"Pasrah deh! Udah pasti telat!" gerutu seorang pemuda yang sesekali melihat jam yang melingkar ditangannya. "Mana lama banget ini lampu merah. Ck," decak laki-laki yang bername tag Ilham. Sedetik lagi lampu merah akan berganti, dengan gas yang sudah dipullkan, Ilham langsung melenjat pergi menghiraukan umpatan – umpatan yang dikeluarkan oleh pengendara lain.
"Ah, mantap banget," ujar Ilham kala matanya menatap gerbang dengan nama sekolahnya tertutup rapi. Matanya juga menatap beberapa orang yang sama sepertinya, terlambat. Dengan kecepatan motor yang sedang, Ilham pun menghampiri gerbang sekolah yang sudah ada beberapa anggota OSIS yang sedang berjaga.
"Udah tahu terlambat! Masih aja ngejalanin motornya nyantai," celetuk siswi anggota OSIS kala Ilham baru saja sampai di depan gerbang dan turun dari motor maticnya. Ilham mengerutkan dahinya. "Nyindir saya?" tanya Ilham serta menunjuk dirinya sendiri. Dengan polos anggota OSIS itu menganggukkan kepalanya. "Terus kalau bukan lo siapa?" tanyanya balik dengan ketus.
"Siapa tahu 'kan pada orang yang disebelah kanan saya," ujar Ilham serta melirik sebelah kanan yang tidak ada siapa-siapa. Anggota OSIS tadi, memelototkan matanya pada Ilham yang terdiam tenang.
"Udah, jangan dilanjutin debatnya. Nanti Pak Ketu tahu, berabe," lerai seorang perempuan yang berada di belakang siswi tadi, kala melihat sebuah perdebatan kecil.
Perempuan tadi menoleh menatap temannya yang baru datang. "Tuh, dia. Orangnya ngeselin," ujar perempuan itu. Teman perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya. "Udah sana! Lo urusin yang lain," ujar perempuan itu. Dan perempuan itu pun meninggalkan Ilham beserta temannya.
Perempuan itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat tingkah laku temannya itu. "Sorry Ya. Namanya siapa?" ujar perempuan itu pada Ilham yang sedari tadi diam termatung.
Ilham termangu kala melihat lengkungan bibir perempuan yang berada dihadapannya. "Masya allah. Senyumanmu kayak ngajak berumah tangga," ucap Ilham pelan.
"Hallo. Namanya siapa ya?" tanya perempuan itu serta melambaikan tangannya di depan wajah Ilham.
"Eh, sorry. Ilham," ucap Ilham kala seseorang menepuk pundaknya untuk kembali tersadar. Perempuan yang berada di depan Ilham pun menuliskan nama Ilham dibuku yang sedari tadi ia pegang. "Terima kasih," ucapnya dan langsung melenggang pergi menjauhi gerbang sekolah.
"Terpesona ya?" tanya seorang laki-laki yang berada di sebelah Ilham. Ilham menoleh, "sotoy lo," balas Ilham dengan diakhiri kekehan ringan.
"Lusi. Namanya Lusi."
~Tunggu part selanjutnya~
Mau bikin hati orang seneng gak? Kalau mau, coba tambahkan cerita ini ke perpustakaan atau reading list kalian, terus klik bintang kalau bisa komennya juga. Yakin deh, hal itu membuat hati orang lain seneng bahkan sampe jingkrak-jingkrak. hehehe.
Terima kasih yang sudah membaca dan melakukan hal yang tadi disebutkan.
Sampai jumpa dipart selanjutnya.
-me, titan
KAMU SEDANG MEMBACA
(I)Lusi (Selesai)
Novela JuvenilKisah seorang pemuda yang berusaha melawan sifat buruknya, mencoba keluar dan mencari secercah harapan akan sebuah keoptimisan. Ilham, laki-laki itu. Laki-laki yang berjuang menaklukan sifat dan dambaan hatinya.