CHAPTER 6 - KARTU AS DALAM NEGOSIASI A

6 0 0
                                    

Penerjemah : Zen Quarta
Editor : –
Sumber English : J-Novel Club

Setelah selesai menyerahkan penanganan dungeon kepada pasukan militer Turgis, kami bergegas kembali ke kota Noblebeppu, dimana Roroa dan Tomoe menunggu. Disanalah kami akan berbicara dengan ayah Kuu, kepala negara Republik Turgis.

Aku telah mengatur kalau pertemuan itu akan diadakan di sebuah ruangan di penginapan yang kami tempati, dengan dihadiri orang yang sangat terbatas. Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan situasi di sisi Turgis, dimana akan memerlukan banyak waktu untuk melakukan pertemuan besar karena harus mendapatkan izin dari Dewan Tetua.

Kami sampai di Noblebeppu di sore pada hari pertemuan itu akan dilaksanakan. Kami menginap di desa pegunungan dekat dungeon itu selama semalam setelah para ogre itu berhasil di basmi, lalu berangkat sebelum fajar menyingsing, tapi itu membuat kami benar-benar terlambat sampai kesini.

Meskipun situasinya telah di jelaskan kepada pihak Turgis, kami pasti telah membuat mereka menunggu sangat lama.
Saat aku turun dari kereta di depan penginapan, Roroa dan Tomoe keluar dari dalam penginapan untuk menyambut kami.

“Selamat datang, darling!” kata Roroa. “Kau benar-benar membuatku khawatir.”

“Selamat datang,” kata Tomoe. “Aku senang kamu baik-baik saja, Nii-sama.”

“Aku pulang, Roroa, Tomoe.”

Saat aku mengusap kepala mereka dengan lembut, mereka langsung tersenyum. Melihat mereka seperti itu, aku bersyukur karena bisa pulang dengan selamat.

Karena kami mendapat bantuan dari Dece, Juno, dan yang lain, mungkin situasinya kelihatan jauh lebih aman, tapi melihat para ogre mengerikan yang terlihat seperti merangkak keluar dari neraka, dan memakan sesuatu yang tampaknya adalah daging manusia, mungkin telah membuatku sedikit terpukul.

“Whew, kita sampai, kita sampai.” Kuu turun dari kereta sambil memutar-mutar lengannya. “Sekarang sudah sore, jadi apakah rajamu dan pak tua-ku sudah mulai berdiskusi?”

Kami orang dari kerajaan melongo mendengar hal itu, tapi…

Oh, benar, semua orang segera menyadarinya. Satu-satunya disini yang tidak mengetahuinya adalah Kuu dan Leporina.

Aku menunjukkan senyum kaku dan berkata kepada Kuu. “Tidak, belum. Bagaimanapun, salah satu pemimpin baru saja datang.”

“Huh? Apa maksudmu…”

Saat Kuu hendak berbicara, sebuah rombongan berjumlah sekitar lima orang berjalan ke arah kami dari seberang jalan. Orang yang memimpin mereka adalah seorang monyet gunung berbadan besar dan berwajah tegas.
Dia adalah kumpulan otot. Cambang dan jenggotnya menyatu membentuk sesuatu yang mirip dengan surai singa berwarna putih.

Jika Kuu adalah Sun Wukong, maka pria itu cocok disebut sebagai Raja Kera. Pakaian serta jubah putih yang dia kenakan membuatnya benar-benar terlihat seperti orang penting.

Dengan beberapa prajurit mengikutinya, pria besar itu berdiri di hadapan kami.

“Hm? Yah, hei, pak tua,” kata Kuu kepada Monyet Salju itu. “Apa yang terjadi dengan diskusinya?”

Ya, seperti yang kuduga, monyet salju besar ini adalah ayah Kuu, dan juga merupakan pemimpin Republik Turgis.
Pria itu mengabaikan Kuu dan berdiri dihadapanku. “Senang bertemu dengan anda, Raja Friedonia. Selamat datang di Republik Turgis. Saya adalah pemimpin negara ini, Gouran Taisei.”

Gouran-dono tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya. Dia memiliki wajah yang tegas, tapi menunjukkan senyum yang tulus.

Aku meraih tangannya. “Senang bertemu dengan anda juga, Gouran-dono. Saya adalah Raja Souma Kazuya dari Persatuan Kerajaan Elfrieden dan Amidonia.”

Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Arc 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang