| Hidden Feelings |
Normal POV
Selesai mengerjakan tugas kelompok bersama Eren, Mikasa dan Armin. (Name) pergi ke supermarket mengingat kulkas nya mulai kosong.
Di supermarket tak terlalu ramai, hanya saja disana berisik.
Mengambil bahan kebutuhan, mulai dari sayur, makanan instan, bumbu dapur, dan cemilan tentunya.
"Totalnya XXXX Yen" Kata seorang di kasir. (Name) menyerahkan uang nya sesuai yang di katakan orang kasir itu.
Selesai membayar, (Name) langsung keluar dari supermarket. Cuaca yang tadinya cerah, kini berubah menjadi warna gelap, pertanda hujan akan datang.
"Ck! Perkiraan cuaca sialan!" Umpat (Name), karena tadi ia melihat perkiraan cuaca yang di perkirakan akan cerah berawan. Tapi nyatanya? Terjadi hujan lebat sehingga (Name) harus menunggu di halte bus.
Selama menunggu di halte bus, (Name) hanya menggerutu dan mengumpat kesal.
Drap drap
Suara derap langkah kaki terdengar menuju halte, walau tak terlalu jelas karena ada hujan, suara itu mampu di tangkap oleh Indra pendengaran (Name).
Menoleh untuk melihat siapa yang mendapat nasib sama dengan nya. Manik (e/c) (Name) malah bertemu dengan manik abu - abu yang tak lain milik Levi.
"Oh? Senpai?" Tanya (Name). "Hm" Jawab Levi.
Keheningan di halte bus mulai terjadi. (Name) sebenarnya ingin mengelak dengan memainkan ponsel, tapi apa daya? Handphone nya bahkan masih di rumah. Jadilah ia terjebak di keheningan bersama Levi.
"Kau bilang benci Ackerman, bocah?" Tanya Levi memecah keheningan. Bukanya menjawab, (Name) malah tersenyum lembut.
"Aku memaklumi kondisi paman mu kok, dia sedang stress kemudian dia mabuk, kan. Jadi dia sedang tak sadar, dan bukan sepenuhnya kesalahan pamanmu" Jawab (Name) panjang lebar.
"Terima Kasih" Kata Levi hampir tak bersuara, terhalang hujan, (Name) hanya mendengar gumaman tak jelas itu. Bahkan dia tak tau artinya.
* * * *
Kini Levi berjalan menuju Cafe, ia diajak oleh Erwin, Mike, dan Hanji. Sebenarnya ia tak mau, tapi dia di paksa oleh Hanji.
"Yo! Levi" Sapa Erwin semangat. "Hm".
"Anoo--Aku ke toilet sebentar" Pamit Levi berjalan menuju kamar mandi. "Kau ini! Belum apa - apa udah toilet!" Ejek Hanji memukul punggung Levi (sedikit) pelan.
"Sakit! Kacamata Sialan!".
Sementara Levi pergi ke kamar mandi, Levi jadi bahan pembicaraan antara Erwin, Mike, serta Hanji.
"Kalian tau? Levi itu sebenarnya...." Kata Hanji menggantung. "Hei, Levi apa? Beritahu kami!" Suruh Erwin pada Hanji. Mike hanya mengangguk setuju ucapan Erwin.
"Baiklahh~" Jawab Hanji. "Dia.. Pernah menulis di catatanya,--ekhhem.." Sambung Hanji. "Cepat beritahu!" Suruh Erwin. "Jangan buat kami penasaran" Kata Mike mengangguk setuju.
"Aku lupa bagaimana kalimat awalnya.. Tapi, intinya Suki Da Yo, (Name). Begitu" Jawab Hanji. Sontak Erwin dan Mike jadi salah tingkah, antara kaget, tak percaya, juga shock.
"Hee?! Yang ben--" Pertanyaan Erwin tiba - tiba terpotong oleh--
"Kalian membicarakan apa? Sangat berisik tahu! Lihat kita jadi pusat perhatian sekarang" Potong Levi cepat.
"Hwee?! Tidak kok!!" Elak Hanji. "Hanya Soal Tugas" Jawab Erwin berbohong. Mike hanya mengangguk, mengatakan 'iya'
"Tak usah berbohong" Ucap Levi mengintimidasi. "Tapi kami sungguh - sungguh" Kata Hanji dan dijawab anggukan oleh Erwin dan Mike.
"Hm"
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
T
B
C(A/N) : (Tanganku gatel mau publish)
Pendek Sekalii~
498 kata
[ Published : 13 April 2021]
See you in next Chap~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Feelings | Levi Ackerman ✓
أدب الهواة[ Completed ] "ʟᴇᴠɪ ᴀᴄᴋᴇʀᴍᴀɴ? ꜱɪᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴀᴋ ᴍᴇɴɢᴇɴᴀʟɴʏᴀ? ᴋᴇᴛᴜᴀ ᴏꜱɪꜱ ᴛᴇʀᴘᴏᴘᴜʟᴇʀ ꜱᴇ - ꜱᴍᴀ" Jika dikatakan banyak sekali gadis yang ingin berpacaran dengan nya, tapi selalu ditolak dan pada akhirnya mereka semua menyerah. Tapi kukatakan disini aku mem...