Date? (2)

393 48 58
                                    

''Komaeda?''

''Hinata-kun?"

Tampaknya, kedua orang itu sama-sama terkejut karena kemunculan satu sama lain di tempat ini. ''Sedang apa kau disini?''

''Mengantar seseorang berbelanja, kau sendiri?''

''Sama.'' Komaeda mengalihkan pandangannya dan meminum macchiato miliknya.

''Hei.''

''Apa?''

''Aku minta maaf,'' ucap Hinata sambil menunduk, ''Aku sudah kasar kepadamu semenjak beberapa hari kemarin.''

Komaeda tertegun terhadap pernyataan maaf Hinata, padahal dirinya lah yang lebih dahulu memulai semua masalah ini. ''Aku juga minta maaf, kau bersikap begitu karena aku kan?''

Hinata tak menjawab.

''Duduk dulu, Hinata-kun. Jangan berdiri. Kau memancing perhatian orang-orang.'' Komaeda menarik kursi di sampingnya, menyuruh Hinata untuk duduk, lelaki bersurai coklat itu menurut.

''Biar kujelaskan padamu satu hal, Hinata-kun.'' Komaeda menatap Hinata intens, begitu pula sebaliknya. ''Aku sama sekali tidak hilang ingatan.''

''Sungguh? Lalu kenapa kau bersikap dingin padaku saat awal bertemu?'' Alis Hinata tertekuk karena heran, sang surai susu hanya tersenyum kecil sambil mengaduk macchiato-nya pelan. ''Aku tak bisa jelaskan itu sekarang, mungkin suatu saat nanti.''

Bibir Hinata terkatup rapat-rapat, pandangannya ikut menatap macchiato yang tengah diaduk itu. ''Apa itu artinya ... kita bisa berteman seperti dulu lagi?''

''Kupikir tidak ...,'' Senyum sendu terlukis di bibir pucat milik Komaeda, ''Tapi kurasa ... tidak masalah jika berteman layaknya teman sekelas biasa.''

''Hei, bukankah itu egois? Kau menyuruhku ini itu sementara kau tak menjelaskan apapun padaku?'' Tangan Hinata mengepal kuat-kuat. Komaeda tak bereaksi apapun dan hanya diam menatap raut kesal milik lelaki yang ada di dekatnya itu.

''Ini demi kebaikanmu sendiri.''

''Kebaikan? JANGAN BERCANDA!!!'' Meja digebrak keras-keras, seluruh atensi mengarah ke meja yang di duduki Komaeda dan Hinata, ''Hei Hinata-kun, jaga sikapmu. Kita di tempat umum.''

''Aku tak peduli,'' Nadanya memelan sesaat, iris mata peridot-nya bertabrakan dengan iris mata zamrud milik Komaeda. ''Kau tak berhak mengaturku, dan aku bisa melakukan apa yang kumau.''

Wajah Komaeda pun menggelap, ''Kau akan menyesalinya, Hinata-kun.''

''Aku sudah menyesalinya,'' ucapnya. ''Kau pikir bagaimana perasaanku setelah kau meninggalkanku?''

''Tapi ini demi kebaikanmu, Hinata-kun.''

''Jika itu demi kebaikanku, maka yang harus kau lakukan adalah berteman denganku lagi.''

''Hinata-kun, dengarkan aku—"

"Apa kau membenciku?'' tanya Hinata lirih, ''Kau boleh memukuliku sampai babak belur jika kau memang semarah itu padaku, tapi kumohon ... biarkan aku berteman lagi denganmu.'' Kali ini Hinata berucap sambil membungkukkan badannya hormat. Komaeda tambah semakin bingung dengan situasi ini.

''Tapi, aku punya sesuatu yang bisa membahayakanmu Hinata-kun.'' Kini ketakutan memenuhi wajah Komaeda, arah matanya tak fokus ke satu arah, dan tangannya tak bisa diam karena khawatir.

''Begini saja,'' Hinata memajukan badannya untuk mendekati Komaeda. ''Coba kita berteman akrab dulu selama sebulan, jika kau tak merasa cocok lagi denganku, aku akan menyerah.''

''Hah, kau pikir ini candaan?'' Komaeda mengerjap heran, ia pikir Hinata bercanda sebelum akhirnya ia menatap iris mata milik Hinata yang memancarkan keseriusan.

Jujur, Komaeda merasa gusar dengan sikap keras kepala Hinata. Akhirnya yang bisa ia lakukan hanyalah menghela napas dan mengangguk sebagai tanda kekalahan.

''Akhirnya, terima kasih!''  Sebuah senyum lebar terukir di wajah lelaki itu, lawan bicaranya hanya bisa bersungut-sungut sambil menenggelamkan wajahnya. Bibir terkatup rapat, mata memicing, namun tak dapat dipungkiri wajah yang bersemu juga ada disana. 'Aku harus pintar-pintar menahan diri ... ' batinnya.

''Astaga, ternyata kau disini? Kau kemana saja?'' Koizumi tampaknya sedikit kesal karena mengira Hinata sudah meninggalkannya. Nanami yang ada di sampingnya hanya diam dan menatap datar.

''Maaf, kau lama sih ... ''

Ia menghiraukan Hinata, dan beralih kearah Nanami yang ada di sampingnya. ''Kau kesini bersama Komaeda-kun ternyata. Sedang apa? Kencan?''

''Tidak. Kami mau ke game center.'' jawab Nanami, itu bukan kebohongan maupun kebenaran. Paling tidak, niatnya tidak 100% ingin menguntit Hinata dan Mahiru.

''Ooh, begitu kah?''

Walau masih tertelungkup, Komaeda bisa dengan jelas bahwa itu adalah suara Koizumi. Seketika rasa senangnya lenyap entah kemana, ''Ah, halo Koizumi-san.''

''Halo, Komaeda-kun. Kupikir Nanami sendirian kemari.''

''Ahaha, tidak ... '' Komaeda mengusap tengkuknya canggung. Kini keheningan menghinggapi keempat remaja itu. ''Uh, umm ... kami pulang dulu.'' ucap Hinata sambil melirik kearah Koizumi. Gadis surai merah itu mengangguk kaku, ''Sampai besok.''

Kini hanya tersisa Nanami dan Komaeda, tampaknya Nanami merasa bersalah kepada temannya itu. ''Nanami-san, apa ini bagian dari rencanamu?''

Nanami menengguk saliva-nya kasar, ''Bisa jadi.''

Komaeda menghela napasnya, ''Aku mengerti bahwa niatmu untuk membuatku berteman lagi dengan Hinata-kun, apa kau juga bekerjasama dengan saudaranya Hinata-kun?''

''I-itu benar ... ''

Kini senyum tipis terukir di wajah pucat itu, matanya memandang sayu, tangannya menggenggam secangkir kopi macchiato yang tengah mendingin itu. ''Sejujurnya, aku sangat senang bahwa Hinata-kun ingin sekali berteman denganku seperti dulu ...,''

Nanami masih mendengarkan.

''Tapi aku tak ingin keinginan egoisku ini melukai Hinata-kun ataupun hati Koizumi-san.'' ucapnya sambil menyesap macchiato-nya dengan anggun, ''Aku pun juga memahami niat baikmu, Nanami-san.''

Cangkir macchiato itu diletakkan ke meja dengan perlahan, ''Yang bisa kuucapkan padamu adalah ... terima kasih. Terima kasih sudah peduli padaku, Nanami-san.''

Gadis bersurai magenta itu tersenyum lembut, ''Terima kasih kembali, Komaeda-kun. Kau pantas menerima semua itu, bahkan kau seharusnya menerima lebih.''

''Ah kau berlebihan, haha.''

Semenjak hari itu, Komaeda memutuskan untuk tak berlari lebih jauh lagi.
.

.

.

Apa setelah chapter ini, uwu uwu-an nya KomaHina bakal dimulai? Dah gak sabar ngasih asupan + masalah nih biar seru 🤗✨

Btw di episode kemaren, kalian menghujat Hinata dengan sepenuh hati. Mood banget, tapi gue juga jadinya mau nampol si Hinata (sendirinya Hajime kinnie padahal) 🙀👍🏻

Lucky (un)Lucky | Danganronpa, KomaHina FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang