''Hei Nanami, ayo pulang bersa—"
"Maaf aku ada urusan.''
''Nanami-san, mau temani aku ke game center?''
''Tidak, aku ada urusan penting.''
Sudah tiga hari Nanami menolak ajakan pulang dari Komaeda maupun Hinata. Seluruh anggota kelas pun ikut bingung. Tiap hari, gadis itu selalu pulang dengan tergesa-gesa entah kemana.
''Ini karena lelaki freak semacam kau terus-terusan mengajaknya pulang.'' Hinata menatap Komaeda sinis, dan tentu saja dibalas sinis. ''Hah? Apa kau tidak sadar diri?''
''Kau—"
"Hei sudah sudahhh!" Sonia berusaha melerai dua kaum adam yang hendak berkelahi itu.
''Tidak ada gunanya mengurusi orang sepertimu, aku mau pulang.'' Hinata dengan cepat meraih tasnya dan berjalan pergi, diikuti oleh Kuzuryuu dan Kazuichi.
''Terserahlah aku tak peduli.''
''Kalian ... j-jangan berkelahi terus.'' Tsumiki dengan takut-takut berusaha menasihati, Komaeda hanya membalasnya dengan anggukan.
''Aku juga duluan ya teman-teman.'' Komaeda juga berlari keluar kelas, sisa anggota kelas hanya diam menatap punggung Komaeda pergi.
''Aku jadi iri dengan Nanami, Hinata dan Komaeda itu tampan, kau tahu?'' Koizumi menghela napasnya. Sonia dan Ibuki pun setuju. ''Aah, pasti menyenangkan ya diperebutkan oleh dua lelaki.''
Asal mereka tahu saja, mereka sudah salah paham dengan hubungan Koma-Hina-Nami ini.
Di lain sisi, Komaeda berjalan santai di jalanan kota, niatnya dia membeli sekotak kue untuk dijadikan cemilan, namun entah karena keberuntungannya atau apa, ia menemukan sesosok figur yang ia kenal.
''Bukankah itu ... Nanami-san?'' gumamnya, ''Nanami-sa— eh?'' Sapaannya tiba-tiba terhenti saat melihat figur asing yang membawakan senampan makanan ke meja Nanami dan duduk di kursi sebrang gadis itu.
''Itu siapa? Apa Nanami-san punya pacar?'' gumamnya penasaran, ''Jadi, apa ini alasannya Nanami-san terus-terusan pulang cepat?''
Awalnya ia hanya diam dan melihat dari jauh, sebelum ia mendengar kalimat yang membuatnya membatu.
''Jadi, aku harus membuat skenario dimana mereka terikat sesuatu?''
''Ya, begitulah. Ikatan itu harus bersifat absolut.'' Sang lelaki berambut obsidian panjang itu menyeruput latte-nya dengan anggun. ''Sebisa mungkin jangan terlihat mencurigakan.''
''Akan kuusahakan.''
'Percakapan apa itu? Itu jelas-jelas bukan percakapaan yang dilakukan orang untuk berkencan ...,' Alis Komaeda tertekuk heran, 'Apa mereka hendak merampok bank?'
''Terima kasih sudah memberiku banyak saran, Izuru-kun!'' Nanami menunduk hormat, sementara lelaki rambut panjang itu menggeleng. ''Apapun akan kulakukan demi saudaraku.''
'Apa? Jadi mereka bersaudara ...?'
''Lebih baik kita segera pergi, ada stalker sedang menguntit kita.'' Izuru bangkit dari bangkunya dan menatap persis dimana tempat Komaeda tadinya berdiri, sekarang lelaki itu tengah meringkuk dibalik tong sampah.
Nanami yang tak mengerti apa yang Izuru maksud hanya bisa terdiam dan menatap kearah yang sama, walau kini sudah tak ada apapun. Komaeda berkeringat dingin, ''Bagaimana dia bisa tahu, astaga ... ''
Dari yang Komaeda bisa simpulkan, ada beberapa kemukinan, yaitu;
1. Mungkin Nanami dan pria itu bersaudara.
2. Mereka kau merampok bank
3. Pria itu adalah sindikat kriminal yang hendak mempengaruhi Nanami.
4. Mereka berpacaran
5. Hanya temanWalau pun ia penasaran, namun untuk saat ini dia harus pergi. Mungkin ia bisa menanyakannya pada Nanami esok hari.
🍀
Esoknya, Hinata tetap mengajak Nanami untuk pulang bersama. Namun tentu saja gadis itu menolak, ''Kenapa kau menolak ajakanku terus? Izuru juga akhir-akhir ini selalu pulang terlambat, aku kesepian tahu.''
Beberapa saat Nanami terdiam, sebelum akhirnya menjawab. ''Semua orang punya urusannya masing-masing, Hinata-kun. Aku pergi dulu.'' Gadis itu pun berlari keluar kelas.
''Haah, menyebalkan.'' Hinata terduduk di bangkunya, helaan napas frustasi keluar dari mulutnya. ''Ada apa sih?''
''Hei,'' Komaeda menghampiri Hinata sambil menenteng tasnya.
''Apa maumu?''
''Kurasa aku tahu kenapa Nanami-san bersikap seperti itu ...,'' ucap Komaeda, kalimat itu berhasil menarik minat Hinata. ''Hah?''
''Kemarin, aku bertemu Nanami-san dan dia sedang bersama seseorang.'' ucapnya, ''Lelaki itu berambut panjang berwarna hitam legam, dan matanya ruby.''
''T-tunggu sebentar.'' Secara refleks Hinata bangkit, ''Dari deskripsimu, kurasa dia keluar dengan saudaraku ... ''
''Eh? Saudaramu?''
''Lupakan. Aish, apa yang mereka rencanakan?'' Lelaki setinggi 179cm itu mengusap rambutnya kasar, secara perlahan matanya menatap Komaeda, lalu ia mengalihkan pandangannya jauh-jauh.
''Apapun yang terjadi, jangan dengarkan Nanami. Mengerti? Aku mau pulang.'' Dengan tergesa-gesa lelaki itu berlari keluar kelas, meninggalkan sang surai susu itu sendiri.
'' ... Kurasa aku paham maksudnya. Lelaki berambut hitam itu pernah berkata 'apapun demi saudaraku' jadi, maksud dari lelaki itu ... demi Hinata-kun?'' Seperti biasa, Komaeda cepat tanggap dengan keadaan yang terjadi. Firasatnya bilang, ini bukan sesuatu yang buruk, tapi tetap saja ia tak bisa diam saja melihat hal itu.
''Apa lebih baik aku kembali saja ke Saitama ya?'' gumamnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. ''Semakin lama, ini menjadi tambah merepotkan.''
..
.
Gue lagi rajin update ini hhhhh
Anggep aja sebagai 'pelepas' sebelum puasa, biar gue gak haluin soal ginian lagi, biar puasa gue lancar 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky (un)Lucky | Danganronpa, KomaHina Fanfiction
Fiksi Penggemar⚠ Boys love a.k.a yaoi/male x male content ⚠ Hajime Hinata, lelaki sepantaranku yang sangat mengagumkan. Disukai siapa saja, ramah, baik, dan pastinya pemberani. Sangat berbanding terbalik denganku yang hanya seonggok sampah ini, namun ia tetap beru...