13; Ada Apa?

40 3 0
                                    


♫︎ Tenang - Yura Yunita
recommended for this chapt.

__________


Lonceng berlapis cat hitam sudah mengeluarkan bunyi nyaring nya yang kian membuat situasi sekolah menjadi bising. Seluruh siswa berhamburan keluar dari pintu kelasnya masing masing. Telah berjalan beberapa detik untuk waktu yang selalu di nanti-nanti oleh anak didik guru, alias Break Time. Ratusan wajah yang sedari tadi memberi sugesti lesu dan mengantukkini di ubah drastis hanya dengan suara sebuah lonceng.

Permukaan kasar lapangan basket memantul bola bertekstur keras-yang sedang di mainkan dalam pertandingan kecil kecilan itu. Mereka melempar, melompat dan memasukkan benda bulat yang ada di tangannya dengan lincah. Dari pinggir lapangan, sebuah deretan para remaja perempuan, duduk bersila sembari menikmati bekal istirahat mereka.

Terdengar sangat riuh, segerombolan siswa yang tengah berdiri di hadapan papan mading tampak memanggil teman temannya. Jari telunjuk mereka mengarah kepada beberapa lembaran kertas HVS yang direkatkan dengan push pin. Seluruh mata tertuju pada tulisan yang tertera di tempelan kertas itu.

Dengan spontan, Reyga beranjak dari duduknya-berlari kecil menuju lobby sekolah. Ia berupaya mencari jalan di tengah kerumunan sempit murid murid.

ANNOUNCEMENT OF MUSIC EXAM

Entahlah, jantung miliknya berdetak lebih kencang saat mengeja huruf per huruf dari empat kata itu. Lirikan teman teman yang berdiri di sekeliling membuatnya bingung. Tatapan mereka tak memberikan maksud yang jelas.

Berusaha menghiraukan pandangan aneh itu, Reyga kembali menggerakkan kedua bola matanya kembali ke papan mading. Ia pertemukan ujung bulu mata kelopak atas dan bawah, membentuk lekukan sipit. Asal kalian tahu saja, penglihatan anak itu mengalami sedikit masalah karena hobi nya yang selalu membaca novel sambil terbaring di atas kasur.

Glekk!

Ia tertegun. Susunan kalimat yang tertulis di bagian puncak tabel pengumuman nilai membekukan seluruh organ tubuhnya. Tercantum dengan lengkap, namanya berada di peringkat nilai ujian musik yang paling tertinggi di antara ke empat paralel kelas.

Reyga tersenyum tulus, akan ia bawa berita baik ini sampai ke penduduk rumah. Setidaknya, ketika bunda dan ayah sedang merasa penat, mungkin kabar ini bisa melenyapkan rasa lelah itu dengan seketika-saat ucapan itu masuk ke dalam telinga dan otak mereka.

Terimakasih banyak,

Untuk Sang Pemilik Semesta dan isinya ini.

_______________

Kedua telapak kakinya telah menyentuh kayuhan sepeda. Seperti biasa, tas ransel hitam itu ia gantung di sepasang bahunya yang lebar. Akhir akhir ini, Reyga lebih memilih pergi dan pulang ke sekolah dengan duduk di atas roda sepeda-sambil melakukan gerakan tolak menolak pada otot kaki untuk mengayuh kereta angin itu.

Rintik air dari langit tak kunjung jatuh membasahi tanah. Sudah 2 minggu ia lewati, yang terjadi hanyalah sengatan panas matahari-bagai menusuk beberapa lapisan kulit tubuh. Sang mentari memancarkan kekuatan energi yang lebih untuk sore ini. Peluh sudah membasahi ujung kening Reyga.

Reyga mengurangi tenaga pada otot kaki nya agar mampu memperlambat kecepatan tempuh sepedanya. Mengamati pinggir jalanan yang di penuhi oleh beberapa gerobak, melihat anak anak SD yang sedang berjalan kaki bersama teman temannya, dan deretan bangunan kantor tua.

Menyenangkan dan menenangkan.

Hingga pada akhirnya, ia benar benar menghentikan gerakan mesin sepeda itu di depan sebuah lapangan kecil. Reyga memarkirkannya dengan hati-hati, lantas berjalan menuju sebuah pokok kayu.

Ia menempelkan kedua lututnya di atas rumput rumput liar, kemudian terdiam duduk di bawah makhluk itu dengan posisi yang nyaman.

Bagian belakang kepala dan punggungnya sedang bertumpu di sebuah batang kayu kuat dan besar. Kelopak matanya menyembunyikan netra hitam mengkilat itu.

Silir silir angin sore sedang melintasi wajahnya. Seakan membelai rupa indah anak laki laki itu dengan lembut. Daun daun hijau yang lebat dan bergerumunan seolah membentuk atap untuk sang Reyga yang sedang ingin berteduh. Melindunginya dari paparan hebat sinar matahari.

Pohon itu sukses membuat Reyga terpesona. Makhluk yang satu ini selalu berhasil dalam memikat manusia pencinta alam. Betul saja, sebuah pohon mampu menghasilkan zat penting untuk teman temannya agar bisa bertahan hidup.
Manusia adalah teman terhebat dan terkejam mereka. Tak di sangka, dampak positif yang mereka berikan masih saja di balas dengan kejahatan keji tak berperasaan.

Maaf, aku malah ber-edukasi.

Pandangan Reyga tertuju pada langit yang sedang di dampingi oleh kumpulan awan awan berwana putih bersih. Ia tersenyum lembut. Cukup membuat nuraninya merasa hangat dan lega.
Segala amarah dan tangis nya yang selalu terendam dalam pikiran, kini sudah di bawa melayang oleh hawa sore hari.

Penglihatannya mulai redup. Patut saja, bukan? Dia tak pernah tertidur malam hari. Itu sebabnya kantuk selalu menguasai dirinya jika sudah bersandar di pohon.

Reyga mesti bergegas pulang ke rumah sebelum matahari tenggelam dari arah barat. Ia bangkit dari duduknya, lalu menyandang tas punggung itu. Sepeda hitamnya melaju pelan di sisi pinggir jalanan Bandung. Lampu lampu yang tergantung di tiang antik jalan mulai memperlihatkan cahayanya samar samar.

______________

Seluruh penunggu kelas sedang ter-obsesi dengan suram nya langit mendung. Hari ini sungguh membosankan.

Entah karena cuaca di luar yang menyokong para siswa untuk terlelap atau karena jam pelajaran Pak Toni yang sedang berlangsung. Suaranya seperti orang bisik bisik, nyaris tak terdengar.
Mereka tampak sangat malas untuk menyerap ilmu itu.

Pengecualian untuk Reyga.

Tangannya sibuk membolak balik halaman buku paket-berusaha menyesuaikan dengan materi yang sedang di jelaskan oleh Pak Toni. Ia menajamkan indra pendengaran nya, tetap meneguhkan niatnya untuk mendengarkan dengan seksama. Dari semua murid di kelas ini, hanya Reyga yang tampak paling fokus.

Tok..Tokk!!

Mendadak, seluruh murid tersentak dari kursi. Suara ketukan pintu yang terdengar kuat itu, meledakkan isi kelas. Dari bunyi nya saja, sudah bisa tertebak siapa yang akan mengganggu jam pembelajaran ini.

Guru BK.

Reyga mengamati semua teman temannya. Sebagian besar dari mereka terduduk seraya menunduk ketakutan. Ada pula yang menyembunyikan kepalanya di sebalik laci meja. Ia menghela nafas panjang. Tak hanya teman temannya saja, Reyga pun ikut berpartisipasi merasa cemas.

"Pak Toni, maaf mengganggu. Saya mau panggil satu murid sebentar, boleh ya?," ucap wanita memakai blazer merah muda.

"Oh, oke bu," jawab pria berkacamata bulat itu sambil mengangguk kebingungan.

"Reyga Pandatya, ayo ikut saya sebentar,"

Tercengang. Semua insan di dalam itu terpegun. Begitu pula dengan orang yang di sebut namanya. Jarum jam seakan berhenti bergerak, nafas hampir tertahan. Tak di sangka, nama lengkap nya di lontar kan oleh wanita itu. Tangan kakinya terasa membeku.

"B-baik bu," bibir bawah nya sedikit bergetar. Ia menutup buku tebal yang terbuka di atas meja, lantas berusaha berdiri dari bangku.

Ia berjalan di tengah orang orang yang menatapnya dengan tatapan kosong. Bermaksud seperti mengecap anak laki laki itu dengan prasangka bahwa Reyga bukan lah anak yang berperilaku baik.

Aku kenapa? Aku tidak melakukan kesalahan.

Tidak teman teman, jangan menatapku seperti itu. Aku bukan anak nakal.

︎♡︎♡︎♡︎♡︎

PANDATYAWhere stories live. Discover now