9

238 39 1
                                    

...

Hening. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Jungkook tahu, ia salah karena memukuli Donghyuk, dan kini ia menjadi segan kepada Papanya. Ia baru tahu Papanya semenakutkan itu hingga membuatnya menciut. Jungkook pikir ia sudah sangat Jantan ternyata Papanya lebih membuktikan dirinya seorang pria jantan karena tidak menggunakan otot untuk menyelesaikan permasalahan. Daehwan menggunakan kepala dingin, dan kekuatan dengan sepantasnya.

"Jadi kau sudah tahu Taehyung selama ini dirundung?" Daehwan memecah kesunyian. Pandangan matanya masih berfokus pada jalanan di depannya.

"Hmm, baru satu minggu kemarin" Jawab Jungkook.

"Apa saja yang dilakukan oleh anak itu pada Kakakmu?"

"Aku pernah menemukan Kak Taehyung dikunci di loker alat kebersihan di kelasnya. Kemudian aku melihat badan kak Taehyung penuh dengan memar. Kupikir ia dipukuli juga. Aku membuntutinya dan Kak Taehyung menyembunyikannya dengan rapi. Sampai ia berlatih acting di depan kaca agar tak ketahuan" Adu Jungkook.

Daehwan merasakan jantungnya berdenyut cukup sakit mendengar penuturan Jungkook.

Jungkook melanjutkan kembali ceritanya.

"Menurut teman-temanku, Kak Taehyung itu sering dirundung oleh kelompok Donghyuk. Kak Taehyung kerap mengerjakan tugas mereka, mengambil uang Kak Taehyung, mengambil bekal makan Kakak lalu juga menyuruh-nyuruh kakak"

"Apa sekolah tahu?"

"Aku tak tahu Pa. Aku belum menyelidiki sejauh itu. Melihat Kak Taehyung diikat di tiang bendera membuat darahku mendidih. Aku memutuskan menghajar babi itu. Biar ia rasakan sakitnya dipukul!" Ujar Jungkook berapi-api.

Daehwan terkekeh. Ia mengusap-ngusap kepala Jungkook.

Jungkook bingung, kenapa Papanya tidak memarahinya.

"Papa tidak marah?"

Daehwan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Tapi tindakanmu tidak dapat dibenarkan. Dengan kamu memukulinya tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi terimakasih sudah membantu kakakmu. Kau anak baik Jungkook. Papa bangga kepadamu"

Jungkook melongo. ia juga tersipu karena dipuji oleh Papanya.

"Lain kali jika ada masalah gunakan otakmu, jangan kau turuti emosimu. Masih untung kau tadi tidak membuat anak orang mati. Kemarahan yang tak bisa kau kontrol bisa menjadi bumerang sekalipun niatmu baik. Jungkook bisa paham?" Daehwan menasehati putera bungsunya itu. Jungkook mengangguk-ngangguk ia menyadari tadi dia terbawa emosi.

"Bagus, ini baru anak Papa" Daehwan mengusap kembali pucuk kepala Jungkook.

Jungkook tersenyum lagi.

"Itu tidak sakit?" Daehwan bertanya, ia melihat sebelah mata puteranya yang semakin menghilang karena bengkak.

"Sakit dong Pa. Lihat aku juga dipukul disini. Mereka itu pengecut beraninya keroyokan" Jungkook mengadu pada Papanya.

"Nanti minta Mama atau bibi untuk mengompres memarmu ya nak. Dimana lagi kau terluka?"

"Hanya di wajah saja Pa. Sialan si bedebah itu malah menyerang wajah tampan Kim Jungkook. Bagaimana peringkat siswa tertampan nanti tidak disematkan padaku? Huh, sial" Jungkook mengeluh lagi membuat Daehwan tersenyum.

Mereka sudah sampai di rumah, itu sudah menjelang pagi. Hyera terkejut melihat wajah anaknya yang membengkak.

"Siapa yang menang?" Hyera bertanya pada Jungkook yang sudah selesai membersihkan diri. Hyera memegangi kantung karet yang berisi es batu untuk mengompres bengkak di wajah Jungkook. Mereka sudah duduk-duduk di sofa ruang keluarga.

"Aku dong Ma" Jawab Jungkook.

"Bagus"

Daehwan yang mendengarnya menggeleng-gelengkan kepalanya. Istrinya unik sekali.

"Mulai sekarang kau harus lindungi Kakakmu, mama dengar dari Papa Taehyung dirundung iya?"

"Aku akan pasang badan jika ada yang menyakiti Kakak lagi." Kata Jungkook mantap.

"Bagus itu anak Mama."

Jungkook sudah mengantongi izin dari kedua orangtuanya untuk melindungi Kakaknya. Walaupun ia statusnya adalah seorang adik, hirarki tidak menentukan siapa yang melindungi dan dilindungi. Intinya ia harus melindungi orang yang ia sayangi yakni keluarganya.

"Anakku ini pemberani sekali, bagaimana kau mendidiknya sayang?'' Tanya Daehwan.

"Jungkook memang sudah memiliki kepribadian yang seperti ini
Orangnya tidak tahan kalau ditindas atau mengalami kekalahan. Untung saja dia juga bergaul dengan lingkungan yang baik. Entah mungkin kalau Jungkook salah asuh, ia akan menjadi seperti orang yang membuli Taehyung. Aku bersyukur sekali ia tumbuh jadi anak baik." Ujar Hyera.

Jungkook tersipu. Ibunya jarang sekali memujinya. Apalagi ini dihadapan Papanya.

"Terimakasih sudah memberiku anak seperti Jungkook, kedepannya tolong bantu aku untuk bisa memberikan perhatian juga pada Taehyung ya?"

"Tentu saja aku kini ibunya"

"Terimakasih sayang" Daehwan mengecup bibir Hyera, Hyera tersenyum dan menyambutnya.

"BAGAIMANA BISA KALIAN BERCIUMAN DI DEPAN ANAK DIBAWAH UMUR!!" Teriak Jungkook mengagetkan orangtuanya yang terpergok bermesraan.

Daehwan dan Hyera tertawa-tawa bagaimana bisa mereka melupakan Jungkook yang sedari tadi berada di sana.

Jungkook mengambil kantung es batu untuk diboyongnya dari sana.

"Pa, aku libur ya. Lihat mukaku sedang tidak tampan. Dan badanku sakit. Ya ya?" Jungkook tidak bohong ia letih sekali.

"Hmm. Tentu Papa ijinkan. Kau beristirahat saja hari ini"

"Azza!!! Aku mau tidur dengan Kak Taehyung!" Jungkook segera berlari menuju lantai dua ke kamar Kakaknya.

...

Tbc

MAMORUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang