Chapter 8

13 2 0
                                    

.
.
.

Tara memandang ke luar jendela bus, selepas badai cuaca hari itu mendung dengan hujan rintik-rintik. Tara menoleh, melihat Siesha sudah tertidur sambil bersandar dibahunya.

Dia melihat sekeliling, teman-temannya juga sudah terlelap. Wajar saja, tidak ada dari mereka yang bisa tidur semalaman. Mereka baru bisa bernafas lega setelah bus meninggalkan sekolah.

Tara mengelus buku diary dipangkuannya, dia perlahan membuka lembaran buku itu dan mulai membacanya perlahan.

10 Februari

Halo, beberapa hari terlewat lagi. Aku baru bisa nulis diary lagi sekarang, banyak yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Singkatnya, kami akhirnya bisa pulang.

Tara tidak kaget lagi membacanya. Sebaliknya, Tara malah semakin penasaran apa yang akan diceritakan Divya diakhir buku diary ini.

Aku sekarang dirumah, walaupun aku tau aku aman tapi gatau kenapa bayang-bayang teman-temanku yang meninggal secara nggak wajar itu terus kepikiran. Itu bikin aku takut dan penasaran, ah iya aku nemuin sesuatu sebelum pergi dari gedung tadi.

Tara mengernyit, dilembaran itu Divya mengambar sesuatu seperti kepingan puzzle bergambar anjing kecil yang lucu.

Lucu kan? Aku nyimpen buat jadi hiasan tas aku, ohiya ibuku udah manggil. Hari ini sampai disini dulu hahaha

Tara menutup bukunya lalu kembali menghadap ke luar jendela. Tanpa terasa bus akhirnya berhenti, Tara berpaling pada Siesha yang masih tertidur.

Baru saja Tara hendak membangunkannya, Gara lebih dulu memberi kode. Akhirnya Tara diam, memperhatikan bagaimana Gara berjongkok disamping bangku Siesha, memperhatikan cewek itu dengan tatapan dalam.

Tanpa sadar Tara tersenyum tipis, Siesha sangat beruntung dicintai sehebat itu oleh Gara Maxime. Kalau itu Gara, Tara tidak perlu khawatir. Dia percaya kalau Gara bisa menjaga Siesha sampai akhir.

"Hah, udah nyampe ya?" Suara serak Siesha terdengar, gadis itu menguap pelan membuat Gara tertawa kecil.

"Yuk."

Cowok itu berdiri, mengulurkan tangannya. Siesha menerima tanpa banyak bertanya, sepertinya masih mengantuk. Mereka berdua turun dari bus.

"Tunggu bentar ya pak, nganter mbak crush dulu." Ucap Gara terkekeh pada bapak sopir didepan disambut sorakan dari teman-temannya dibelakang.

Siesha tidak merespon karena sibuk menguap, gadis itu benar-benar belum sadar sepenuhnya.

"Iya dek." Jawab pak sopirnya tersenyum maklum

"Udah Gar, sono turun kita tungguin kok." Ucap Randy bersiul menggoda, Gara balas nyengir.

Disaat yang lain sibuk melempar ledekan ke Gara, Yatoro hanya membuang muka ke luar jendela. Hal itu hanya di sadari oleh satu orang, yaitu Alice. Gadis itu langsung berhenti tertawa ketika melihat wajah masam yang dipancarkan oleh Yatoro.

"Lo beneran suka ya sama Siesha..."

Alice hanya menunduk memainkan jari-jarinya, tak lagi ikut dalam keseruan teman-temannya.

Sementara itu Gara mengantar Siesha sampai ke depan gerbang rumahnya. Gadis itu kini sudah benar-benar sadar.

"Repot-repot banget sih sampe dianterin turun dari bus." Ucap Siesha

"Gapapa, aku pengen liat kamu terus."

Siesha menggigit bibirnya menahan senyum, entah sejak kapan panggilan lo gue berubah jadi aku kamu. Siesha juga lupa.

ANATHEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang