07. Margon Cliff

34 6 0
                                    


Seorang laki-laki berjalan memasuki bangsal rumah sakit bernama Yuna Narina. Ia duduk, Yuna hanya terdiam mengacuhkan laki-laki tersebut. Sebenarnya ia tidak ingin bertemu dengannya.

"Yuna Narina?" ujar laki-laki melipat kedua tangannya. "Mau apa kau kesini. Apa kau tidak puas melihatku seperti ini?! Bahkan kau membuat Ella meninggal!"

"Sudah kubilang. Aku hanya ingin warisan suami kau, kenapa sangat susah meminta hal tersebut"

"WARISAN ITU UNTUK ELVAR!" serunya kesal ingin menarik kerah Margon. Namun sudah ditahan oleh pengawal Margon.

"B-baiklahh. Jangan sakitin Ale mulai sekarang. Aku mohonn, aku akan kasih warisan. Tapi aku ingin syarat" ujar Yuna membuat Margon bersemangat

"Baiklahhhh. Dimana warisan tersebut. Seketaris! Bawakan pulpen!" teriak Margon sangat senang. Yuna menjulurkan tangannya untuk meminjam pulpen.

"Aduhh kakiku pegel" keluh Ale di dalam lemari bersama Elvar. "Shhttt- kalo ketahuan gara-gara kamu loh yaaa" balasnya dengan suara sangat pelan

"Polisi lama bener dahh. Moa udah telfon belum?"

Elvar mengangguk, mengecup pipi gadis itu seraya ia sabar menunggu polisi datang ke rumah sakit. "Sabar," bisiknya membuat hati Ale berdebar sangat kencang

"Ngapain p-pake c-cium segala sihh" gugupnya tidak ingin menatap mata hijau milik Elvar. "Kamu lucu"

Lagi dan lagi kedua pipi Ale merona karena ucapannya. Aduh, ingin rasanya Ale keluar pergi jauh dari Elvar agar ia bisa teriak.

"Margon Cliff!" seru beberapa polisi menodongkan pistol kearah Margon. "Tuan Margonnn!" seru seketarisnya yang tidak rela jika tuannya di tangkap. "Anda di penjara karena pemaksaan terhadap Yuna Narina dan membunuh Ellasia Givany"

"Ada bukti kah?" tanya Margon santai. "Sudah. Anda bisa berbicara dan memanggil pengacara di kantor. Ikut kami"

"Selamat tinggal, Margon" ujar Elvar yang entah muncul darimana dengan serta senyuman liciknya

"Elvar brengsek!" umpat Margon memberontak dan menghampiri Elvar. "Udah damai sama masa lalu belum nihh?" tanya Ale menggandeng tangan Elvar. "Semoga udah" balasnya

"ELVARRRRR!!!!" panggil Neon terharu dan ingin memeluk Elvar. "Sorry. Gak tertarik sama cowok" Elvar langsung menjorokkan Neon jauh-jauh.

"Hahaha, mampusss!" ledek Thomas sembari tertawa keras. "Cie udah pacaran aja" ujar Derren duduk di taman rumah sakit

"Hehe" Ale terkekeh pelan malu, ia sembunyi di belakang Elvar. "Gak usah malu Le. Selamat ya" ujar Derren mengedipkan mata satunya. "Gak usah goda cewek gue anjir!" sinis Elvar terhadap Derren

"Santee Var. Derren gak laku. Gak tertarik sama cewek katanya" saut Davy menyalakan korek api dan merokok. "Bangsat!" umpat Derren kesal merebut korek di tangan Davy.

Varo
Dateng kesini sendiri.
Kakak mau ngomong sesuatu

Ale
Hah? Apa?

Varo
Dateng aja anjir.

Ale
Y

Ale bergegas menuju kantor dimana Varo magang. Dan ia melihat Margon yang sedang di interogasi oleh beberapa polisi. "Lo disini mantau tuh orang. Bukannya pelaku itu ya" ujar Varo membuka berkas

"Iya. Pelaku yang bunuh Ella. Mantan pacar Elvar" ujar Ale menatap Margon dengan berapi-api. "Yaudah. Lihatin aja, sekalian gue mau pamer, haha"

ELVAROS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang