Prolog

271 45 1
                                    

.
.

.
.
.

Zen Academy.

Bagi orang-orang diluar sana, bisa masuk di Sekolah ini seperti mendapat sebuah tiket keberuntungan. Sekolah yang memiliki banyak keunggulan dari sekolah-sekolah lain. Murid yang ramah, Guru-Guru yang baik hati dan tentu saja fasilitas-fasilitas yang mewah.

Memang tidak ada celah yang membuat Sekolah ini terlihat buruk.

Tapi sebenarnya ada satu rahasia besar, tentang apa yang disembunyikan oleh Sekolah itu.

***

"AAARRRRGGGHHH!!"

"ARRGHH!!"

"AAAAKKKHHHHHHHH!!"

Teriakan demi teriakan memenuhi seluruh isi ruangan. Darah yang bercipratan sana sini membasahi tembok putih dan lantai keramik. Tidak ada yang bisa didengar selain rintihan kesakitan dan teriakan histeris dari mereka.

Bangunan yang terletak ditengah-tengah hutan itu menjadi satu-satunya pemecah keheningan dikesunyian malam.

Satu gadis berhasil mencapai pintu keluar.

Dengan airmata dan darah yang entah miliknya sendiri atau milik orang lain, membasahi seluruh tubuhnya. Gadis itu merangkak keluar berusaha meminta pertolongan.

"Tolong jangan bunuh aku, please aku mohon! Adik aku.. aku punya adik yang lagi nunggu dirumah"

Gadis itu terus menggumamkan permohonannya, berharap sosok yang tengah berjalan pelan dibelakangnya itu mendengarkannya.

Suara geraman terdengar, gadis itu meringkuk menutupi telinganya dengan tubuh bergetar hebat.

Selamat beberapa menit, dia mengernyit. Suara geraman itu terhenti, gadis itu mendongak sambil menatap sekelilingnya. Suasananya mendadak sepi, meski begitu dia tetap waspada.

Gadis itu menangis, memeluk lututnya "Kenapa? Kenapa semuanya jadi kayak gini?"

"Ingin tau?"

Sang gadis terlonjak kuat begitu suara lain menyapa gendang telinganya, dia menatap takut sosok yang berdiri tepat diambang pintu yang baru saja dia lintasi tadi.

Sosok itu seorang Pria.

"S-Siapa?"

"Kamu tidak perlu bertanya siapa aku, yang perlu kamu ketahui adalah kamu tidak akan bisa lari dari sini."

Gadis itu bergeser, menjauh dari Pria yang hanya berdiri diam menatapnya dalam kegelapan.

"Aku.. Aku cuma pengen pulang, tolong biarin aku pulang." Lirihnya

Suara kekehan kecil membuat gadis itu merinding seketika.

"Kamu ingin tau kenapa kamu dan teman-temanmu didalam sana berakhir seperti ini?"

Sang gadis tersentak, dia menatap Pria yang mulai berjalan mendekatinya. Anehnya gadis itu tidak bisa bergerak sedikitpun, dia hanya gemetar dibawah tatapan pria itu.

Hanya beberapa centi saat si pria menunduk untuk memandangnya sambil menyeringai sebelum berbisik serak "Karna kalian sudah ditakdirkan untuk menjadi makananku"

Selanjutnya hanya ada teriakan histeris yang terdengar diiringi kekehan kecil dari sosok itu, hingga akhirnya suasana sekitar kembali sunyi.

Sosok itu kembali terkekeh seraya menjilat jari-jari panjangnya, dia baru saja mengunyah satu bola mata sebagai makanan penutup.

"Hihihi, selamat atas kelulusan kalian."

.
.
.

ANATHEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang