Bab 21

9 7 5
                                    

Kembali memulai untuk yang akan usai.

___

Setelah mengantarkan Lusi pulang, Ilham langsung melajukan motornya ke arah rumahnya. Berniat untuk merebahkan badannya serta pikiranyya yang kalang kabut. Ilham terbengong sebentar di halaman rumahnya, ia masih memikirkan Lusi yang dengan tiba – tibanya menghampiri dirinya dan menjelaskan kronologi putusnya dengan Dirga. "Ada apa sih ini sebenarnya," monolognya bingung.

"Darimana aja de? Baru pulang jam segini," tanya Ayah serta menatap jam yang berada didinding. Langkah Ilham terhenti dan langsung menghampiri sang ayah guna menyalaminya. "Gak darimana-mana," ujar Ilham serta pamit guna ke atas. Ilham melemparkan tasnya ke arah sofa, tanpa basa basi ia langsung menerjang kasur yang sedari masuk sudah melambai untuk disapa.

Didalam pikirannya, nama Lusi selalu menghantui. Akibat dari kejadian tadi, membuat Ilham ingin membuka hatinya kembali dan mencoba kembali mendekati Lusi. Namun, logikanya berbicara bahwasannya dia hanya dijadikan sebuah pelampiasan. Dimana Lusi hanya datang dikala bencana menghampirinya.

"Arrrghh," pekik keras Ilham serta menarik rambunya, frustasi. "Kenapa jadi gini. Empat puluh lima persen lagi gue udah move on dari dia," monolog Ilham. Ia pun bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan gontai ke arah kamar mandi. Ia ingin mendinginkan badan dan pikirannya.

Setelah beberapa menit menjalankan ritual pendinginannya, akhirnya sekarang Ilham sudah segar bugar. Ia berjalan ke arah balkon yang akan menampilkan langit gelap. Ilham duduk dikursi itu, serta menatap langit yang akan berubah warna. Rencana move onnya sudah gagal. Lusinya sudah kembali dalam jangkauan yang mungkin akan bisa digapai. Untuk sekarang Lusi bisa digapai oleh Ilham. Dan ia akan bertekad dalam hati untuk kembali mendekati Lusi. Namun, lagi-lagi logikanya menolak untuk hal ini.

"Di Wargan ada siapa aja?" tanya Ilham pada Brandon dalam saluran teleponnya. Ia tak kuat mencari solusi untuk permasalahan percintaannya. Ia sudah pusing, jadi ia akan berencana menemui teman-temnnya dan meminta solusi mereka.

"Oke. Gue ke sana," ujar Ilham serta menutup saluran teleponnya.

"Kemana De?" tanya Ibu dengan mata tidak lepas dari layar televisinya itu. Ilham menghampiri Ibunya dan menyalaminya serta berpamitan untuk pergi nongkrong.

"Tumben banget sekarang lo nongkrong mulu," celetuk Doni serta menelisik pakaian Ilham. "Jangan-jangan lo mau ngedate ya?" tebak kakak Ilham itu.

"Enggak. Gue bener mau nongkrong di Wargan," ujar Ilham serta berlalu meninggalkan keluarganya.

"WOY LO ENGGAK PAMITAN SAMA ABANG YA!" teriak Doni yang tidak mendapatkan salam dari adiknya itu. Ilham yang sudah diambang pintu pun menoleh dan memberi kiss bye sebagai salam pamitnya pada Doni. "Najis," umpat Doni dan membuat Ilham terkekeh.

"Gila! Apa kabar lo?" sapa Ilham pada temannya yang jarang terlihat oleh matanya. Temannya itu tersenyum. "Baik gue," balas teman Ilham itu serta berhigh five. "Gue tinggal beberapa bulan, lo banyak berubah ya Ham," sambung teman Ilham itu. Ilham hanya terkekeh menanggapinya. Setelah berngobrol-ngobrol ringan, Ilham pun mengajak temannya itu untuk masuk ke dalam Wargan.

"Wih. Whats up bro!" ujar Beni dengan girang akan kedatangan teman lamanya itu. Teman yang tadi ngobrol bersama Ilham pun tersenyum dan bersalaman dengan semua yang ada disana.

"Gimana-gimana?" tanya Beni dengan sangat penasaran. Ia melihat tadi siang atau lebih tepatnya pulang sekolah, Ilham pulang sekolah bareng Lusi.

"Jadi, dia mutusin si Dirga. Gara-gara si Dirga hanya mainin dia," ujar Ilham.

"Terus alasan dia ngindarin lo apa?" tanya Beni lagi. Ilham menggelengkan kepalanya. "Wah. Berarti lo dijadiin pelampian sih ini," ujar Brandon serta menggebrak meja membuat semua yang ada di Wargan terkaget.

Ilham menggelengkan kepalanya. "Guenya juga enggak nanya sih," ujar Ilham. "Gue mau minta saran sama kalian," sambung Ilham dan langsung dianggiku oleh Brandon dan Beni. Ilham menghela napasnya. "Setelah kejadian ini. Apa gue harus maju lagi atau mundur?" tanya Ilham.

Beni dan Brandon diam seketika. Mereka memikirkan apa konsekuensi dari apa yang akan mereka bicarakan dan diambil oleh Ilham. "Menurut gue mah. Mumpung doinya jomblo mening gas aja lah," ujar Beni dengan sangat semangat.

Brandon menyeritkan dahinya, ia tak setuju atas saran Beni. "Lo kan udah move on nih, tanggung kalau setengah-setengah mening gas ajalah tamatin," ujar Brandon. "Kalau bisa, lo deketin Desi aja," sambung Brandon dengan enteng.

"Kenapa lo nyangkut pautin sama Desi mulu?" tanya Ilham dengan raut bingung. Beni dan Brandon saling melirik lewat matanya.

"Eum, kayaknya Desi suka sama lo," ujar Brandon dengan ragu – ragu. Ilham menyeritkan dahinya lagi. "Mana ada dia suka sama gue. Orang baru kenal juga," jawab Ilham membuat Beni tersenyum kecil. Asal lo tahu Ham, dia kenal lo udah lama, batin Beni. Ilham menggelengkan kepalanya dan memikirkan kembali apa yang jalan yang akan diambil kedepannya. Keduanya sama-sama mempunyai konsekuensi yang sangat besar bagi Ilham.

"Yaudah, gue coba."

(I)Lusi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang