08. First & Last Meet

30 7 0
                                    


Ale menatap dirinya di kaca merapikan rambutnya kembali sebelum pergi menemui Elvar. Varo melihat adiknya yang sangat rapi, seperti dugaannya pasti ingin menemui pacarnya.

"Kalo nangis jangan ditahan" ujarnya tidak menatap Ale. "Apaan sih. Siapa yang nangis" balas Ale

Ale samar melihat punggung laki-laki di belakang semak-semak tersebut. Ia mendekatinya pelan, bahkan dalam jarak 1 meter wangi tubuh laki-laki tersebut sangatlah harum.

"Hai" sapa Elvar menghadap ke belakang. "Hai" balas Ale duduk menatap langit cerah, mengingatkan momen dimana saat sekolah mereka berduaan menceritakan pengalaman sulit hidup mereka

"Kabar gimana?" tanya Elvar. "Baik. Kamu?" Ale mulai memberanikan dirinya menatap Elvar. "Baik juga"

Suasana canggung kembali. Sebenarnya apa yang ingin dikatakan Elvar? Kenapa lama sekali. Ia takut jika yang ia pikirkan akan benar terjadi. Elvar bangkit, menghirup nafasnya.

"Gue mau putus. Maaf gue dateng bilang gini, makasih Ale, makasih buat nemenin gue disaat gue susah. Karena besok gue udah netep disana, kuliah disana sampe S1. Kayaknya gak bisa pulang ke Indonesia" ujar Elvar

Udah gue duga.

"Selamanya?". "Gak tau. Kalo gue ke Indonesia mungkin liburan doang. Nanti malem gue balik lagi" ujarnya berbalik badan dan meninggalkan Ale sendiri di taman

"Makasih jugaa!" teriak Ale walaupun ia tidak tahu dia mendengarnya apa tidak. "Maafin gue, Ale" Elvar menunduk menangis, karena jika ia menghadap kebelakang mungkin ia tidak akan meninggalkan negara kelahirannya.

Derren
Woy!
Galau mulu

Ale
Siapa yang galau anjir
Sok tau banget

Derren
Lihat belakang lo
Kalo jalan tuh lihat-lihat

Ale menghadap ke belakang, ternyata ada Derren melambaikan tangan ke Ale. "Hahaha, gak usah galau. Ada gue. Mau main?" ajaknya untuk menghibur Ale

"Bolehhh" balas Ale mencoba tersenyum seolah tidak ada apa-apa. Mereka berdua menuju tempat arcade, bahkan mereka karaoke. Ale sangat bahagia bisa senang-senang berkat hiburan Derren. Ia berusaha untuk melupakan Elvar.

Ia bertekad ingin fokus terhadap kuliah dan tidak akan mencari cowok baru.

"Wahhhh! Derren hebatt!" puji Ale melihat banyaknya boneka yang diambil olehnya. Derren tersenyum bahkan tersipu malu karena dipuji oleh Ale. Derren senang jika Ale juga bahagia.

"Mau gue ajarin?" pinta Derren meletakkan kedua tangan Ale di mesin capit. Memasukkan koin kedalam mesin, Derren menggiring tangan Ale agar bergerak dan menargetkan satu boneka yang terlihat gampang untuk di capit.

"Pokoknya lihat boneka yang gampang, targetin aja. Terus ambil, pencet ini, geser aja sampe bolongan. Terus lepas dehh" ujar Derren. Namun ia baru sadar telah memeluk Ale dari belakang. Ia sontak mundur karena takut jika suara detak jantungnya di dengar oleh Ale

"Ayo ke tempat lainnya" ajak Ale mengambil tas selempang di kursi, lalu keluar dari arcade. Derren mencoba menenangkan dirinya, dan meyakini bahwa ia tidak menyukai Ale kembali.

"Udah pamit sama kak Ale?" tanya Moa datang membawa 2 makanan. "Udah" balas Elvar mengambil makanan tersebut. "Gak usah ngasih harapan lagi. Kasihan dia, biar sama orang baru aja"

"Hmm" balasnya dingin

Teresa
Kapan pulanggg?

ELVAROS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang