Kecuali kamu mau tertangkap basah terlambat lagi, ada dua guru jaga di sana.”
Mata Juyeon terbelalak mendengarnya. Terkesiap karena dia tidak menyangka orang asing ini membantunya menyelamatkan catatan absensi usangnya. “Serius?”
“Kamu ngga percaya sama aku?” Chanhee bergeser ke kiri, membuka jalan untuk Juyeon lanjut ke arah kantin, “silakan coba, aku ngga tanggung kalau mereka catat nama kamu.”
Juyeon menggeleng kecil, instingnya mendorong si taruna untuk menghindari kantin. Setelah menggumamkan terimakasih, Juyeon berlari meninggalkan Chanhee
***
Andai saja kala itu Juyeon enggan mempercayai Chanhee, mungkin dia sudah dikeluarkan dari sekolah karena absensinya hancur-hancuran. Andai saja kala itu Chanhee tidak berlari keluar dari kelasnya dan buru-buru menghampiri Juyeon, mungkin dia tidak akan mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan kesan di kehidupan Juyeon. Waktu memang lucu, bagaimana ia berperan besar pada kehidupan dua remaja itu.
Lima tahun kemudian, Juyeon bertemu Chanhee di dekat sebuah warung kopi. Tiga pemuda bertubuh besar mengikuti Chanhee, lagaknya mencurigakan. Juyeon bangkit dari kursinya, mengikuti tiga pemuda itu diam-diam. Dia tidak menangkap cukup bukti untuk menghentikan mereka tetapi perasaannya tidak nyaman melihat wajah Chanhee tampak kalut.
Salah satu pemuda itu menyentuh pundak Chanhee, membuatnya terhenti dengan terkejut. Mata Chanhee menatap ke belakang para pemuda tersebut, bertemu dengan mata Juyeon, seakan-akan meminta tolong.
“Ngapain?” Suara Juyeon menghentikan gerakan mereka. Kata itu sama persis dengan kata yang diutarakan Chanhee pertama kali mereka berbincang. Kata itu anehnya membuat Chanhee senyum di dalam hati.
“Temenmu?” Kekeh si pemuda dengan kaus merah. Dia maju ke arah Juyeon.
“Iya,” jawab Juyeon tanpa ragu, “kalian mau apa?”
Tawa ketiga itu mengisi indera pendengaran Juyeon dan Chanhee. Si pemuda dengan kumis tipis mencibir, “dia ada hutang denganku. Kamu mau membantunya?”
![](https://img.wattpad.com/cover/263766223-288-k430301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The B Anniversary Project: Walkin' in Time
Fanfiction"The past should be left in the past. But now you are here, walking in time with us." The B writing project with The Boyz and Hyunjoon Hur.