Chapter 3 : Pohon Besar Dengan Gua Kelinci

5 2 0
                                    


"eh, berinya kenapa sudah habis."
Katanya sambil menguncang guncang kantong tempatnya menaruh beri, dia menggerutu sebal karena tak menemukan sebuah beripun. Dia dengan membanting kantong itu, kemudian memungutnya kembali sambil menatap tajam kantong itu
"kenapa kau kosong sekarang, aku lapar sekali…"

Pelarian ini tidak boleh dihentikan walau lapar. Dia berjalan pelan sambil melihat sekitar, lalu dia mendapati ada sebuah pohon besar dengan sebuah ceruk dibawahnya.
"tunggu, apakah itu gua?" seketika dia melupakan rasa kelaparannya, dia melihat sebuah lubang yang ada di bawah pohon besar itu.
"pohon ini besar sekali."
"ukurannya bahkan hampir 6 pelukanku." dia terpana melihat pohon itu, pohon pohon di sisinya juga besar tapi tak sebesar yang ada di depannya. Dia menyusup masuk ke lubang itu, jalan masuknya cukup lebar untuk di masukinya. Bagian dalamnya tidaklah tinggi, dia harus membungkuk jika berada disana. Saat ia memandang sekeliling ia berkata "kurasa ini dulu liang kelinci, kurasa aku bisa tidur disini kuharap tidak ada hewan buas yang ikut tidur denganku nanti."

Hari beranjak senja, gadis itu bahkan sudah terlelap tidur dari tadi. Sejak datang dia segera mengumpulkan semak semak sekitar sebagai alas tidurnya dan untuk menutupi tempat persembunyiannya. Beruntungnya tidak ada binatang yang mau menganggunya malam itu, bahkan jangkrik pun hanya berderik pelan yang membuatnya seperti lagu pengantar tidur, hanya membuat gadis itu tidur semakin lelap. Mungkin kali ini keberuntungan berpihak padanya.

"hooaaum"
Pagi sudah pasti datang, kicau burung kini menggantikan derik jangkrik, dewi matahari datang menggantikan dewi bulan. Ya, dia bangun tentu saja, dia menguap sambil beranjak berdiri dari tempatnya, tapi kemudian dia langsung terantuk dinding gua diatas kepalanya.
"eh, apa ini?" tangannya mengelus dinding gua diatasnya, kurasa dia lupa jika dia tidur disini semalam.
"ah, ini liang kemarin." katanya sambil merangkak keluar.
"tidurku nyenyak sekali, bahkan aku tidur sampai mentari sudah hangat. Aku lapar, kurasa aku harus berburu burung, mereka banyak sekali." kata kata itu diucapkannya dalam hati. Karena mulutnya terkunci melihat keindahan hutan itu pada pagi hari, banyak burung dan sesekali tupai berloncatan, didekat situ juga ada mata air yang bergemericik riang.
"tempat ini benar benar kaya akan sumber mata air."

Kemudian ia berbalik menatap pohon besar dibelakangnya.
"nah ini tempat yang bagus, setelah tempat bernaung sekarang waktunya mencari makanan." katanya sambil beranjak dari tempatnya. Ia mengambil ranting di sekitar sana, dan mengambil getah pinus untuk dioleskan di ranting tadi. Dia meneguk air liur membayangkan akan mendapat seekor, mungkin 2 ekor burung. Perangkap burung itu lalu dia sebarkan ke tempat tempat dimana burung akan hinggap. Walau punya senapan ia takkan menggunakannya,
"peluru mahal harganya,"
Katanya, sisa 3 peluru akan ia gunakan untuk nanti, tidak untuk keperluan makan sepele ini. Dia dengan cepat memasang perangkap perangkap yang tersisa, lalu ia berkata dengan raut wajah yang berbeda dari yang biasa ia tampilkan.
"kurasa menyenangkan hidup ditempat seperti ini, tanpa ada seorang pun tahu atau akan membunuhku. Berburu dan hanya diriku sendiri, dan mungkin seorang pangeran, jika itu mungkin tentu saja."
Tapi kemudian ia tersenyum lagi. Tempatnya sekarang berada agak jauh dari pohon besar itu, dia berada di sebuah danau yang hanya seukukuran meja makan. Mungkin tidak bisa disebut danau karena ukurannya terlalu kecil.

Di tengah kedamaian itu, gadis itu mendengar suara gesekan daun. Ia menoleh ke sumber suara itu sambil menodongkan senapan kesana, dia sudah bersiap jika ada binatang buas yang tiba tiba menerkam.

Auzzhn - 13.04.21

Nivedia : Lost Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang