11

366 65 5
                                    

Senang sekali ada yang vote! Terimakasih!

...

Taehyung merasakan tubuhnya diguncang-guncang. Kepalanya terasa cukup sakit dan matanya seperti menonjol keluar entah kenapa. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya menemukan sosok yang sedang memonyongkan bibirnya ke arahnya.

Taehyung berjenggit, ia menahan kepala Jungkook yang mengarah padanya.

"Ap-apa yang kau lakukan?" Sungguh Taehyung bergitu terkejut melihat Jungkook tengah memonyongkan bibir ke arahnya.

"Akhirnya bangun juga" Jungkook menepis tangan Taehyung yang bertengger di dahinya. Ia kemudian menjauhkan dirinya dari Taehyung.

"Apa harus kucium dulu Kak supaya kau bangun? Mau seperti putri salju huh? Ini sudah siang kau tidur mau sampai kapan?" Jungkook mengomel.

Taehyung mendudukan dirinya, ia merasakan kepalanya yang sakit. Mungkin karena kebanyakan tidur.

"Mandi dulu kak, biar segar. Kau terlihat seperti mayat. Kami tunggu di ruang makan."

Taehyung mengangguk. Ia masih berdiam di tempatnya.

"Cepat Kak! Aku sudah lapar! Papa bersi keras menunggumu dulu"

Jungkook melemparkan handuk pada Taehyung, ia menginginkan kakaknya cepat membersihkan diri. Tentunya Taehyung masih bisa membersihkan dirinya sendiri tanpa harus dibantu. Cedera di badannya sudah tidak terasa sakit lagi.

Jungkook sudah pergi dengan menghentakan kakinya. Ia mungkin kesal karena lapar.

Taehyung segera memasuki kamar mandi.

Hatinya begitu terasa lega, mungkin karena bisa meluapkan perasaan yang selama ini ia pendam kepada Daehwan. Andai saja ia tidak ketahuan, mungkin ia sudah menjalankan rencananya untuk mengakhiri hidup.

Hampir tiga tahun dirundung, mana mungkin seorang bisa bertahan tanpa melawan. Taehyung tidak pernah mengalami masa yang indah di sekolah. Persetan dengan drama-drama yang menunjukan para remaja bisa dengan bebas menjalin persahabatan dan hubungan dengan lawan jenis dengan begitu bahagia. Yang ia dapatkan hanyalah penindasan dari siswa-siswa yang menyatakan dirinya superior.

Bukannya Taehyung tidak bisa mengadu, ia tidak ingin ayahnya kecewa. Ia tak ingin membebani ayahnya. Beruntung Taehyung tidak bertumbuh menjadi remaja pendendam. Bisa saja mungkin Taehyung mencuri senjata dan menembaki teman-teman yang merundungnya. Namun Taehyung tidak diajarkan untuk menjadi seorang pendendam. Ibunya mengajarinya menjadi seorang yang begitu pemaaf, namun sayangnya ia menjadi tidak bisa untuk melawan.

Taehyung tidak punya tempat untuk mengadu. Dulu ketika ada yang berperilaku tidak baik padanya ia memiliki Jimin. Tapi sekarang ia harus berjuang sendirian untuk menghadapi semuanya.

Jungkook sudah memberikan wajah yang begitu tidak bersahabat. Ia memandang Taehyung dengan gestur yang seperti ingin menariknya cepat-cepat dari tangga.

"Kak cepatlah aku lapar!" Akhirnya Jungkook berseru membuat Taehyung mempercepat langkahnya menuju ruang makan itu.

Hyera sudah melotot dan bersiap mengomeli Jungkook yang langsung dibungkam oleh Taehyung dengan berkata tidak apa-apa.

"Ma, aku baik. Maaf menunggu sepertinya kalian sudah lama menahan lapar"

Tentunya Daehwan yang ingin makan bersama-sama dengan anaknya.

Taehyung sudah duduk.

"Bagaimana keadaanmu sekarang Nak?" Daehwan yang bertanya pada putra sulungnya.

"Membaik Pa"

"Syukurlah, makan yang banyak" Daehwan menaruh telur gulung pada mangkuk Taehyung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAMORUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang