Dara mendengus kesal sambil mengaduk-aduk mie ramennya. Jika tau akan seperti ini lebih baik ia tadi tidak jadi pergi ke rumah Lia dan memilih tetap bersama Jihoon.
"Lo kenapa sih?" tanya Yeji yang peka pada wajah masam temannya itu.
"Katanya mau kerkom tapi ini apa? Malah nonton drakor!" gerutu Dara.
"Lo tenang aja, tugasnya udah selesai kok." sahut Lia sambil meletakkan tiga botol cola yang baru ia ambil dari kulkas.
Dara mengerutkan keningnya. "Siapa yang ngerjain?" tanyanya.
Lia tersenyum, menepuk dadanya bangga. "Gue lah!"
"Woah! Nggak salah gue temenan sama orang pinter kayak lo!" puji Yeji sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Lia menyibakkan rambutnya ke belakang, lalu mendudukkan dirinya di samping Yeji. "Lagian soalnya gampang jadi gue bisa kerjain sendiri."
"Yang pinter mah beda," cibir Yeji.
"Nggak kayak orang di samping gue." lanjutnya sambil melirik kearah Dara.
Dara yang merasa dirinya ditatap pun menoleh, memberikan tatapan maut pada gadis Hwang itu. "Lo nyindir gue?"
Yeji tersenyum memperlihatkan deretan giginya kemudian mencubit pipi gembil Dara gemas. "Tuh, lo tau!"
"Padahal gue nggak goblok-goblok amat," gumam Dara yang masih bisa di dengar oleh kedua temannya itu.
Yeji memutar bola matanya malas. Meraih remot TV dan memukul pelan pucuk kepala Dara dengan benda tersebut.
"Lo mau gue pukul?!" teriak Dara memenuhi penjuru ruangan. Untung saja malam ini Lia dirumah sendiri, karena orang tuanya sedang pergi keluar kota.
Lia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya yang sudah seperti Tom & Jerry itu.
"Maksud Yeji bukan itu," ucap Lia menengahi.
Yeji mengangguk. "Lo pinter tapi masalah percintaan lo goblok banget,"
"Yoi, mau sampe kapan lo berharap sama Jihoon terus?" sahut Lia kemudian ber-tos ria dengan Yeji.
Dara memandang keduanya dengan wajah jengah, ia sudah bosan mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang tak bisa ia jawab sendiri.
"Aish, gitu aja langsung pundung," ucap Yeji merasa bersalah, padahal niatnya hanya untuk menggoda gadis itu.
"Iya ih, kan cuma bercanda, Ra." timpal Lia.
Dara mengabaikan keduanya, gadis itu meraih ponselnya yang berada di dalam tas. Menekan aplikasi berwarna hijau lalu membuka obrolan chat dengan seseorang.
Si brengsek jihoon
Hoon|
Lo dimana?||Lagi jalan sama Karina
|Kenapa?Oh|
Gapapa cuma nanya||Yaudah jangan ganggu
|Gue lagi berduaan soalnya"Shit!" umpat Dara memandangi layar ponselnya, membuatnya Yeji dan Lia menatapnya heran.
"Ada apa?" tanya Lia.
Dara menggeleng. "Nggak papa."
"Aaa!!!" teriak Yeji tiba-tiba sambil menggigit jarinya.
Reflek Lia menyenggol lengan Yeji sedikit keras, menyuruh gadis itu untuk diam. "Udah malem, lo mau tetangga gue pada dateng kesini?!"
Yeji mengerucutkan bibirnya kemudian menunjuk adegan kissing di drama yang sedang mereka tonton. "Jadi kepengen," ucapnya yang seketika membuat Lia bergidik geli.
"Minta aja sana ama Junkyu," ujar Lia.
Yeji berdecak, "Ck, Junkyu anaknya polos mana ngerti dia soal cipokan."
Lia menggelengkan kepalanya, menatap miris pada temannya itu. "Walaupun Yoshi nggak pro, tapi seenggaknya dia nggak segoblok Junkyu.
Yeji mendecih lalu menatap Dara yang sedang memperhatikan drama itu dengan seksama. "Lebih kasihan Dara, sih."
Dara yang merasa namanya disebut pun menoleh. "Kok gue?"
"Lo kan nggak pernah pacaran, jadi nggak tau rasanya kissing." ledek Yeji dan di hadiahi anggukan setuju dari Lia.
"Gue jadi kepikiran sama Jihoon," ucap Lia tiba-tiba.
"Emang kenapa?" tanya Dara.
"Mantannya kan banyak, pasti bibirnya udah nggak perawan lagi." ucap Lia mendramatisir.
Yeji memukul pelan pucuk kepala gadis Choi itu. "Perjaka goblok bukan perawan."
Lia mendengus sambil mengusap-usap kepalanya. "Maksud gue itu!"
"Udahlah ngapain jadi bahas Jihoon sih!" omel Dara pada kedua temannya, bisa-bisanya mereka memikirkan hal seperti itu.
Ting
Suara bel berbunyi, reflek ketiga gadis itu menoleh cepat kearah pintu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas lebih lima belas menit, membuat mereka saling bertukar pandang.
Siapa yang bertamu malem-malem gini?
Lia selaku pemilik rumah pun beranjak dan berjalan mendekati pintu, dengan pelan gadis itu membukanya.
"Aish, ternyata lo, Na." Lia menghela nafas lega saat mengetahui orang yang berada di depan pintu rumahnya adalah Na Jaemin, tetangga sekaligus sepupunya itu.
Jaemin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue tadi denger suara orang teriak makanya gue samperin ke sini."
"Oh, tenang aja itu suara temen-temen gue." ucap Lia menunjuk Yeji dan Dara yang tengah menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend with Benefits || Park Jihoon
Hayran KurguFt. Park Jihoon TREASURE ❝ Yakin cuma temenan? ❞