Katanya mata itu cerminan jiwa. Meski mulut bisa berbohong, akan tetapi mata tidak pernah bisa berdusta. Rylie selalu percaya pepatah itu dan berharap akan bisa menilai kejujuran seseorang hanya dengan mengamati wajahnya saja. Namun, setelah beberapa kali salah menilai orang lain rasanya terlalu naif baginya untuk terus percaya soal teori ini. Hanya saja, dia sama sekali tidak menyangka kalau sahabat yang kini sibuk mengetuk layar ponselnya juga orang yang sama dengan yang berkhianat selama ini. Gila ya, padahal belum ada tiga puluh menit sejak Adel mengatakan kalau tidak butuh SweetTalk dan here we are. Adel sedang mengirimkan kode kebencian padanya melalui SweetTalk. Hal yang sama sekali tidak pernah diduga akan terjadi.
Tangannya sedikit gemetar kala mengirim pesan balasan. Namun, Rylie mencoba untuk terus tenang. Ini bukan pertama kalinya. Dia tahu kalau dari dulu sahabatnya mulai menceritakan keburukan dan keluhannya melalui SweetTalk. Awalnya dia marah, kesal pada mereka lalu sahabatnya mulai menjauh sambil menuduh kalau Rylie marah tanpa alasan. Setelah beberapa waktu, dia sadar kalau dirinya memang seperti marah tanpa alasan. Padahal teman-temannya sebatas curhat pada admin SweetTalk tanpa tahu kalau Rylie adalah admin akun itu.
Papanya juga bilang kalau semua ini semacam konsekuensi yang harus ditanggung kalau dia mau terus menjalankan SweetTalk jadi dia harus bisa memilah-milah antara urusan pribadi dan urusan profesional serta harus siap untuk bersikap dewasa. Papanya juga menyarankan untuk jujur saja kalau dirinya memang admin SweetTalk atau menutup akun itu. Tentu saja, saran ini ditolak mentah-mentah. Rylie masih mau jadi admin SweetTalk dan tidak mau jujur juga soal fakta ini pada orang lain jadi dia memilih mengikuti saran papanya untuk bersikap dewasa dan tidak terbawa perasaan. Sialnya, saat dia menyadari kesalahannya, teman-temannya sudah menjauh dan dia tidak menemukan cara untuk memperbaiki hubungan.
Rylie akhirnya menyerah dan memilih untuk mencari teman lain. Dia bukan orang yang dikucilkan jadi akan mudah mendapatkan beberapa teman lagi. Ya, cukup satu atau beberapa saja asalkan tidak senang membicarakan orang lain di belakang. Kriteria yang sebenarnya nyaris mustahil, akan tetapi akhirnya dia menemukan Adel dan menjalin persahabatan dengannya. Gadis itu jadi teman yang menyenangkan dan kelihatannya tidak tertarik dengan SweetTalk jadi Rylie benar-benar senang berteman dengannya. Namun, dia sama sekali tidak menyangka kalau Adel ternyata sama saja. Gadis itu juga senang menjelek-jelekkan orang lain di belakangnya. Meski itu bukan salah Adel sepenuhnya untuk curhat pada admin SweetTalk, akan tetapi Rylie tidak bisa menahan kesal karena merasa dikhianati dan ditusuk dari belakang. Ya, dia sangat yakin kalau inisial R yang disebut Adel adalah dirinya karena kriteria yang dijelaskan Adel tidak merujuk pada orang lain.
"Ry! Rylie!"
Rylie tersentak kala mendengar namanya dipanggil beberapa kali. Dia langsung mengangkat pandang dan menatap Adel yang kini ada di hadapannya. Gadis itu mengirimkan senyuman padanya. Saat melihat tingkah Adel ini rasanya Rylie ingin melupakan fakta kalau temannya itu barusan membicarakan keburukannya tepat di depan wajahnya lalu bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Ya? Ada apa, Del?" Rylie buru-buru mendongak untuk menatap wajah Adel.
"Kamu sudah selesai makan?" tanya gadis itu.
"Oh—" Rylie tidak melanjutkan kata-katanya dan langsung menunduk untuk menatap makanan di atas tray yang kini sudah termakan separuh. Dia benar-benar lupa soal makanannya beberapa menit belakangan. "Ah, iya. Sebentar!"
"Santai saja, Ry!" sahut Adel sambil menunduk kembali untuk menatap ponselnya.
Rylie menaruh ponselnya di atas meja dan sengaja membalik layarnya. Setelah itu, dia kembali menyendok nasi bersama satu potong daging lalu memasukkannya ke dalam mulut. Jemarinya meremas gagang sendok karena menahan kesal, sementara itu Adel masih mengetik pesan dengan wajah serius. Spertinya Adel sedang mengirimkan pesan balasan pada SweetTalk. Tidak membutuhkan waktu lama sampai ponsel milik Rylie bergetar pelan. Rylie menarik napas lalu tersenyum getir.
Adel masih bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan Rylie adalah sahabatnya yang paling baik di dunia ini. Gadis itu mengajaknya bicara dengan nada biasa saja. Tidak ada sisa kemarahan ataupun rasa kesal yang bisa ditangkap Rylie. Adel bahkan menggandeng tangannya saat mereka keluar dari kafetaria setelah selesai makan siang. Benar-benar mengherankan bagaimana bisa orang yang begitu pandai berpura-pura itu bisa mengatakan kalau orang lain itu palsu?
Tangan Adel masih terasa hangat saat menyentuh kulitnya, sementara Rylie mulai berkeringat. Padahal Rylie benar-benar berusaha setengah mati untuk bersikap biasa saja dan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Tetap memberikan tanggapan pada Adel meski dia tetap menggertakkan gigi beberapa kali saat mengoleskan senyuman di bibirnya. Dia juga diam-diam mengepalkan tangannya yang bebas saat tingkahnya ini membuat napasnya terasa berat dan semakin pendek. Namun, setelah semua usahanya itu, dia tetap merasa kalau Adel berada jauh di atasnya dalam urusan berpura-pura.
Rylie hanya berharap agar mereka sampai di kelas secepatnya jadi bisa melepaskan pegangan tangan yang menyesakkan itu. Hanya saja, keinginannya ini sepertinya tidak akan terwujud karena langkahnya terhenti ketika banyak murid berlarian di koridor. Bukan hanya satu, akan tetapi ratusan murid kini berlari melewati mereka. Pasti terjadi kekacauan karena tidak biasanya murid sekolahnya mendadak bertingkah seolah-olah bakalan ada tawuran di lapangan dalam waktu dekat. Tanpa mengetahui apa pun yang terjadi, Rylie dan Adel memutuskan untuk ikut berlari mengikuti teman-teman lain. Setelah sampai di sana, mereka akan tahu nanti sebenarnya ada kejadian menggemparkan apa sampai sekolah ini geger.
Mereka terus berlari sampai ke halaman sekolah. Ratusan siswa dan guru-guru berkumpul di halaman. Rylie begerak mendekat dengan kening berkerut karena sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dia mendapatkan jawaban saat ikut mendongak. Seorang siswa perempuan kini berdiri di dekat pagar pembatas atap gedung. Sepertinya dia sudah bersiap untuk melompat. Semua mata menatap ke atas dan tidak ada yang ada yang mengatakan apa pun. Rylie menyipitkan mata untuk mengetahui identitas murid yang sepertinya hendak terjun dari atap gedung itu, akan tetapi dia sama tidak mengenalnya. Meski begitu dia berharap kalau gadis itu tidak benar-benar melompat. Namun, harapannya tidak terwujud. Matanya tidak berkedip dan napasnya tercekat saat siswa itu akhirnya melepaskan tangannya dari pagar pembatas.
Semua orang belum bersuara dari saat siswa itu benar-benar melompat dan tubuhnya kini meluncur turun. Mungkin semua orang sama seperti Rylie terlalu sibuk menahan napas dan bingung untuk bereaksi. Akan tetapi, teriakan bergema di halaman itu kala tubuh siswi yang beberapa menit lalu masih di atas kini terhempas di halaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SweetTalk
Genç KurguTidak ada satupun yang tahu kalau Rylie menjadi admin SweetTalk, akun instagram yang menanggapi curhatan dan memberikan saran. Namun, semua masalah dimulai ketika seorang siswa terjun dari atap sekolah setelah curhat pada Rylie di akun SweetTalk. Ry...