orang berbudi

20 2 0
                                    


***

"kamu kan yang membeberkan rahasia itu?"

Rantares tersenyum getir

"iya"

perempuan paruh baya itu menatapnya nyalang, urat urat kulit terlihat menonjol, tangannya memegang sebuah gelas kaca

menggenggam gelasi itu kuat, hingga pecah

beling beling yang berserakan di lantai, Ia biarkan begitu saja

mendekati Rantares yang masih tetap terikat disana, sedangkan Rantares sama sekali gak akan takut dengan perempuan separuh baya yang ada di depannya,

Ibunya.

"kamu tau kan?

--kamu masih ada dibawah kendali Ibu mu ini."

brak

kursi yang diduduki oleh Rantares udah berbaring di atas pecahan beling beling itu, lengan kirinya sakit, sangat sakit

luka yang kemarin ada di tangannya belum sembuh, mungkin masih basah

dan luka di wajahnya, makin menambah. ini semua akibat perlakuan dari Ibunya, juga Bapaknya sendiri

darah itu keluar banyak

membuat Ibunya tertawa kencang, puas dengan apa yang Ia lakukannya

"Park Rantares..

mungkin kamu akan trauma dengan seorang perempuan..

itu karena saya.."

"GAK!!"

DUG

DUG

"IBU MAU KAMU MENURUTI APA YANG IBU MAU!"

"atau Aresta dan Jeandra yang jadi target selanjutnya?"

DUG

kepala itu di benturkan berkali kali ke lantai yang gak ada belingnya. tapi itu sama sekali gak ngaruh sakit ke Rantares

"asalkan kamu tau, Aresta sudah mengetahui ini semua.

jelas dia akan sangat membencimu, Park Rantares"

rasa sakit di tubuh tiba tiba hilang, dunia berhenti seketika. suara Ibunya juga tak ia dengar, bahkan Bapaknya yang sedang tertawa di depan sana menyaksikan ini semua, gak kelihatan lagi

Rantares pingsan atau tertidur?

gak mungkin

gak mungkin pingsan kalo dia masih bisa ngelia di sekitarnya, tapi kenapa orang tuanya gak bisa dia lihat?

Rantares yang dirasa tadi lagi tengkurep di atas beling, kenapa tiba tiba udah berdiri

kakinya melangkah keluar dari ruangan itu, dibuka pintu ruangan, yang muncul cahaya terang dari arah situ

DEPRESI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang