Bagian 7 (End)

771 62 0
                                    

****

"Vino sakit,"

Ada jeda beberapa detik dari keterkejutannya sebelum Vito menatap Fero menuntut penjelasan.

Kenapa ini terasa aneh. Setelah selama ini Vito tak merasa ada yang salah dengan kesehatan Vino. Kakaknya selalu terlihat baik-baik saja. Kecuali akhir-akhir ini memang memunculkan kekhawatiran Vito akan kesehatan kakaknya.

Sedangkan Fero menutup matanya sebentar sebelum kembali menatap Vito dengan serius. Sulit untuk mengungkapkan rahasia yang selama ini Vino sembunyikan. Rasa sakitnya masih sama seperti saat pertama kali Fero mengetahuinya. Maka setelah memantapkan hati, Fero akhirnya menyampaikan rahasia Vino dengan perlahan. Agar Vito tidak terlalu terkejut dan bisa memahaminya.

"Multiple Myeloma. Sejenis penyakit kanker kelainan darah. 2 tahun Vino menderita penyakit itu."

Vito sempat terdiam beberapa detik sebelum kenyataan kembali menampar kesadaran Vito. Semesta kembali mempermainkan hidupnya. Tak cukupkah Tuhan mengambil kakaknya secara tiba-tiba, kini Vito harus mendengar sebuah rahasia yang tak pernah ia duga. Kenyataan akan sakit yang Vino sembunyikan darinya membuat hatinya sakit. Rasa sakit dan penyesalan kini beradu di dadanya. Menyesakkan dan membuatnya tersiksa. Dan tak ada yang bisa Vito lakukan selain menangis. Walau ia tau itu tidak akan membuat Vino kembali padanya.

Fero menggenggam pundak Vito. Ia tahu, disini Vito yang paling terluka. Dan mungkin yang belum mengikhlaskan Vino pergi. Kepergian kakaknya secara tiba-tiba pasti memukul keras mentalnya. Membuatnya sulit menerima kenyataan. Memang, kehilangan seseorang tak semudah merelakan. Akan ada bayang masa lalu yang tak mudah dilupakan. Yang dengan rindu selalu minta untuk dipertemukan. Dan hanya Vino yang kini Vito butuhkan.

Sebenarnya, Fero tak yakin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya. Kepergian Vino terlalu mendadak. Tak ada pesan atau salam perpisahan yang mengharukan. Tak ada tanda yang sebenarnya tak ingin mereka ketahui untuk diperkirakan. Karena Vino sendiri selalu menutupi sakitnya dari orang lain. Pintar sekali mengatakan dirinya baik-baik saja, dikala sakit itu berusaha membunuhnya. Di sini, semesta juga memegang peran penting. Yang takdirnya selalu tak terduga. Kadang mengkhianati kepercayaan akan harapan yang sempat melambung tinggi. Termasuk kesembuhan bagi orang tercinta seperti Vino, yang justru memiliki takdir lain.

"Kemarin, kakak lo kambuh. Untuk pertama kalinya, gue liat dia muntah darah. Saat itu gue panik banget, tanpa pikir panjang bawa Vino kerumah sakit. Kata dokter, kondisi tubuh Vino semakin memburuk. Gue langsung panggil Om Ardi saat itu."

Fero menjeda ucapannya. Menenangkan diri sejenak ketika mengingat kejadian semalam. Melirik sekilas pada Vito yang terdiam dengan pandangan kosong dan air mata yang tak berhenti mengalir. Sudah dikatakan, diantara yang lain, anak itu mungkin yang paling sulit percaya. Kakak yang selama ini ia anggap baik-baik saja ternyata menyimpan sakit yang tak terduga.

"Malemnya Vino baru sadar, gue seneng banget waktu itu. Gue kira Vino bisa bertahan lebih lama lagi. Tapi dia bilang udah capek. Pengin tidur. Gue kira dia cuma tidur biasa, tapi ternyata dia tidur buat selamanya. Pukul 2 pagi, dokter mengumumkan kematiannya"

Setelah mengungkap semua ceritanya, air mata yang coba ia tahan sekuat tenaga keluar begitu saja. Fero tak dapat menahan kesedihan lebih lama lagi. Bagaimanapun, disini ada yang lebih terluka. Tetapi tak dapat dipungkiri ikatan persahabatan yang telah terjalin lama membuatnya sadar, Vino sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Ia disini juga sama-sama hancur. Seolah bagian dari dirinya kehilangan sesuatu yang berharga. Dan saat yang berharga tidak ada, timbullah luka besar dihidupnya.

Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang