Chapter 5

15 1 0
                                    

.
.
.

Sudah sebulan sejak kematian Vina, luka itu masih membekas tapi mereka sudah bisa menerima. Beberapa murid menganggap bahwa Vina memang bunuh diri tapi sebagian lagi percaya bahwa ada sesuatu dibaliknya.

Tara masih menyimpan jam milik Nana dengan baik, dia belum memberitahu siapapun soal jam itu. Mungkin dia akan mengungkapkannya suatu hari nanti, yah jaga-jaga saja kalau Nana mulai macam-macam padanya.

Selain itu Tara juga masih rutin membaca buku diary milik Divya, tidak ada petunjuk apapun lagi soal kematian temannya, disana Divya hanya menuliskan kesehariannya setelah dituduh menjadi pembunuh, ternyata Nayla dinyatakan meninggal karena insiden kecelakaan didalam gudang.

"Hari ini makan siangnya apa ya?"

Lamunan Tara buyar, dia berpaling pada Alice yang baru saja masuk kedalam ruangan. Oh benar, mereka memiliki common room atau ruang bersama di lantai dasar, ruangan ini disiapkan oleh Mr Kevin khusus untuk murid-murid yang ingin bersantai. Ruangannya sangat luas dengan beberapa sofa set dan sofa bantal, ada juga meja persegi panjang tempat belajar bersama, Televisi, dan perapian serta beberapa fasilitas lainnya.

Ini memang belum seberapa dibanding fasilitas digedung utama tapi ini sudah lebih dari cukup, apalagi ruangan ini khusus untuk mereka, apalagi yang lebih menyenangkan dari itu?

"Yang hari ini jadwalnya masak sama Miss Nale siapa aja? Coba tanya mereka." Kata Tara mengikuti Alice yang berjalan masuk lalu mulai duduk dikarpet berbulu tepat didepannya.

"Bella sama Ken." Ujar Alice lalu cemberut "Tapi Bella nggak mau ngasih tau, emang dasar pelit."

"Moga mereka bikin takoyaki lagi deh, lagi pengen" ucap Siesha berharap

"Pengen sempooooolllll." Tara menyahuti ucapan Siesha

"Sempol mulu anjer, 2 hari lalu bukannya udah dibuatin ya pas jadwalnya Zeron yang masak. Sebaskom lagi, lu doang yang abisin" Siesha mendengus

Alice tertawa keras sementara Tara cengengesan.

"Lo sama Zeron udah baikan emang Rak?" Alice mengubah posisinya jadi tengkurap, dia menopang dagu menatap Tara penasaran.

"Kalau dibilang baikan sih nggak tau ya, soalnya dia masih agak dingin ke gue. Tapi ini udah lebih baik dari pada sebelumnya, seenggaknya dia masih ngerespon tiap gue ajak ngomong, jadi gue nggak ngerasa canggung lagi." Ucap Tara

Siesha menepuk-nepuk pundaknya "Sabar aja, gue yakin nanti juga dia bakal balik kayak dulu."

Alice mengangguk-ngangguk setuju.

"Gue seneng lihat lo yang sekarang, lo udah mulai terbuka dan blak-blakan. Kalau kayak gini, keknya lo udah bisa nonjok si Jenni kek yang dilakuin Siesha dulu." kata Alice menunjukkan cengirannya

Siesha dan Tara saling berpandangan lalu tertawa.

"Kalau hubungan lo sama Gara gimana?" Tanya Tara membuat senyuman Siesha seketika menghilang.

"Guys udah waktunya makan siang." Kata Yuan yang baru saja selesai mengerjakan tugasnya.

Ketiganya mengangguk dan mulai beranjak dari sana. Tapi sebelum itu Tara mencolek Siesha "Nggak dijawab buset."

Siesha menghela nafas lesu "Gue lagi nggak mau bahas Rak, sorry."

***

"Tara ada sempol nih!" Ken yang bertugas membagikan makanan berteriak dari balik meja pantry.

"NICE KEN!" Balas Tara teriak dari antrian belakang sambil mengacungkan jempolnya keatas

"Takoyaki nggak ada, Ken?" Siesha ikut berteriak

ANATHEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang