Chapter 7 : Kamar

6 1 0
                                    

Saat membuka matanya, dia tak tahu berada dimana. Ada dua orang yang dilihatnya, yang satu memakai sebuah setelan yang rapi, mungkin saja itu. Disebelahnya terdapat lelaki yang tadi menolongnya, ah, lelaki itu entah apa yang dia lakukan dengan menolong dirinya. Ia sesekali mendengar kedua orang itu bercakap cakap, hanya saja ia tak tahu apa yang mereka bicadakan, semua percakapan itu hanyalah suara samar.

Saat dia membuka matanya matanya lagi, lelaki berambut coklat kemerahan itu tak terlihat lagi ada disana. Dia masih melihat sosok dengan setelan rapi tadi berada disampingnya, apa yang dia lakukan? Entah dia juga tak tahu. Kemudian pintu terbuka, seorang wanita gemuk masuk kedalam membawa sebuah baskom. Apa isi baskom itu? Untuk apa baskom itu? Lagi lagi ia tak tahu, karena gadis itu sudah memejamkan matanya kembali.

"nak, boleh aku tahu siapa namamu?"
Dia terkejut mendengar suara itu, padahal dia sedang berfikir kenapa  dia bisa berada di kamar ini, padahal dia tadi berada di hutan.
"hei, nak, boleh aku tahu siapa namamu?"
Gadis itu menoleh ke orang yang bertanya namanya.
"oh, namaku Nive-"
Dia cepat cepat menutup mulutnya, bukan keputusan bagus menyebutkan namanya pada orang ini, bisa jadi dia musuhkan?

"padahal Dokter Marvey sudah bertanya kepadamu berkali kali, tapi kau hanya diam, itu tidak sopan tahu."
Gadis itu langsung memusatkan padangannya pada laki-laki berambut coklat kemerahan yang tahu tahu datang entah darimana. Lelaki itu berkata kembali,
"jadi kau benar Nivedia ya? Baguslah kalau begitu, oh ya, perkenalkan aku Charlet Edennour, kau seharusnya sudah tahu aku."
Matanya yang coklat menatapnya dengan lembut, mulutnya mengulum senyum yang manis, dia kemudian sedikit menunduk seperti memberikan penghormatan.
"permisi, maaf pangeran, sebaiknya pangeran jangan dulu memaksanya berbicara, anak ini baru saja siuman, biarkan dia sadar dulu."

Tangannya mencengkeram erat selimut putih yang menyelimutinya.
"apa yang terjadi, kenapa? Kenapa?"
Dia semakin erat mencengkeram selimut itu, air matanya seakan mau tumpah, kebodohan apa lagi yang dilakukannya. Pangeran Charlet melihat Nivedia mengcengkeram selimut itu semakin erat, dia berkata,
"baiklah jika begitu, aku akan menemuimu lagi setelah makan malam."
Nivedia memandang sosok lelaki itu dengan penuh kebingungan, apa yang dilakukannya disini? Sebenarnya apa maunya? Pikiran itu terus berputar di otaknya. Pangeran Charlet menutup pintu dengan hati hati tanpa berkata apa apa lagi, melangkah menyusuri koridor yang remang remang menuju ruang makan.
"sekarang aku akan tahu kebenaran dibalik semua ini."

Di kamar itu, dia sudah tak bisa menahan tangis, dadanya sesak. Dia mengutuki dirinya sendiri, dia masih yakin orang orang disini adalah musuhnya. Kamar itu sudah terlihat gelap padahal belum terlalu malam, mungkin karena memiliki jendela yang menghadap ke timur, sehingga tak banyak cahaya yang masuk pada sore hari. Dokter itu membereskan peralatannya di dalam keremangan, dia menandang anak disebelahnya dengan iba,
"sebenarnya apa yang terjadi dengan anak ini?" katanya dalam hati, sementara anak yang dikasihaninya menangis tanpa suara di sebelahnya.

"kau tahu nak, tak semua orang yang kau temui itu jahat."

Nivedia menghentikan tangisnya, dirinya terdiam diatas ranjang, kalimat itu memang ada benarnya, tapi mempercayai orang tidak semudah yang dikatakan. Dia menatap dokter itu, dokter itu masih membereskan peralatannya, kemudian dia melihat lengan kirinya, dia melihat luka tembakan kemarin telah dijahit. Dia kembali menatap dokter itu, dokter itu juga menatapnya. Ia memperhatikan dokter itu sudah tua, terlihat dari rambutnya yang abu abu dan kerutan kerutan di kulitnya. Dokter itu tersenyum padanya, dia juga membalas senyum itu entah kenapa, padahal dia tadi menggangap semua orang disini adalah musuhnya.

"Tuan Marvey, anda dipanggil pangeran ke ruang makan,"
Kata seorang pelayan dibalik pintu, Dokter itu mengambil tasnya dan beranjak berdiri, mengganguk ke Nivedia lalu pergi keluar. Gadis itu terdiam, banyak hal yang masih tak dipahaminya. Tentang siapa dirinya, tentang para rakun yang mengejarnya, tentang lelaki berambut coklat kemerahan, dan tentang orang orang yang pernah ia temui entah itu orang yang baik atau buruk.

Auzzhn - 25.04.21

Nivedia : Lost Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang