11,5. La Campanella || Sanemi <part 2>

154 15 2
                                    

Persidangan selesai dengan damai, dimana pihak Sanemi meminta maaf dan membayar kompensasi atas tindakan yang mereka lakukan.

Kamu berjalan keluar gedung pengadilan dengan terburu-buru. Enggan melihat kemenangan pihak Sanemi sendiri.

Langit di kota Milan benar-benar gelap sekarang. Angin mulai berhembus kencan, menerbangkan beberapa dedaunan yang luput di bersihkan.

Duduk di trotoar, kamu memainkan daun yang tidak sengaja terbang ke arah mu. Meremas lalu dirobek dan melemparkannya ke sembarang arah.

Menggerutu keras menyalahkan segala hal. Percuma, suaramu teredam oleh puluhan mobil lewat. Dunia benar-benar tidak mendukung aksinya.

Klakson mobil terdengar seperti memanggil mu, sontak kamu mencari ke arah sumber suara.

Mobil mewah produksi Perancis, Bugatti Divo. Sanemi adalah salah satu pemilik dari mobil yang dijual 40 unit di dunia.

Menurunkan jendela dan beberapa kali menekan klakson. Entah ditujukan untuk pamer atau mengejek kamu.

"Hey! Naiklah, aku antar kamu pulang!"

Enggan menjawab, kamu memalingkan wajah ke arah dimana Sanemi tidak terlihat.

Sanemi menghela napas, "Sudahlah, jangan merajuk, hujan akan turun, cepatlah!"

Kamu terdiam, enggan menjawab ataupun enggan diantar pulang oleh musuhnya sendiri.

Tetes demi tetes air hujan menyapa bumi. Kamu menadah rintik hujan menggunakan tangan kanan. Lantas mendongak ke atas, merasakan sensasi dingin yang perlahan membasahi muka mu.

Sanemi yang gemas segera turun dari mobil. Dengan terburu-buru ia menarik tangan kamu, menyeretnya masuk ke dalam mobil. Kamu masih diam, bahkan saat Sanemi duduk di sebelah kamu.

Sanemi berdecak sebal, "Bukannya ini juga bisa dibilang kekalahan ku?"

Kamu menengok ke arah Sanemi, menunggu kalimat yang akan diucapkan. Sedangkan yang ditengok dengan santai menyalakan mesin dan menjalankannya.

"Dengar, aku membayar kompensasi, adik ku meminta maaf, dan nama ku sedikit tercoreng. Bukankah kamu harus bangga?"

"Bangga? Aku akan bangga jika menangkap mu kelak!"

Sanemi terkekeh, dia memilih untuk tidak menjawab pernyataannya. Kamu juga ikut terdiam, merasakan sensasi menaiki mobil mahal dengan background rintik air hujan. Tanpa sengaja la campanella karya Liszt terngiang di kepala, membuat kamu sedikit tersenyum senang.

Senyum kamu tepergok oleh Sanemi. Niat awal Sanemi ingin menggoda mu lebih, namun niat itu hilang seketika kamu menunjukkan senyuman manis yang langka dilihat Sanemi.

Tidak masalah, melihat kamu tersenyum atau kesal sama saja hiburan untuk Sanemi. Mobil terus melaju dengan kecepatan rata-rata, Sanemi tidak segila itu untuk mengebut dengan seorang gadis.

Kamu yang menyadari bahwa jalan yang biasa dilalui tidak kunjung muncul. Mulai was-was kamu menatap Sanemi penuh pertanyaan. Akankah dirinya balas dendam atau hanya tidak tahu dimana rumah kamu berada.

Yang ditatap mulai risih, "Aku hanya ingin mentraktir mu di bar."

"Baiklah, kebetulan aku juga haus!"

***

Piringan matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala. Meninggalkan warna orange yang sedap dipandang mata telanjang.

Mengangkat gelas berisi cairan pekat merah keunguan, memiringkannya sedikit lantas digoyangkan sebentar.

Wangi wine mulai masuk ke dalam indra penciuman. Wangi manis nan segar khas anggur yang baru saja dipanen. Selera wine dari Sanemi, rasanya luar biasa ringan.

Kimetsu No Yaiba OneShot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang