18; Hari Ini Pahit

29 2 0
                                    

Hari ini akan baik baik saja, okey?
Selamat Membaca.

🍂

Kedua bola mata itu seakan kaku, tak dapat diputar. Nafas nya bagai tercekat oleh deretan kalimat anak itu yang masih menatapi tangannya. 

_______

Tiupan lembut dari angin malam membuat badan selalu merasa aman dan nyaman berada di bawah langit malam kota Bandung. Suara gesekan empat pasang tapak sepatu hitam disertai list putih mengiringi perbincangan kedua manusia itu.

 Entah apa yang sedang di bincangkan sampai sampai mereka lupa akan angka yang sedang ditunjuk oleh jarum jam.

Ukiran tiang lampu di sepanjang trotoar yang membuat pupil mata membesar, sungguh sangat indah. Lihatlah di sekeliling, para pedagang itu masih mengeluarkan buliran keringat nya yang bercucuran demi mencari sumber nafkah untuk istri dan anak anaknya. 

Sementara kedua siswa SMA yang masih berpakaian seragam dengan tas ransel yang masih tergantung di pundak, mereka masih saja menggerakkan sepasang kaki mereka dengan amat sangat lambat, entah memang di sengaja atau mereka yang tak sadar akan gerak badan nya yang santai sekali. 

"Haha.. Aku memang konyol Aarav, asal kau tahu saja," Reyga terkekeh. Begitupun juga dengan Aarav. Untuk yang kesekian kalinya, ukiran eyesmile itu terbentuk manis di wajahnya.

"HAHAQUEWKWAK, ternyata tampang tampang kayak lo suka ngaco juga ya bang," Aarav memegang perutnya.

Reyga hanya membalas dengan garis senyuman di bibirnya, tapi seakan bermakna penuh bahagia. 

"Sakit sekali waktu itu, padahal aku tidak segaja menginjak ekornya, eh tiba tiba saja dia mengeong marah kepada ku, hingga aku terkaget sampai sampai tangan ini tak segaja terlantuk ke dinding loker".

"Pasti kuceng oren, ya ga?" tebak Aarav disertai dengan petikan jarinya.

"Memangnya ada apa dengan kucing berwarna..oren?"

"Biasanya suka emosian plus caper. Geli dah gue"

Reyga mengerutkan dahi nya sambil tertawa kecil melihat ekspresi Aarav yang sangat mengundang gelak. "Kucing itu sangat lucu Aarav, kok kamu malah geli?"

"Apanya yang lucu?" alis sang Aarav terangkat.

"Kamu"

"Hah? Gue? Oh, emang sih WEQWEWKW"

Tawa kembali terdengar. Garis bibir yang tertarik membuat kehidupan ini terasa hidup.

Sungguh, hari ini terasa sangat pahit. Pilu, tak terhingga jumlah sayatan yang telah merusak hati nya yang mengkilat nan berseri. 

Tak apa, dia sudah menemukan salah satu obatnya. Bersyukur sekali rasa sakit itu mereda. Obat ini tidak bisa beli dengan harga yang murah. Bahkan tak akan pernah terpikirkan sosok itu adalah obat baginya. 

"Iya, Aarav. Kamu lucu sekali bagiku.

Kucing adalah teman sejati ku sejak aku bisa mengendalikan alat gerak tubuhku. Mereka tulus. Mereka mengerti. Mereka menemani, dan juga mengobati. Seperti kamu. Sama persis."

Sudah 10 detik, anak bermata sipit itu masih saja tidak mengedipkan matanya. Mulutnya terbuka sedikit seperti tercengang.

"Bang maap ya.. tp gue kaga ngarti dah ama omongan lu. Kan tadi bahas kucing kok sekarang malah bawa bawa obat trus nyamain gue ama kucing oren? Mksd lohk?" balas Aarav yang sedikit melengking sambil menggaruk kulit kepalanya. 

Reyga hanya bisa menggeleng gelengkan kepala, lantas tersenyum tanggung dan mempercepat langkahnya.

"OI TUNGGU GUE"

PANDATYAWhere stories live. Discover now