2; Selamat, Bagas

76 3 0
                                    

♫︎ It will rain - Hanin dhiya cover
Song recommendation for this chapt.

Enjoy ♡︎


***

Wanita itu termenung di depan TV. Tatapannya kosong dan dingin. Membiarkan rambut panjangnya dikibas oleh kipas angin. Matanya sembam dan merah.Tubuhnya meringkuk, sambil memeluk bantal sofa. Bagas yang baru saja keluar dari kamar mandi, menghela nafas panjang. Menghampiri istrinya.

"Aku tau.. kamu pasti sangat terkejut dengan apa yang dibilang dokter kemarin. Tak hanya kamu, aku juga. Tapi ingat, Tuhan menitipkanku untuk membantu mu melewati setiap masalah yang ada di kehidupan ini, "

"Saat aku tak berada di dunia lagi , malaikat kecil kitalah yang akan menjaga mu dan mengirimkan banyak doa kepada ku. Ia akan mengobati luka luka mu itu. Ia dilahirkan untuk melengkapi kekurangan kita, bukan untuk membebani." Bagas mengecup kening Harum dan mengelus rambut hitam panjangnya dengan lembut.

Harum yang sedang duduk disampingnya, membalas dengan senyuman tulus.

"Sudah, tidak usah menangis. Lihat, matamu sembam jadinya."
Bagas menangkupkan wajah Harum, dan menghapus bekas aliran air matanya.

"Tidak, aku tidak menangis." Harum membenarkan posisi duduknya, lalu menghela nafas.

"Tapi, Terimakasih banyak, Bagas "

Bagas tersenyum, kemudian mengangguk pelan. "Ya."

"Sombong,"

"Siapa?"

"Kamu"

"Tidak. Aku pria yang baik."

"Mengapa nada berbicara mu sangat jutek"

"Nada bicara ku tidak berubah, apa yang salah?"

"Terserahmu."
Harum terkekeh kecil melihat Bagas yang tak mengerti apa yang sedang dimaksudnya. Bagaspun terkekeh dengan canggung, walaupun tak tahu apa yang ia tertawakan.

Harum beranjak dari sofa, dan berjalan menuju dapur. Piring kotor sisa makan malam tadi belum ia cuci. Dituangkannya sabun ke permukaan spons, dan menggosok satu persatu piring yang masih tersisa noda makanan. Suara gemerisik air keran mengurangi sunyinya malam ini.

-------------------------------

Selasa pagi, mereka sudah dihebohkan dengan suara gosipan tetangga.

Ibu ibu komplek itu sudah biasa duduk di teras rumah orang pada pagi hari sambil menggosipkan sesuatu. Suara teriakan mereka sangat kencang dan menyemakkan kepala, apalagi jika salah satu dari mereka memenangkan arisan.
Tapi mereka lumayan mengasyikkan sih, tidak sejulid geng gosip di komplek lain.

"Loh, Harum. Lagi jemur kain itu, ya?"
Terdengar suara khas dari seorang wanita yang muncul secara tiba-tiba di depan perkarangan rumah.

"Iya mbak...Kainku betumpuk tumpuk. Habis darimana mbak? Kemarin Arum tak nampak mbak seharian"

"Ini, ponakanku ada acara di sekolahan, biasalah rum, anak SMP itu ada ada aja acaranya.. jadi tak tungguin aja sampe kelar"

"Ohh iya lah mbak, namanya juga anak SMP..Sebentar lagi mereka mau SMA "

"Iya.. Aku juga mikir gitu rum. Bentar lagi mereka pisah sekolah "

"Harum, aku berangkat ya," Bagas melambaikan tangan kanannya sambil mengotak atik isi tas kerjanya."Eh mbak ada disini. Bagas mau pergi berangkat dulu mbak."

PANDATYAWhere stories live. Discover now