Ivar Side Story (1)

1.7K 262 9
                                    


Untuk Ivar, Hall of Fame milik The Script adalah lagu yang paling menggambarkan dirinya. Sedangkan Sofi memilih Six Degree of Separation. Bukan hal yang aneh juga, Sofi memang perasa dan lebih mementingkan soal cinta kasih dan perhatian. Berbeda dengan dirinya yang merasa kemenangan adalah hal utama. Dia menang, jadi yang terbaik maka itulah dirinya. Tidak aneh pula ketika Sofi memilih Castle of Glass dan Numb milik Linkin Park sebagai lagu favorit sedangkan dirinya memilih Renegades sebagai lagu favorit di playlist. Dirinya memang terlalu bersemangat dan berapi-api. Namun, ketika Sofi memilih Gloomy Sunday sebagai lagu berikutnya yang disukai maka Ivar mulai merasa ada yang aneh dengan sepupunya itu.

Sepupunya mulai menceritakan lagu maut dan cerita-cerita mistis dibaliknya. Namun, Ivar tidak pernah percaya adanya lagu kutukan yang bisa membunuh seseorang karena jika nyawa begitu mudah dibawa pergi maka apa gunanya malaikat maut. Sialnya, Ivar akhirnya mulai mengoreksi ulang klaimnya ketika menemukan bekas sayatan di pergelangan tangan Sofi. Tergores gelang, alasannya saat itu. Akan tetapi, gelang jenis apa yang mampu membuat sayatan sedalam itu.

Saat sayatan di tangannya itu bertambah setelah sekian minggu, Ivar mulai tidak bisa mendiamkan semua ini. Ada yang salah dengan sepupunya. Ini bukan soal kutukan atau hal mistis manapun, tetapi dia melihat sayatan sebagai jerit minta tolong.

"Bukankah kamu tinggal bilang ke aku kalau ada masalah," katanya sambil mengoles obat luka di pergelangan tangan Sofi.

"Aku enggak ada masalah?"

"Kalau ini bukan masalah lalu apa?" Ivar mengangkat tangan Sofi dan memperlihatkan bekas luka tepat di depan wajah gadis itu.

"Bukan apa-apa, kamu enggak perlu drama hanya gara-gara luka sekecil ini!"

Ivar mendengus. Benar-benar kesal karena Sofi meremehkan luka sebesar itu di tubuhnya. Dia tidak paham dengan seseorang yang melukai dirinya sendiri sampai seperti itu. Memangnya tidak sakit? Padahal saat dia terjatuh saat pertandingan saja sakitnya bukan main. Sofi yang seperti ini sama sekali bukan sosok yang dikenalnya sejak kecil.

"Kamu marah?"

"Enggak."

"Lalu kenapa diam saja?"

"Memangnya kalau diam itu pasti marah?" Ivar langsung menyalak.

"Unch, unch, imut banget sih!" Sofi menangkup wajah Ivar dengan kedua tangan dan menggodanya.

"Aku bukan bocah tahu!" Ivar menepiskan pegangan Sofi di wajahnya dan memalingkan muka. Dia juga langsung beranjak berdiri, berniat meninggalkan sepupunya karena gadis itu membuatnya kesal. "Kalau sudah selesai, langsung pulang saja!"

"Kamu bolehin aku pulang?" tanyanya.

"Aku ada latihan."

"Kalau aku di sini saja gimana?"

"Terserah!" sahut Ivar ketus, masih kesal dengan kelakuan Sofi yang sama sekali tidak bisa dipahami olehnya.

"Kok terserah sih?"

"Sof, kamu sudah besar. Bisa kan urus diri sendiri!" Ivar tidak bisa lagi menahan amarah. Dia sudah terlambat dan tidak ingin lagi mengurusi sepupunya yang mendadak jadi menyebalkan.

"Iya, kamu benar. Karena aku sudah besar maka enggak perlu izin buat mati, kan?"

"Jangan konyol, memangnya mati perlu izin?"

"Aku perlu izin darimu, Var. Boleh kan kalau aku mati saja?"

Ketika Sofi mengulang kata mati untuk kedua kalinya, langkah Ivar langsung terhenti. Saat dia menoleh, dia berharap menemukan bibir gadis itu tertarik maksimal karena tertawa lebar. Atau tanda kedipan mata usil yang membuat Ivar ingin menjitak kepalanya. Namun, hal yang dia temukan adalah kepala tertunduk dengan butir-butir air mata yang jatuh di pangkuan gadis itu. Untuk pertama kalinya Ivar menyadari kalau sepupunya tidak baik-baik saja.



Note:

Hai, apa kabar. Maaf nih lama banget enggak nongol, baru kelar repisian naskah T-T

Kalau ini bab baru manteman. Sebelum kompetisi ditutup, ada masukan dari salah satu pembaca tersayang  (civitasoul ) soal apa sih yang sebenarnya terjadi sama Sofi. Nah, berhubung kompetisi sudah selesai maka ini dibikin. Tapi, dari sudut pandang Ivar ya karena memang Ivar yang kenal sama Sofi. Mungkin bakalan ada beberapa part dan pendek-pendek saja sih. Semoga enggak aneh banget dan bisa kasih insight baru buat alasan 'kenapa sih Ivar gitu banget'


Oh ya, soalnya GMG-nya. Alhamdulillah, SweetTalk jadi salah satu pemenang di kategori voucher. Tapi, berhubung belum pengen SP sejauh ini maka rewardnya enggak diklaim. Jadi SweetTalk masih bisa dibaca di sini.

SweetTalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang