3

246 44 0
                                    

...

"Kak Tae, apa aku menganggu?" Jungkook mengetuk pintu kamar Taehyung yang sedikit terbuka. Kakaknya terlihat sedang mengerjakan sesuatu di meja belajarnya.

"Tidak, silakan masuk saja" Taehyung mengundang masuk Jungkook ke kamarnya.

Jungkook melangkahkan kakinya ke kamar kakaknya tersbebut. Ia tidak heran melihat kamar kakaknya yang begitu rapi. Jungkook mengernyit ketika terdapat poster peta dunia yang tertempel di dinding. Kalau Jungkook sih berencana akan memasang poster band rock kesukaannya.

"Kamarmu rapi sekali kak" Jungkook duduk di kasur, ia sedang mencari topik untuk memulai pembicaraan. Sebenarnya ia tidak perlu apa-apa. Ia hanya ingin lebih dekat dengan kakaknya.

"Ya begitulah" Irit sekali Taehyung menjawab. Sehingga Jungkook harus bertanya lagi.

"Kak, kata Papa aku akan bersekolah di sekolah Kak Taehyung. Aku akan masuk kelas dua"

Taehyung yang sedang menunduk langsung menoleh pada adiknya.

"Begitukah?"

"Yup. Harusnya sih aku kelas satu tapi kepalaku ini terlalu mudah mencerna pelajaran, jadi aku akan masuk di kelas dua" Jungkook seperti sedang membanggakan dirinya.

"Wah berarti kau pintar ya"

Jungkook menggeleng.

"Pintar itu hanya untuk orang rajin. Aku sih cerdas, jadi aku tak perlu belajar. " Jungkook kembali mengada-ngada. Tapi Taehyung mengangguk-ngangguk seperti menyetujui perkataan Jungkook. Padahal banyak juga orang cerdas dan rajin belajar untuk mengembangkan potensinya. 

"Kak, apa kakak sering begini?" Jungkook bertanya lagi.

"Begini bagaimana?" Taehyung heran.

"Mengiyakan apa yang orang lain katakan?"

"Ti-tidak juga" Taehyung meremat ujung rompi rajutnya.

"Baguslah, nanti kalau kakak selalu mengatakan iya-iya saja, kakak akan banyak dimanfaatkan orang lain" Jungkook berkata sesuai dengan fakta. Teman-teman di kelasnya dulu banyak yang tidak dapat bersikap asertif, dan berakhir dimanfaatkan oleh orang lain.

"Hemm" Taehyung hanya berdehem saja.

Jungkook yang kehabisan topik dan Taehyung hanya menjawab pertanyaan Jungkook saja sedari tadi, membuatnya bosan. Mungkin ini baru pertemuan awal saja. Sejujurnya Jungkook itu orangnya gampang sekali bergaul sehingga tidak pernah merasa canggung dengan orang yang baru dikenalnya. Jungkook adalah tipikal anak yang selalu bertanya duluan. Berbeda dengan dirinya, Jungkook sudah bisa menebak dari sikap Taehyung kalau kakaknya itu akan 'berbunyi' ketika ditanya saja.

"Ya sudah kak, sampai besok. Kita berangkat bersama ya" Jungkook akan meninggalkan kamar Taehyung.

"Jungkook" Taehyung memanggil, menghentikan langkah Jungkook yang sudah mencapai pintu kamar.

Jungkook menoleh dan memberi gestur pada Taehyung untuk berbicara.

"Besok tidak usah berangkat bersama" Kata Taehyung. Jungkook mengeryitkan dahinya. Apa mungkin ia sedang ditolak oleh kakaknya.

"Kenapa kak?"

Taehyung yang ditanya balik malah gelagapan. Ia terlihat sedang mencari alasan.

"Hanya tidak bisa saja. Maaf"

Jungkook faham, mungkin Taehyung belum mampu untuk menerima Jungkook sebagai adiknya. Ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Ia pikir Taehyung butuh waktu.

"Okay kak, tidak masalah" Kemudian Jungkook meneruskan langkahnya untuk ke kamarnya.

Taehyung cukup bisa merasa lega. Bagaimana jadinya jika Jungkook berangkat bersama dengan dirinya. Lagipula kenapa Papanya memasukan Jungkook ke sekolah yang sama dengannya. Taehyung merasa tidak nyaman.

...

Jungkook mengerutkan keningnya. Ia hanya mendapati Papanya di meja makan. Ibunya tengah mengurus pakaian kotor mereka di ruang laundry bersama asisten rumah tangga. Ia pun tidak menemukan Taehyung.

"Pa, Kak Taehyung mana?" Jungkook duduk dan langsung menggigit rotinya.

"Sudah pergi dari pagi sekali. Katanya ada piket kelas" Ujar Daehwan.

Jungkook memanyunkan bibirnya. Daehwan menyadari raut wajah Jungkook yang berubah kemudian bertanya.

"Kenapa memangnya?"

Jungkook meluruhkan bahunya.

"Aku mengajak Kak Taehyung berangkat bersama. Tapi dia tidak mau" Jungkook jadi curhat.

Daehwan memahami apa yang dirasakan Jungkook. Taehyung saja kerap sekali menolak jika Daehwan ingin mengantarnya ke sekolah.

"Taehyung menjadi seperti itu semenjak mamanya meninggal Nak. Taehyung memang pendiam, tapi sekarang dia menjadi lebih pendiam dan juga seperti tidak mau bersosialisasi. Selama hampir tiga tahun ini Taehyung tidak pernah membawa teman-temannya ke rumah."

Daehwan sungguh merasa tidak becus menjadi ayah karena ia tak dapat memantau anaknya dengan benar. Ia baru menyadari, semenjak sekolah di sekolah menengah atas Taehyung tidak pernah memperkenalkan teman-temannya.

"Mungkin dia butuh waktu"

"Kalau waktu di junior high school, apakah Kak Tae punya teman?" Tanya Jungkook.

"Ada namanya Jimin, tapi dia sudah pindah keluar negeri"

"Hmm" Jungkook mengangguk-ngangguk.

"Ya sudah kalau begitu, Papa mau tidak antar aku ke sekolah? Kan aku belum tahu jalur bis.." Jungkook mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia sama sekali sudah tak merasa canggung pada Daehwan.

"Itu alasannya saja, biasanya juga kau pergi sendiri kan kalau di Busan dulu. Mana ada diantar-antar" Tukas Hyera yang muncul dengan sekeranjang pakaian yang sudah selesai dicuci kering.

Jungkook mendelik ke arah Hyera.

"A-aku aku kan ingin jadi lebih dekat dengaan Papa. Semalam Kak Taehyung menolak pergi bersama, lalu sekarang aku tidak boleh berangkat dengan Papa? Mama jahat, kumenangiiiis" Jungkook berlagak terisak-isak.

Hyera sudah kebal dengan pertunjukan opera sabun anaknya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menuju kamar untuk merapikan pakaian. Kalau dipikir-pikir Hyera tak habis pikir bagaimana bisa melahirkan anak seperti Jungkook yang begini.

Daehwan hampir terpingkal, ia baru pertama kali menonton pertunjukan Jungkook tersebut. Mimpi apa dia bisa memiliki anak yang berada pada ekstrim berbeda dengan Taehyung, anak kandungnya.

"Ya, Papa antar. Besok-besok ajak Taehyung juga ya Nak" Daehwan mengusap-ngusap rambut Jungkook.

"Siap Boss!!" Jungkook berpose seperti menghormati bendera. Daehwan tergelak lagi dengan kelakuan anaknya.

...

Tbc

MAMORUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang