Bab 22

8 7 4
                                    

Prolog yang sempurna bagiku yang pemula.

___

"Sorry. Lama ya?" tanya seseorang yang berada dihadapan Ilham dengan pakaian yang sama dengan Ilham. Ilham yang menunduk memainkan ponselnya pun mendongkak dan mendapatkan Lusi dihadapannya dengan wajah yang rupawan. "Cantik banget sih Lus," puji Ilham dengan diakhiri senyuman. Lusi yang dipuji pun tersenyum lebar.

"Biasa aja kali," ujar Lusi malu-malu. Ilham terkekeh melihat salah tingkah Lusi itu. "Yaudah yuk. Keburu telat nanti," ujar Ilham dan diangguki oleh Lusi.

Motor beat Ilham membelah jalanan kota yang sangat ramai. Dengan kecepatan yang standar, ia ingin menikmati kehidupannya pagi ini, apalagi ditambah bidadari yang berada di belakangnya ini. "Gue mau nanya boleh?" tanya Lusi pada Ilham dan langsung diangguki oleh Ilham. "Lo gak bikin puisi lagi?" tanya Lusi.

Ngomong – ngomong puisi, Ilham langsung teringat dengan Desi. Perempuan itu beberapa hari ini tidak terlihat oleh manik matanya, ia juga sudah tidak merecoki Ilham dengan suara yang bisa dikatakan kencang. Dan sialnya, Ilham rindu mencubit pipi Desi. "Heh! Malah bengong," ujar Lusi serta menepuk pundak Ilham.

Ilham melirik Lusi dari kaca spion dan tersenyum. "Kemarin-kemarin mah iya," ujar Ilham.

"Kenapa?" tanya Lusi penasaran.

"Objek dari puisinya udah gak berada dijangkauan gue," ujar Ilham membuat Lusi mengerutkan dahinya.

"Emang apa objeknya?" tanya Lusi lagi.

"Lo." Ucapan Ilham membuat bibir Lusi terangkat ke atas. Ia merasa hatinya menghangat. "Kenapa senyum - senyum?" tanya Ilham serta diakhiri kekehan. Lusi menggelengkan kepalanya, dan tanpa kata atau ucapan apapun tangan Lusi langsung melingkarkan tangannya dipinggang Ilham, membuat Ilham terdiam seketika. "Heh! Jangan buat orang baper," ujar Ilham serta melirik kaca spion yang menampilkan wajah Lusi dengan senyuman manisnya.

"Biarin," ujar Lusi dengan diakhiri mengeluarkan lidah, mengejek. Ilham terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Hari ini, ialah hari yang selalu Ilham harapkan, bercerita layaknya orang dekat dan bercanda gurau. Menikmati angin pagi yang sangat segar serta pelukan yang sangat hangat.

Gue harap hal ini akan terulang kembali, batin Ilham serta melirik tangan yang melingkar dipinggangnya.

"Iya tahu yang lagi bahagia mah," ujar Beni kala sampai dikelas dan menyindir Ilham yang sedari tadi senyum-senyum tidak jelas. "Sekarang mah gas langsung atuh Ham," ujar Beni serta duduk dikursi yang berada di sebelah Ilham.

Ilham menoleh kepada Beni dan menaikan alisnya, bingung. "Gas apaan? elpiji"

"Kocak lo. Itu acara nanyain perasaan lo," ujar Beni. Ilham menatap lurus ke arah depan dengan raut serius. "Gue usahain dah," ujar Ilham serta melirik ponselnya yang menyala dan menampilkan sebuah chat. Matanya langsung melotot dan tanpa basa basi pun ia langsung berlari ke luar guna menghampiri kelas Lusi.

"Lepasin gue Ga," ujar Lusi serta menghentakan tangannya yang dipegang erat oleh Dirga.

Ilham berdiri diambang pintu kelas Lusi, ia menatap Dirga tajam. Ia melihat Lusi meminta bantuannya, tanpa berlama-lama, Ilham pun menghampiri Lusi dan mendorong bahu Dirga agar menghindar dari Lusi.

"MAKSUD LO APAAN?!" teriak Dirga yang tidak terima dirinya ditarik sembarangan oleh Ilham. Lusi menutup matanya sebentar, ia takut atas teriakan Dirga. Ilham yang melihat itu pun menggenggam lembut tangan Lusi.

Tanpa Ilham sadari, seorang perempuan sedang tersenyum miris melihat perlakuannya kepada Lusi. Desi juga sangat menyayangkan akan sikap Ilham yang mudah tertipu oleh sifat lemah lembut Lusi. "Bentar lagi lo bakal tahu yang sebenarnya Ham," monolog Desi serta masih tetap menatap Ilham dengan berbinar.

Ilham menetap tajam seseorang yang dihadapannya itu. "Jangan kasar sama cewek dong. BANCI LO!" ujar Ilham serta menekankan kata banci.

Dirga pun menatap Ilham dengan mata yang tidak kalah tajam. Ia pun menampilkan senyum devilnya, yang membuat siapapun perempuan akan terpesona. "Asal lo tahu. Dia hanya main – main sama lo Ham. Salah satu korban mainannya dia itu gue Ham," ujar Dirga dengan nada tajam. Lusi mengerjapkan matanya tak terima. "Jangan asal ngomong ya lo!" ujar Lusi dan itu menjadi atensi Ilham.

"Apa? Perlu gue kasih tahu semua kebusukan lo pada dia," ujar Dirga serta menunjuk Ilham. "Apa perlu gue ngomong kalau lo sebenarnya cuma manfaatin dia buat menangin hati Brandon," sambung Dirga.

Ilham menampilkan raut bingung, ia tak mengerti apa yang dimaksud oleh Dirga dan Lusi. "Gue kasih tahu dari sekarang agar lo siap untuk mundur dan ditendang oleh dia," ujar Dirga serta menepuk pundak Ilham.

"Apa maksud dari omongan dia Lus?" tanya Ilham ketika Dirga sudah keluardari kelas Lusi. Keterdiaman Lusi membuat Ilham sedikit percaya akan yangdiucapkan oleh Dirga.

(I)Lusi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang