Chapter 2

106 28 5
                                    

.
.
.

Setelah sesi perkenalan selesai, mereka di ijinkan untuk pergi melihat asrama yang berada disebelah barat. Gedung yang mereka tempati adalah gedung tua, tapi ruang fasilitas yang ada didalamnya sangat lengkap dan juga lingkungan sekitarnya tampak bersih.

Dari info yang mereka dapat, semua fasilitas digedung ini ditanggung oleh Jaegar sendiri. Membayangkannya saja membuat mereka hanya bisa menelan ludah, beberapa murid menyumpahi pemilik sekolah karena sudah membuat orang seperti Jaegar harus berakhir ditempat menyedihkan ini.

"Rak, lo dapat kamar nomor berapa?" Alice bertanya

Tara memperlihatkan kertas hasil undian dikelas tadi "Hehehe, kamar nomor 7"

"Wah, gue 8 nih" Alice memamerkan kertasnya dengan ceria

"Gue 6" sahut Siesha

"Disini ya?" Tara menatap pintu putih yang akan menjadi kamarnya, lalu mendorongnya terbuka.

Kamar itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil plus kamar mandi, jendela diseberang mengarah langsung pada pemandangan hutan dibelakang gedung.

"Keliatannya nyaman ya." Siesha berkomentar saat ikut masuk kedalam melihat-lihat

Alice mengangguk setuju.

"Nah giliran ke kamar gue, yok guys" ajak Siesha

Alice menanggapinya semangat "Ayok"

"Kalian duluan aja, gue mau beres-beresin barang bentar." kata Tara menyeret kopernya yang ia bawa dari lobi tadi.

"Okey."

Tara menatap Alice dan Siesha yang keluar dari kamarnya. Tepat setelah keduanya hilang dibalik tembok, Zeron dan Zyan melintas.

"Eh Ra, jadi kamar lu disini?" Zyan berhenti diambang pintu kamar Tara yang masih terbuka

Tara mengirim senyuman tipis sebagai balasan, sesekali melirik Zeron yang tampak tak peduli meski pemuda itu juga ikut berhenti.

"Kamar gue nomor 16 kalau Zeron nomor 17," Zyan menunjuk dua kamar didepan kamar Siesha dan Alice "Liat, kamarnya pas banget didepan kamar lo, jadi kalau ada apa-apa bilang ke gue ya."

"Makasih Zayn."

"Yaaelah kayak sama siapa aja, lagipula kita bertiga masih sahabatan kan?" Zyan menunjukkan senyuman tulusnya

Tara hanya tersenyum saja menanggapinya, sesekali melirik kearah Zeron untuk melihat ekspresi pemuda itu.

"Yok cabut." ajak Zeron dengan nada datar

"Hm oke" Zyan menyempatkan diri melambai pada Tara "bye bye Ra."

Tara balas melambai ketika Zyan dan Zeron sudah tak terlihat lagi. Dia menghela nafas, sepertinya memperbaiki hubungannya dengan Zeron tidak semudah kelihatannya.

Plak.

"Sakiitt!" Pekik Tara setelah menggeplak kedua pipinya sendiri hingga meninggalkan jejak jari-jari kemerahan disana. "Semangat!"

Sesudah menyimpan pakaiannya dilemari, Tara mulai menyusun buku-bukunya diatas meja belajar. Cukup tenang sampai dia tak sengaja menyenggol buku-buku yang masih tertumpuk disisi meja.

"Duh, bikin kerjaan aja sih." Sambil menggerutu kecil, Tara berjongkok memungut buku-bukunya.

"Diary gue mana ya?" Tara menyapu sekeliling lantai, dia ingat diarynya tergabung dalam tumpukan buku yang jatuh tadi.

Akhirnya dia menunduk mencari ke kolong meja, senyumnya terbit begitu melihat kilauan disana. Itu pasti pantulan dari gembok diarynya. Tara menjulurkan tangan berusaha menjangkaunya, tapi tangannya malah menyentuh sesuatu yang lain.

ANATHEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang