Opening : Runaway

19 3 5
                                    


Now playing AURORA - Runaway

"and i was runnin' far away"

"DOR!"
"DOR!"
"kemana anak sialan itu pergi, menyusakan pekerjaanku saja."

"hhh"
"hhh"
"kurasa aku aman sekarang."
Ditengah hutan pinus ia berlari diantara sela peluru, setiap teriakan dan lolongan ia hiraukan demi hidupnya.
"jika aku tertangkap aku mati." begitu katanya pada pohon pinus tempatnya bersembunyi.

"…would i run off the world someday"

Sekeliling tidak ada siapapun, hanya deru nafasnya yg berseru. Sesekali tupai berloncatan sambil berbincang ria.
"bahkan jika aku mengakhiri hidupku disini tidak akan ada yang tahu…"
"…dan peduli."
Kupu-kupu terbang mengelilingi, alam seperti membisu mendengar perkataannya.
"tapi itu lebih memalukan daripada mati terbunuh para rakun tadi" ia tersenyum sambil beranjak pergi.

"…nobody knows, nobody knows,"

"nah ini tempat yang bagus, setelah tempat bernaung sekarang waktunya mencari makanan." katanya sambil beranjak dari tempatnya.
Walau punya senapan ia takkan menggukannya, "peluru mahal harganya," katanya. Sisa 3 peluru akan ia gunakan nanti, tidak untuk keperluan makan sepele ini.

"kurasa menyenangkan hidup ditempat seperti ini, tanpa ada seorang pun tahu atau akan membunuhku. Berburu dan hanya diriku sendiri, dan mungkin seorang pangeran, jika itu mungkin tentu saja."

"…and i was dancing in the rain"

"akhirnya kita menemuak anak ini, hutan pinus itu benar benar membantunya, benarkan putri yang hilang?"
"hei! Berdirilah menurutmu kami tidak lelah menyeretmu sepanjang jalan?" mereka tertawa terbahak bahak, bos mereka sudah pasti senang akan hal ini.

Hujan yang turun semakin deras. Dua orang yang membawanya memakai tudung jubah yang dipakainya, lalu melanjutkan berjalan. Ia berusaha bangun, meski setiap bangun ia langsung terseret lagi.

Ia memandang langit, tatapnya kosong. Hujan membasahi wajah dan tubuhnya, rambutnya yang tergerai, acak acakan dan basah, tubuhnya penuh luka dan lebam.
"apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

"…i felt alive, i can't complain"
"haruskah aku merasa bersalah setelah membunuh mereka." katanya sambil menyeka luka lukanya, lalu ia terdiam.

"aku suka kedamaian, tapi terkadang kejar kejaran seperti ini terasa menyenangkan, aku tidak akan sama jika aku menjadi aku yang lain." nyala api didepannya membara seperti mengerti perkataanya.
"kurasa kau paham api, tentu saja kita tidak bisa menyalahi takdir. Nah, sekarang sudah cukup kau harus padam, aku tidak ingin mereka menemukanku…"
"…lagi."

"cesss"

"…but now take me home, take me home where i belong"

Pagi kembali datang, siapa yang tau bahwa ia akan tumbang. Mentari menyinari sela sela dedaunan, tupai tupai berloncatan dari dahan ke dahan.

"hei! Hei!"
"bangunlah, hei!"
Ia merasa seseorang menepuk pundaknya.

"haaa, ada apa? Apa yang terjadi?"

"kau pingsan kurasa, tunggu, sepertinya aku tahu siapa kau…"
"kau…, kita harus cepat pergi dari sini." pemilik suara itu berkata dengan terburu buru, dia menarik tangannya agar cepat berdiri.
"kau, siapa kau? Kenapa kau menolongku? Tung-"
"ya, seperti yang kau pikirkan. Kurasa aku harus menggedongmu."
Pemilik suara itu berambut coklat kemerahan, mengingatkannya pada seseorang yang dikenal semua orang. Ia ingin berlari tapi seluruh badannya terasa sangat lemas.
"bertahanlah, sekarang yang harus kulakukan adalah menyembuyikanmu. Segera!"

Setiap hari, setiap hari aku berlari. Seorang diri tanpa ada seseorang yang peduli, hingga hari ini.

Ini adalah kisahku. Nivedia, putri yang hilang.

Auzzhn - 02.04.21

Nivedia : Lost Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang