SweetTalker (31)

1.2K 300 44
                                    

Sejak kejadian di kedai waffle itu, Rylie tidak lagi bicara dengan Ivar. Pemuda itu juga mengabaikannya dan sedang bersiap untuk benar-benar memulai pertarungan. Mungkin jebakannya di kedai waktu cukup melukai harga diri Ivar karena bisa jadi tidak pernah terbersit dalam pikirannya akan dipermainkan sampai seperti itu. Rylie sendiri pun masih tidak percaya kalau dirinya mampu untuk menghadapi Ivar dan membuat pemuda itu membuka kedoknya sendiri. Setidaknya sekarang dia tahu identitas musuh yang harus dihadapi dan bisa menyusun strategi. Bukan hanya bertaruh dan melawan musuh yang tidak pernah terlihat.

Katanya untuk melawan musuh maka harus tahu kemampuan lawan, tujuannya dan keahliannya. Tujuannya jelas. Ivar mau membalas dendam padanya karena dianggap telah membunuh sepupunya. Kemampuan dan keahlian Ivar jelas di atas rata-rata, pemuda itu mampu memanipulasi ribuan orang dan membuat siapa pun percaya padanya. Ivar bahkan bisa melakukan semua itu tanpa mengotori tangannya sendiri.

Ya, dia jadi korban manipulasi sejak awal. Sama sekali tidak sadar sejak awal Ivar memang berencana untuk menjebaknya. Ketika Ivar sengaja memukulnya dengan bola basket tepat di wajahnya. Dia menyakiti musuhnya sekaligus membuka kesempatan untuk dirinya sendiri mendekati musuhnya. Setelah itu, Ivar sangat gencar mendekatinya dan bibir manis itu susah dilawan. Bahkan dia sama sekali tidak menyadari timing yang aneh bahkan ketika menyusun timeline kejadian beberapa waktu lalu. Ah, tidak, dia menyadarinya, hanya saja memilih mengabaikannya. Benar-benar bodoh karena dia percaya saja pada Ivar dan kata-kata manisnya. Dirinya memang admin akun SweetTalk, tapi Ivarlah sweet talker yang sesungguhnya.

Rylie juga tidak mengira sama sekali jika membawa Ivar di dekatnya maka dia mengizinkan pemuda itu untuk menutup matanya dengan kedua tangan. Membiarkannya dijebak dan dipermainkan secara bertubi-tubi. Sialnya, dia terlambat menyadari kalau semua saran Ivar hanya membuat masalah jadi lebih besar dari yang seharusnya, seperti kata Papa. Dia digiring untuk memperbesar masalah itu dan dibuat tidak berkutik serta menerima dibully begitu saja dengan mengatakan kalau ada reporter yang menguntitnya. Dia yang selama ini selalu menjaga image pasti akan berusaha untuk tidak melakukan apa pun.

Bahkan dia masih tidak bisa percaya kala Bapak Satpam menyebut nama Ivar sebagai sosok di foto sekaligus sepupu Sofi. Akan tetapi, saat dia tanpa sengaja menumpahkan minuman milik gadis yang ditabraknya di kedai waffle semuanya jadi lebih jelas. Saat menyadari kalau gadis itu memakai jaket merah muda dan earphone yang tidak asing maka Rylie tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dengan mengajak gadis itu bicara memakai dalih menukar minuman. Selama mengobrol dia memastikan kalau gadis itu adalah orang yang sama dengan gadis yang dilihatnya ketika bersama Ivar tempo hari. Pada akhirnya, dia mengetahui kalau Ivar adalah dalang di balik semua teror ini. Reporter atau apa pun itu hanya bualan Ivar saja karena gadis itu mengatakan kalau dirinya siswa SMP biasa dan hanya kebetulan langganan di kedai itu.

Sialnya, dirinya termakan dengan kebohongan yang ditanamkan Ivar padahal pemuda itu sendiri yang menyarankan untuk melawan warganet dengan menanam keraguan. Selama itu pula ternyata Ivar sedang menyemai keraguan di kepala Rylie. Dia mendesah pelan, semua sudah terlambat. Tidak ada yang perlu disesali. Toh, kalaupun Ivar berhasil menutup matanya, pemuda itu tidak akan menutupi dunia ini hanya dengan dua tangannya. Dia bisa bilang begitu karena Ivar bisa merancang permainan dengan banyak bom dan ranjau yang siap meledak kapan saja dirinya salah menginjak. Namun, pada akhirnya tetap terbongkar juga.

Lalu saat sekarang dia tahu musuh yang harus dihadapi maka Rylie mungkin bisa melawan balik. Bisa jadi dia kalah, akan tetapi setidaknya dia bisa terus bergerak maju sampai sekarang. Targetnya adalah Ivar Prabaswara, pemuda itu adalah satu-satunya jalan keluar dari masalah ini.

Jemarinya dengan cepat mengetuk keypad ponsel, dia akan melepaskan topeng Ivar agar semua orang tahu betapa busuknya pemuda itu. Namun, tangannya ternyata tidak mampu mengetuk tombol kirim. Rasanya hina sekali kalau memakai kelemahan orang lain untuk menyelamatkan diri sendiri. Hanya saja, kalau mengingat perlakuan Ivar padanya bukankah ini balasan yang setimpal. Pemuda itu bahkan sengaja menciumnya lalu memotretnya lalu menyebarkannya. Sok-sok baik dengan menghibur kala semua orang menghujat dengan mengatakan kalau dirinya murahan dan vulgar.

SweetTalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang