10

254 48 0
                                    

Terimakasih yg sudah vote 💛

...

Taehyung membuka matanya pagi itu, suara disampingnya membuat Taehyung terpaksa bangun.

"Kak, bangun" Jungkook mengguncang Kakaknya yang begitu terlelap. Taehyung mungkin tidur selama 12 jam. Ia harus mengisi perutnya.

"Emmh.." Taehyung mengernyit ketika sinar matahari menyapa dirinya.

"Kak, makan dulu. Ayo bangun" Jungkook mengguncang lagi Taehyung.

Taehyung mengucek kelopak matanya, agak sedikit gatal. Dan terdapat sedikit kotoran dari mata yang bertengger di dekat pangkal hidungnya.

"Jungkookie?!" Taehyung memandang wajah adiknya yang berantakan itu. Sebelah mata adiknya bengkak hampir membuat matanya itu tertutup. Kemudian rahangnya juga terdapat memar. Padahal Jungkook sudah mengompresnya tapi bekasnya masih terlihat begitu jelas.

Taehyung bangun dengan sekali lonjakan. Ia lantas menangkup wajah Jungkook.

"Ada apa denganmu? Kenapa bisa terluka seperti ini? Kau berkelahi?!" Taehyung meneliti wajah Jungkook setiap sentinya.

"Kekekeke" Jungkook terkekeh. Membuat Taehyung bingung.

"Aku yang harusnya bertanya kepadamu Kak" Jungkook menyingkap pakaian Taehyung, hingga memperlihatkan perutnya yang penuh dengan lebam. Taehyung segera menepis tangan Jungkook untuk kembali menutup luka-luka itu.

"A-aku tidak apa-apa Jungkook"

Jungkook mendengus.

"Tidak apa-apa tapi pingsan lama sekali, cih Kakak tak pintar berbohong."

Taehyung meremat pakaiannya. Ia gelisah, bagaimana jika semuanya terbongkar. Ia tak dapat membayangkan apa yang akan di lakukan oleh Donghyuk jika rahasia ini bocor.

"Sungguh Jungkook, aku tidak apa-apa" Taehyung meyakinkan Jungkook agar percaya.

Jungkook melengkungkan bibirnya, usaha kakaknya tentu tidak berhasil.

"Kak, kau tahu kenapa wajahku seperti ini?"

Taehyung menggeleng.

"Aku menghajar si Babi Donghyuk!" Ucapnya bangga.

Taehyung membelalakan matanya, ia begitu terkejut.

"Ba-bagaimana bisa? Kenapa kau menghajar kakak kelasmu?" Taehyung masih saja bermain peran.

Jungkook melipat tangannya diatas perut.

"Karena si anjing liar itu telah mengikat kakak di tiang bendera!"

Taehyung meluruhkan badannya, ia tak dapat berkata apa-apa lagi. Kalau Jungkook sudah tahu, apakah ia memberitahukannya pada orangtuanya?

"Jungkook, aku mohon jangan beritahu Papa tentang ini hm? Aku mohon dengan sangat" Taehyung memberi gestur memohon pada Jungkook. Ia tidak ingin Daehwan tahu, begitupun Hyera. Ia tak ingin membuat orangtuanya khawatir. Cukup ia dan adiknya saja yang tahu kejadian ini.

"Jangan beritahu Papa tentang apa?" Daehwan sudah di depan pintu. Ia membawa nampan berisi sarapan untuk Taehyung. Taehyung berjenggit kaget, ia tak menyangka ayahnya akan ada di sana bersama mereka.

Daehwan mendekati mereka, ia menyimpan sarapan itu di atas meja belajar. Daehwan mendudukan diri di pinggir tempat tidur. Matanya memandang Taehyung.

"Kamu menyembunyikan sesuatu dari Papa?"

Taehyung gelagapan, matanya bergerak kesana kemari berpikir tentang mengarang sebuah cerita. Jungkook yang melihatnya ingin sekali menghentikan Papanya yang seolah-olah tidak tahu. Tapi ini adalah waktu antara Taehyung dan Daehwan, lantas Jungkook memberikan ruang untuk mereka.

"Taehyung lihat Papa, hm?" Daehwan menyentuh dagu puteranya, membuatnya memandang dirinya.

Daehwan dapat menebak dari raut wajah Taehyung yang gelisah. Puteranya tengah mencari alasan untuk dikatakan padanya.

"Papa sudah tahu sayang, semalam Papa sudah bertemu dengan orang yang selama ini merisakmu. Jungkook bahkan membuatnya babak belur"

Taehyung memandang Daehwan dengan tatapan yang terkejut. Ia lantas menundukan pandangannya, ia memilin-milin pakaiannya.

"Taehyung, lihat Papa"

Taehyung menggeleng. Ia tak kuasa melihat Papanya.

"Taehyung. Puteraku. Sayangku. Lihat Papa hm?"

Taehyung kembali menggelengkan kepalanya, ia terisak. Tanganya menyusuti air matanya.

"Maaf, Papa. Maaf. Tae—Hiks, Maaf"

Daehwan lantas langsung membawa Taehyung ke dalam pelukannya. Ia mengusap-ngusap punggung putera sulungya itu. Mengecupi Taehyung dengan penuh kasih. Daehwan tidak dapat membayangkan penderitaan puteranya selama ini. Menahan kesakitan seorang diri tanpa membaginya dengan orang lain ataupun keluarganya.

Taehyung meraung, ia menumpahkan segala yang ia pendam selama ini.

Hyera yang melihatnya ikut meneteskan air mata. Hyera tak dapat menyangka jika putera sulungnya mendapat ujian yang seperti ini. Hampir tiga tahun dirundung secara fisik maupun verbal, entah bagaimana Taehyung menahan semuanya sendiri.

Taehyung menangis sampai dirinya terkulai lemas dipelukan Daehwan, Daehwan mendekapnya erat, tak lupa membisikannya kata-kata penenang. Kemudian Daehwan membaringkan kembali Taehyung yang tertidur karena kelelahan akibat menumpahkan emosinya.

"Biarkan dia beristirahat lagi" Daehwan mengelus puteranya dengan lembut.

...

Tbc

MAMORUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang