| Hidden Feelings |
Normal POV
"Kau boleh makan bersama kami kok, (Name)" Tawar Eren. Sekilas (Name) melirik Mikasa yang mengeluarkan aura gelapnya."T - terimakasih, tapi tak perlu Eren" Tolak (Name) kemudian berlari menjauh secepat kilat. "Hahh..." Helaan nafas (Name) terengah saat sampai di pohon.
Makan di bawah pohon tak buruk juga, pikir (Name). (Name) mulai duduk di rerumputan taman sekolah. Bau rerumputan segar dapat membuat (Name) rileks walau sejenak.
Cuacanya pun tak terlalu buruk, matahari tak terlalu panas, dan juga tak ada tanda - tanda akan terjadinya hujan.
Saat tenang - tenangnya (Name) makan, ada seseorang yang datang. "Hoi bocah" Sapa Levi dari atas pohon. "Hm?" Jawab (Name) singkat.
Srkk!
Levi mendaratkan kaki nya dengan mulus di rerumputan. "Kudengar kelas mu hari ini ada ulangan Matematika" Kata Levi. "Ya, memang ada. Kenapa, senpai?" Jawab (Name) kemudian kembali memakan bekal nya.
Levi mendudukkan diri di sebelah (Name), "Bagaimana nilai mu?" Tanya Levi. Mata (Name) seketika berbinar, ia baru ingat bahwa senpai di sebelahnya ini mengajarinya matematika kemarin.
"Terima kasih telah mengajari ku kemarin, senpai" Kata (Name), "Nilai ku menjadi 90 lhoo, tadi" Sambung (Name) senang.
Tanpa (Name) sadari, Levi tersenyum tipis mendengar jawaban nya. Hening sejenak, inilah yang paling (Name) benci dari Levi, sangat hemat bicara. Memang (Name) tak suka orang banyak bicara, tapi Levi itu tak akan bicara jika tak di ajak.
"Anoo.. Senpai, kau mau apa di sini?" Tanya (Name) berusaha mencari topik. Perempatan imajiner muncul di dahi Levi, "Aku sedang makan dan kau melihatnya, bocah" Jawab Levi sarkas.
Soal itu aku tau! Tapi kenapa harus di sini! Pikir (Name) kesal. "Harus di sini? Ngga di Rooftop aja?" Tanya (Name) polos. "Udara di sini lebih sejuk dari pada di Rooftop asal kau tau" Jawab Levi asal.
Kesal dengan jawaban Levi, (Name) hanya membalas nya dengan decakan lidah.
× × × ×
Mendapat tugas tambahan membuat (Name) mau tak mau mengerjakan nya sepulang sekolah. Sensei sialan! Mana ada soal kimia yang bisa dikerjain dalam waktu satu jam! Gila!! Gerutu (Name) kesal.
(Name) menghela nafas panjang, pekerjaan nya dari 45 menit lalu tak sia - sia. Buktinya, sekarang semua sudah selesai, tinggal menentukan jawaban nya benar atau salah.
(Name) keluar dengan tas ditenteng, tak lupa membereskan barang nya tadi. "Sumimasen... Ini tugas tambahan saya, Pixis - sensei" Kata (Name) menyerahkan kertas jawaban ke meja Pixis.
Tiba - tiba, ada seseorang yang masuk ke ruangan guru dan mengambil tumpukan buku, Levi. "Oi bocah! Bantu aku bawa ini ke perpustakaan!" Perintah Levi pada (Name).
(Name) yang kesal, menatap Levi dengan tatapan 'kalau ada orang lain kenapa harus aku?!?!'. "Ck! Bantu saja apa susahnya, sih?!" Ucap Levi memberikan setengah tumpukan buku pada (Name).
Karena mendapati tumpukan buku di tangan, mau tak mau (Name) berjalan mengikuti Levi menuju perpustakaan.
Senpai sialan!! Rutuk (Name) dalam hati terus - menerus. Jarak perpustakaan dari ruang guru tak jauh, (Name) hanya malas.
Sampai di perpustakaan, (Name) langsung menggeletakkan buku nya di lantai.
Brukk!!
Suara buku tergeletak begitu kencang, seakan menggema satu ruangan, jangan lupakan Levi yang menegurnya. "Pelan - pelan, bocah" Tegur Levi meletakkan buku nya.
"Jaa, aku permisi ya senpai" Kata (Name) berjalan ke arah pintu perpustakaan. "Bantu aku menata bukunya!" Perintah Levi.
"Hah?!" Mata (Name) membalak, ya kali dia jadi babu senpai ini berturut - turut. "Hormati senpai mu" Kata Levi, (Name) hanya melihat nya memutar bola mata malas.
(Name) akhirnya hanya bisa membantu Levi menata buku di rak, dia hanya tak ingin membantah senpai OSIS nya itu.
"Hmm.... Selesai" Gumam (Name). "Senpai, aku permisi pulang. Jangan menyuruh - nyuruh ku lagi!" Pamit (Name) keluar perpustakaan di ikuti Levi.
Tak ingin terlibat keheningan, (Name) memasang earphone nya dan menyalakan lagu nya. Jadilah ia hanya fokus pada lagunya, bukan pada jalan.
"Heh!! Kau yang harus membersihkan ini Eren!" Teriak Jean menggema sampai telinga Levi.
"Kau mengepel saja! Aku akan mengelap meja" Sahut Eren yang terdengar dari kelas (Name).
"Hah?! Itu tak adil!!" Protes Jean tak terima.
"Tak adil dari mana?!" Tanya Eren kencang.
"Jelas lah! Mengepel it--" Jawab Jean.
"Oi! Kalian cepat bersihkan atau piket kita tak akan selesai!" Bentak Mikasa melerai Eren dan Jean.
"Bocah berisik" Gumam Levi mengarahkan pandangannya ke jendela. Alhasil, mereka berdua berjalan tanpa melihat ke arah depan.
"Oi! Mana wadah air nya?" Tanya Mikasa pada Eren dan Jean. Eren dan Jean hanya menatap satu sama lain, kemudian menggidikkan bahu acuh.
Bruk! Ctak!
Ketika Eren, Mikasa, dan Jean tengah mencari wadah air. Malah terdengar suara orang jatuh dari koridor luar.
Mereka tak memperdulikan itu, malah melanjutkan mencari wadah nya.
"Mmhh..." Ronta (Name) mencoba lepas dari tindihan Levi. Levi tak menggubrisnya, ia tetap melumat dan mencoba memasukan lidahnya ke mulut (Name).
"Ber.. mm.. hen.. ti... " Pinta (Name) disela ciuman Levi. Sesaat kemudian, barulah Levi sadar apa yang ia lakukan.
Levi langsung berdiri dan mengulurkan tangan pada (Name). (Name) pun hanya menerima uluran itu kemudian membuang muka, mukanya semerah tomat sekarang.
Levi? Jangan ditanya, mukanya bahkan tak kalah merah dari (Name).
Dan yah, (Name) dan Levi menjadi canggung sejak kejadian itu. Bicara satu sama lain bahkan semakin jarang sekarang.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
T
B
C(A/N) :
835 kata
[ Published : 17 April 2021]
See you in next Chap~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Feelings | Levi Ackerman ✓
Fiksi Penggemar[ Completed ] "ʟᴇᴠɪ ᴀᴄᴋᴇʀᴍᴀɴ? ꜱɪᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴀᴋ ᴍᴇɴɢᴇɴᴀʟɴʏᴀ? ᴋᴇᴛᴜᴀ ᴏꜱɪꜱ ᴛᴇʀᴘᴏᴘᴜʟᴇʀ ꜱᴇ - ꜱᴍᴀ" Jika dikatakan banyak sekali gadis yang ingin berpacaran dengan nya, tapi selalu ditolak dan pada akhirnya mereka semua menyerah. Tapi kukatakan disini aku mem...