Kuhela nafas panjang saat melangkah menyusuri lantai Bandara Juanda Surabaya , untuk kesekian kali aku mengikuti acara seminar yang diselenggarakan oleh salah satu yayasan pendidikan dan menjadikanku salah satu narasumbernya. Dan kali ini acara diadakan di Universitas Airlangga, Surabaya selama tiga hari berturut-turut.
Ini adalah perjalanan pertamaku di kota pahlawan ini, banyak tempat bersejarah yang ingin kukunjungi dan menikmati makanan khas kota yang identik dengan ikan suro dan buaya ini. Rencananya nanti aku akan berkeliling dan membeli oleh-oleh untuk keluargaku di Jakarta.
Seminar selesai jam 3 sore. Cukup melelahkan karena mungkin ini adalah hari pertama, kuharap dua hari kedepan antusias para mahasiswa tetap sama. Aku harus pintar-pintar menjaga kondisiku agar tetap prima sampai hari terakhir, dan kuputuskan malam ini untuk beristirahat saja.
Hari kedua, aku sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan kampus. Para mahasiswa masih semangat mengajukan pertanyaan dan mendengar penjelasan dari tiga narasumber termasuk aku. Suasananya cukup menyenangkan karena diselingi candaan, sesekali mahasiswa pria pun dengan terang-terangan melempar rayuan dan gombalan yang ditujukan untuk diriku. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum menanggapinya.
Dasar ABG
"Insya Allah nanti mba bawakan, sekarang Acha bobo gih. Udah malem. Salam untuk Ayah dan Mama yah, hmmm juga buat Mba Diza dan Mas Raihan. Mba tutup teleponnya yahh.. Wassalamualaikum." Kutekan tombol hijau pada layar smartphoneku, mengakhiri pembicaraanku dengan adik bungsuku dan dari dia juga aku mendapat kabar kalau Diza dan suaminya kini sedang menginap dirumah kami.
Entah aku harus bersyukur atau tidak, yang jelas aku tenang tidak berada disana sekarang. Aku masih bingung bagaimana harus bersikap dihadapan Raihan yang notabene adalah adik iparku sekaligus pria masa laluku. Mungkin karena kami pernah punya suatu hal yang kami rahasiakan dari semua orang sampai sekarang, dan itu membuat kami merasa seperti maling yang takut ketahuan.
Tapi satu hal yang bisa kupastikan, perasaanku padanya saat ini jelas sudah berbeda, lima bulan berlalu semenjak pernikahan mereka aku sudah berhasil move on. Ikhlas, itu satu-satunya cara agar aku bisa melanjutkan hidupku dengan lebih baik. Menyibukkan diri adalah cara yang paling jitu untuk mengalihkan semua rasa sedih.
Akan ada pangeran berkuda putih yang akan menghampirimu, kamu tunggu saja dia.
Aku terkekeh saat mengingat ucapan Della, sahabatku sejak dibangku SMA. Yahh, dialah satu-satunya orang yang menyimpan hampir seluruh rahasiaku termasuk perasaanku terhadap Raihan, mantan pria yang kucintai itu.
Semoga saja ucapan Della yang kuanggap sebagai doa itu segera dikabulkan oleh Allah.
Amin.
***
"Aku mau kamu jadi pacarku."
Aku menatap sosok pria bertubuh jangkung ini dengan shock, ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya sukses membuat jantungku hampir melompat dari tempatnya. Bagaimana tidak, usai seminar di hari terakhir aku dihadang olehnya dan dikejutkan dengan pernyataannya.. perlu kutekankan, yang baru saja dia katakan adalah pernyataan bukan pertanyaan.
"Aku menyukaimu, percayalah."
Baru pertama kali bertemu, dan dia sudah menyatakan perasaanya padaku dan menginginkan aku menjadi pacarnya. Heii, dia bahkan hanya menyebutkan namanya tanpa bertanya siapa namaku. Entah aku harus menjulukinya apa, pria hebat atau pria sinting??
Astaghfirullah
Aku beristighfar berkali-kali, semoga aku bisa menahan diri untuk tak mengeluarkan umpatan-umpatan yang sebenarnya sudah berada diujung lidahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Nadira
RomanceJalan takdir mempertemukan aku dengan lelaki ajaib ini, baru bertemu tiba-tiba saja dia mengajakku berpacaran. Tentu saja aku menolaknya, karena memang itu tidak ada dalam ajaran agamaku. Tapi ternyata penolakanku tidak membuatnya mundur, dengan nek...