''Dasar anak tidak berguna!" Seorang wanita menampar anak kecil yang terduduk di lantai, ''Kau ... kau anak pembawa sial! Andai kau tak terlahir, kami pasti takkan terkena kesialan seperti ini!"
Anak kecil itu masih diam tertunduk, memegangi pipi dimana ia tertampar barusan.
''Sudahlah, hentikan. Daripada mengurusi anak tidak berguna seperti itu, lebih baik kita mengurus klien.'' Sang pria yang angkuh itu tengah membetulkan dasinya di depan kaca, tak melirik ke anak yang malang itu. Sang wanita yang sejak tadi memandang muak kearah anak kecil itu, berpaling dan mengepak tasnya.
''Kau jaga rumah. Aku sudah menaruh uang di meja. Kalau mau makan kau beli sendiri, rumah tidak boleh sampai kotor atau kau akan tahu akibatnya nanti.'' Sang wanita berujar dingin, lalu berlalu pergi bersama sang pria.
Kedua orang itu adalah orangtua kandung dari anak itu. Nagito Komaeda.
Nagito perlahan bangkit dengan ekspresi yang datar, setitik air mata muncul di ujung matanya, namun sekejap ia menghapusnya.
Rumah besar itu kembali hening, hanya terdengar suara detak jam. 'Jam sembilan ... ' batin anak itu, ia meraih uang yang ada di meja dan lantas pergi ke sekolah. Sendirian.
🍀
Nagito memasuki kelas dengan murung, anak-anak yang tadinya bergerombol di depan pintu lantas menyingkir sembari berbisik-bisik.
''Komaeda-kun kenapa murung terus ya?"
"Itu karena dia terkutuk.''
''Benar, benar. Azuki-chan kemarin merebut ayunan milik Komaeda-kun, beberapa menit kemudian, rantai ayunan itu putus dan Azuki-chan jatuh ke tanah hingga ia terluka.''
''Dia mengerikan, lihat saja, bagaimana bisa rambutnya putih begitu? Dia pasti penyihir atau vampir.''
Nagito tak membalas, walau ia mendengar. Ia menatap nanar meja belajarnya yang sudah dipenuhi coretan dan duduk disana seperti tidak ada masalah. Beberapa anak terkikik, melihat Nagito.
''Selamat pagi anak-anak.'' Seorang guru memasuki kelas, ''Beri salam.''
''Selamat pagi pak guru!"
"Baik, kita buka halaman 37. Oh iya, sebelum itu ... bapak hendak membagikan hasil ulangan sains kalian. Kita mulai dari Takigawa-san ... ''
''Hai'!"
''Miyamoto-san.''
''Hai'!"
...
''Komaeda-san.'' Nagito bangkit dari bangkunya dan berjalan ke arah sang guru. ''Oh, tali sepatumu sepertinya belum dibetulkan.''
Nagito menunduk, menatap kedua sepatunya yang memang tidak terikat dengan benar. ''Ah, maaf ... akan saya betulkan nanti.''
''Baiklah. Oh iya, kau dapat nilai tertinggi lagi kali ini, selamat ya!"
Sang anak lelaki tersenyum tipis, ''Terima kasih.''
Anak bersurai susu itu kembali ke bangkunya, menatap kosong pada hasil tes yang ia punya.
''97 ... '' gumamnya, ''Mau dapat sebagus apa pun, mereka tak akan senang dengan itu.''
Pelajaran kembali di mulai, seperti hari-hari biasa.
..
.
''Heeei, kau tidak pulang? Kau tidak punya teman untuk diajak pulang ya? Ahaha, kasihan.'' Salah satu anak mengejek, ''Waah, tas apa ini? Bagus sekali. Boleh buatku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky (un)Lucky | Danganronpa, KomaHina Fanfiction
Fanfiction⚠ Boys love a.k.a yaoi/male x male content ⚠ Hajime Hinata, lelaki sepantaranku yang sangat mengagumkan. Disukai siapa saja, ramah, baik, dan pastinya pemberani. Sangat berbanding terbalik denganku yang hanya seonggok sampah ini, namun ia tetap beru...