23.

451 71 20
                                    

Kelima remaja yang masih senantiasa berada dihutan kembali berjalan menelusuri area hutan dengan bermodal senter yang dipegang Ara tadi. Keempat orang lainya sempat heran dari mana Ara mendapatkan senter. Tapi, Ara hanya diam untuk tidak membahas hal yang membuat ia sampai di tempat ini.

"Emang kita gak bisa pulang," cicit Aurora saat ia kembali mendengar suara gamelan yang berbunyi indah bila ditempat yang tepat bukan dihutan seperti ini.

"Kita bisa kembali bila mereka sudah ditemukan." Timpal Clara.

"Bentar lo siapa?"

Clara menatap Ara dengan tatapan berbinar. "Aku Clara."

"Benarkah?" ujar Ara memastikan.

•••

"Tolong gue," ujar Seseorang.

"Siapa disana?" tanya Anneth. Ara,Aurora,dan Sandri saling merangkul satu sama lain saat suara langkah kaki mulai terdengar diikuti suara dedaunan yang juga terdengar akibat pemilik langkah sang kaki.

Mereka berlima semakin memudurkan langkahnya saat sebuah cahaya dan juga bunyi langkah kaki semakin mendekat kearah mereka. Cahaya itu makin lama makin menyinar mereka sehingga mata mereka meredup karena cahaya yang cukup menghalangi pandangan mereka.

"Tolong gue."

"BARA."

"Kenapa lo bisa ada disini?" tanya Ara saat mengetahui orang tersebut adalah Bara.

"Kita tinggal mencari satu orang lagi."

"Maksudnya?"

"Tidak ada waktu untuk gue menjelaskan sekarang, yang pasti satu orang itu harus kita temukan agar kita semakin cepat keluar dari hutan ini."

"Gue tau. Tapi, gue sempet terpisah," ucap Bara.

"Siapa?"

•••

Seseorang dibalik semak-semak terlihat di penglihatan Bara, Anneth, Ara, Sandri, Aurora, dan Clara. Dibalik semak-semak tersebut ada seseorang.

Semak-semak tersebut semakin bergerak saat salah satu dari mereka mengeluarkan suara mengucapkan nama seseorang yang mereka cari.

"REY."

Bara mengarah senternya kearah semak-semak tersebut, dan ya semakin ia sinari dengan senter semak-semak tersebut semakin bergerak karena seseorang.

"Apa itu Kak Rey?"

Bara menoleh melihat kearah samping terdapat Ara yang tengah melihat lurus kedepan,melihat menelisik sosok yang berada didepan sana dengan nada yang penasaran.

Ara mengingit kuku nya karena merasakan merinding disekujur tubuhnya, kenapa ia harus terjebak di tempat ini? Tempat terkutuk yang pernah Ara singgahi.

"Bener, gue yakin itu, Rey."

Seketika pandangan menetap kearah Bara yang baru saja berbicara dengan yakinya.

Seakan mengerti dengan tatapan itu Bara, sedikit menghembuskan nafasnya. "Karena Rey,pakai baju putih."

"Jadi Kak Rey salah satu dari kami bertujuh?" gumam Anneth.

"REY."

Bara berjalan menuju semak-semak tersebut,ia berjalan perlahan mendekati area itu dengan keyakinan penuh bahwa seseorang yang dibalik semak-semak merupakan Rey.

Tinggal beberapa langkah lagi kelima remaja itu beserta Clara terkejut melihat sosok dari balik,semak-semak yang ternyata merupakan sosok berpakaian kain kafan.

Sosok itu tadinya berbaring di tanah tetapi, saat mendengar langkah kaki Bara ia langsung mengangkat pundaknya saja sedangkan kakinya dan pinggul sosok tersebut masih mencium tanah.

Mereka berlari cukup jauh dari area semak-semak yang dihuni oleh sosok yang meyeramkan
tersebut. Senter yang dipegang oleh Bara tiba-tiba saja terjatuh dari tanganya. Ia berhenti sejenak untuk mengambil senter yang sempat ia jatuhkan sebelumnya.

Bara menoleh kebelakang di mana tempat ia menemukan sosok yang dibaluti kain kafan, ternyata sosok tersebut hanya diam tanpa minat untuk mengejari para manusia itu.

Bara jadi membayangkan bagaimana jika sosok itu benar-benar mengejar mereka, dapat dipastikan mereka akan kalah, karena dalam hal mengejar sosok itu sangat cepat. Walaupun ia hanya meloncat bukan berlari.

•••

Bunyi ketukan nada Gamelan terdengar kembali tapi, kali ini semua dapat dengan jelas mendengar nya. Seperti saat ini Aurora dan Ara masih diam mendengar suara bunyi gamelan dimainkan.

Mereka berpikir untuk tidak memberitahu satu sama lain, hingga suara Bara memecahkan kehinangan diantara mereka. Sandri yang terdengar blakblakan mengungkapkan apa yang ia dengar.

"Kok suara orang main gamelan."

"DIAM." Bara dan Anneth kompak membuat Sandri terdiam takut cowok itu akan mengucapkan kalimat yang membuat mereka sulit untuk kembali.

Mereka kembali mencari keberadaan si mahkluk kutub, saat ini Anneth tak henti-hentinya memikirkan bagaimana keadaan Rey didasana. Apakah Rey duli culik mahkluk? Atau ia tersesat? Atau bahkan ia sedang terluka?

Pertanyaan seketika muncul dipikiran Anneth gadis itu berjalan dengan sedikit lamabat, cemqs memikirkan Rey. Dikepalanya sudah tergiang-giang bagaimana keadan Rey.

Anneth segera menepis pikiranya itu, ia percaya Rey tidak apa-apa. Melihat raut wajah Anneth yang sepertinya sedang cemas,Ara mendekati gadis yang sudah ia anggap adik tersebut.

"Lo kenapa Neth?"

"Gue,baik." Anneth berucap sembari tersenyum.

"Apa keadaan gue bisa dibilang baik? "

Anneth memijit pangkal hidungnya, pusing yang ia rasakan saat ini. Tapi, Anneth tidak boleh terlihat sedang tidak baik-baik saja. Ara dan Aurora terus terdiam sepanjang perjalanan begitu pula dengan Sandri, dan Bara.

Setelah insiden bertemu Pocong tadi Aurora lebih banyak terdiam. Bukan terdiam karena disuruh diam oleh para sahabatnya, melainkan karena ia masih takut.

Puk

"MAMI." Aurora berteriak saat merasakan pundaknya ditepuk oleh mahkluk. Ia benar-benar ketakutan saat merasakan mahkluk tersebut seperti ingin memeluknya.

Membuat keempat remaja lainya kaget melihat sosok mahkluk tersebut, dengan pakaian yang seperti tak layak digunakan, dan wajah yang menyeramkan.

•••

•°. Kalau part ini ramai! langsung gw up next part.


Indigo Vs Psychopath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang