Chapter 6

19 2 0
                                    

.
.
.

3 Desember

Hari ini adalah hari paling gila yang pernah aku alami. Ini pertama kalinya aku nyaksiin sendiri seseorang mati didepan mataku.

"Ada yang mati lagi?" Tara terkejut ketika membaca awal dari lembaran tersebut.

Tara baru saja selesai mengerjakan tugasnya, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 01.20 dia belum mengantuk, untung saja besok sabtu. Jam pertama akan di isi dengan kerja bakti, jadi dia bisa mencuri-curi kesempatan untuk tidur.

Awal mulanya Celsi dan kirana bertengkar hebat diruangan kosong dilantai 3. Aku juga nggak ngerti masalahnya apa dan apa yang aku lakuin disana, aku cuma nemenin Celsi karena dia minta temenin. Setelah nyimak pertengkaran mereka aku jadi tau, ini semua gara-gara cowok. Celsi menuduh Kirana berniat mengambil pacarnya karena Kirana terus menempel pada Abian selama seharian. Tapi Kirana mengelak dan mengatakan bahwa Abian yang mendekat sendiri padanya. Aku agak nggak percaya mereka bisa bertengkar kayak gini, please mereka itu sahabat baik.

"Wah gila, cuma karena cowok pertemanan mereka jadi rusak," Komentar Tara geleng-geleng kepala "Untung gue, Sie sama Alice nggak punya cowok. Kalau pun punya kita nggak akan jadi kayak mereka." ucapnya penuh keyakinan

Entah apa yang terjadi, tapi pertengkaran mereka jadi berlebihan banget. Kirana menendang Celsi saat Celsi tiba-tiba memukul kepala Kirana dengan vas bunga yang ada diatas meja. Aku reflek teriak minta tolong, aku niat mau cari orang buat misahin mereka tapi baru aja aku balik, aku denger suara kirana menjerit keras bersamaan dengan suara kaca yang pecah, suara jeritan Kirana yang awalnya keras terdenger semakin jauh. Aku balik buat liat keadaan Kirana tapi dia nggak ada disana, disana cuma ada Celsi yang membatu dan kaca jendela yang sudah pecah.

Nafasku tercekat, dengan langkah pelan aku deketin Celsi yang terus ngeliat kebawah.

Tara menahan nafasnya, seolah tau apa yang terjadi.

Bener aja. Kirana ada dibawah sana, terbaring penuh darah dengan mata masih melotot kearah kita berdua. Itu adalah kejadian paling menakutkan yang pernah aku lihat.

"Serem banget, dia beneran bunuh temennya sendiri?" Ucap Tara merinding membaca halaman diary tersebut.

Tara berniat untuk membaca lembaran selanjutnya ketika ketukan pintu kamarnya terdengar. Tara diam ditempat, belum beranjak. Siapa yang ketuk pintu tengah malam begini?

"Ini gue Sie. Keluar bentar, Ra."

Tara tadi sempat ketakutan, efek dari membaca diary tadi. Tapi setelah mendengar suara Siesha baru dia bisa bernafas lega. Hei, Tara tidak lebay apa salahnya merasa takut apalagi kejadian tersebut terjadi di gedung ini.

Tak ingin membuat Siesha menunggu, Tara buru-buru membukakan pintu. Dia melihat Siesha berdiri masih mengenakan piyama dengan motif kucing dibalut dengan cardigan.

"Lo belum tidur?" Tanya Tara dibalas gelengan oleh gadis itu.

"Lo mau nemenin gue nggak? Gue janjian sama Nana di rooftop." Ucap Siesha pelan

"Hah jam segini?" Tara memastikan ucapannya

"Gue pengen bahas soal Gara, sekalian juga mau ngomong sesuatu ke dia. Lo ikut aja, temenin gue. Gue ga berani naik keatas sendirian." Kata Siesha memelas

Tara melongok melihat lorong asrama yang sudah sepi dan gelap lalu kembali menatap Siesha "Yaudah tunggu, gue ambil jaket dulu."

Setelah mengambil jaketnya, Tara keluar dari kamar tak lupa mengunci pintunya "Kalau ketahuan Mr Jaegar kita masih berkeliaran jam segini, bisa gosong kita besok." Kata Tara sambil menyalakan senternya

ANATHEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang