Bagian 9

113 17 2
                                    

PERINGATAN⚠
Tinggalkan jejak sebelum membaca!
Karena mengetik tidak semudah membaca.

Jangan lupa vote and comment🥰

(typo bertebaran)

Happy reading.

"Jika menerimamu hadir adalah tugasku, maka membahagiakan adalah jalanmu"

~MRH~

Laki-laki berseragam putih abu-abu berlapis dengan jaket hitam kebanggaannya berjalan menyusuri koridor sekolah. Ia berjalan santai dengan tas yang ia sampirkan dibahunya. Menyusuri jalan tanpa berhenti mengemut permen batang manis yang ia beli diminimarket untuk stoknya dirumah. Ia sangat menyukai permen daripada rokok.

"WOI! ARKAN!"

Suara lantang dibelakang mampu membuat Arkan menghentikan langkahnya dan langsung menoleh pada sumber suara yang meneriaki namanya dengan keras. Siapa lagi kalo suara cempreng tapi gagah kalo bukan Gibran hasyim. Ia melanjutkan langkahnya yang tertunda tanpa memperdulikan Gibran yang meneriaki namanya terus.

"Sendirian ae lo! Bini lo mana?" tanya Gibran dengan santai sambil mengikuti langkah Arkan.

Arkan hanya mengendikkan bahunya. Ia pun tidak tahu dimana perempuan yang sudah menjadi istrinya itu. Dan ia juga tidak terlalu peduli mau dimanapun Gladis berada.

"Gila lo! Bini sendiri gak tau dimana"

"Bodo!"

"Eh, btw. Si Regan hari ini gak sekolah katanya"

Arkan menolehkan kepalanya dan mengernyitkan dahinya bertanya "Kenapa?"

"Syukuran. Kakaknya lahiran kemarin" jawab Gibran.

Arkan hanya mengangguk tanpa peduli. Ia membelokkan langkahnya menuju kantin. Ia belum sempat sarapan karena tadi ia sengaja pergi pagi agar tidak pergi bersama Gladis. Ia sedang malas melihat wajah gadis itu. Ntah kenapa.

Mereka duduk dikursi yang memang khusus untuk geng Arkan. Disana sudah terdapat Bagas dan Bian yang sedang makan.

Makanan yang hampir setengah masuk ke dalam mulut Bian harus keluar karena Gibran menepuk bahu Bian dengan sedikit keras hingga membuat sang empu tersedak.

"Uhuukkk...uhhukk!"

Bian langsung mengambil air putih dan meneguk air itu sampai tandas. Ia menolehkan kepalanya pada Gibran yang sudang duduk enteng disampingnya. Ia menatap Gibran dengan tatapan tajamnya. Dengan sedikit umpatan.

"Gibran, babi!"

"Canda elah! Lebay lo ditepuk dikit langsung keselek!"

"Gue lagi makan, goblok!"

Gibran hanya melirik sekilas "Gak nanya"

"Asu!"

"Berisik!" sahut Arkan dengan tegas yang sedari tadi diam memakan nasi goreng pesanannya tadi.

"Tadi gue ketemu Gladis"

Arkan menolehkan kepalanya pada Bagas dengan tatapan datarnya. Lalu kembali melanjutkan makanannya yang tertunda.

My Random Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang