4; Kotak Makan

46 3 1
                                    

Baju seragam itu penuh dengan cairan berwarna kuning. Bagaimana mungkin ia akan mengikuti ujian dengan bentuk pakaiannya yang kotor. Anak itu bersimpuh -menempelkan kepalanya di dinding toilet. Matahari belum sepenuhnya mengumpulkan energi untuk menyinari pagi ini. Tapi kenyataanya, ia sudah harus mendapat perlakuan yang tak wajar dari teman temannya.

Tangannya mengepal, berusaha kuat untuk menahan air matanya yang mulai mengalir. Reyga, kau hanya disiram jus yang tak mengandung zat bahaya apapun..Apa yang kau tangiskan? Ayolah, Jangan menjadi anak yang lemah.Pikirkan apa yang harus kau lakukan saat ini.! Ia berusaha menenangkan pikirannya. Nafas nya tersengal. Dada nya sakit tak karuan.

Lengannya memerah dan menimbulkan bengkakan kecil. Reyga memutar keran air untuk membasuh mukanya.Ia tampung air itu dengan kedua tangan, dan mengusapnya ke seluruh bagian wajah. Tangannya tak bisa berhenti bergetar. Anak itu menggosok pelan kantong matanya agar tak terlihat sembam.

Setelah mengumpulkan alasan alasan yang akan ia ajukan kepada guru ketika bertanya tentang pakaiannya nanti, anak itu memutuskan untuk segera masuk ke kelas.

"Maaf bu, saya terlambat masuk. Saya tadi ke toilet"

Semua pasang mata yang ada di kelas langsung menyorot kepada Reyga. Ia tak tahu apa maksud dari tatapan mereka itu. Yang jelas, mereka semua menjadi saksi saksi bisu saat Erga menindas Reyga.

"Reyga, baju kamu kenapa? Ada noda kuning di seragam kamu." Wanita itu menunjuk pakaian Reyga.

Reyga menghela nafas, kemudian berkata "Tadi saya minum jus bu. Saya tidak sengaja menumpahkan nya ke baju." Bunda, maafkan aku telah berbohong.

Saksi saksi bisu itu hanya bisa terdiam. Tak berani membantah perkataan Reyga. Percayalah, mereka sangat ingin membantu anak itu. Tetapi hanya karena sebuah ancaman yang kejam dari sang pelaku, mereka tak berani menyatakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu tidak punya baju cadangan?"

Reyga menggeleng.

"Kamu pergi ke ruangan Bu Elni, ada jaket anggota osis disana. Kamu bisa memakainya sampai nanti sore."

Reyga mengangguk. Anak itu segera membuka pintu kelas dan berjalan keluar. Dari tadi, ia berusaha menghindari kontak mata dengan Erga. Reyga bisa merasakan senyuman cemooh laki laki itu.

Reyga mengetuk pintu sebenyak 2 kali sebelum menginjakkan kakinya kedalam ruangan. Bu Elni menoleh. Ia adalah salah satu pengurus anggota osis di sekolah ini.

"Iya, ada apa?" tanyanya.

"Bu, saya boleh meminjam jaket kakak kakak osis? Baju saya terkena noda jus bu"

Wanita paruh baya itu berpikir sejenak. Ia beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju sebuah box kecil berwarna merah. Dia membuka tutup box itu. Bu Elni mengangkat salah satu hoodie hitam.

"Ini, pakailah. Besok pagi harus dikembalikan ya"

Reyga menerima hoodie itu dengan kedua tangannya. Ia tersenyum dan mengangguk. "Baik, bu. Besok akan saya kembalikan"

Ia menutup ruangan pintu itu kembali. Reyga memasukkan kepalanya ke dalam hoodie dan merapikan bagian bahunya yang berkerut. Ia memperbaiki beberapa helaian rambutnya yang jatuh ke dahi. Dengan sigap, ia berjalan ke lantai 3 untuk kembali ke kelas. Semoga Ujianmu berhasil, Rey.

-------------------

Dihadapannya, sudah terletak sebuah kotak makan dan segelas botol minum. Pagi ini Harum memasak. Ia membuatkan satu porsi nasi goreng untuk makan siang anak sulungnya. Reyga mengeluarkan alat makan dari tas bekal. Ia sudah siap untuk menyantap makanan itu.

PANDATYAWhere stories live. Discover now