SCN~6

13.8K 668 15
                                    

Rencana untuk lebih dekat lagi dengannya serta keluarganya kini hanya tinggal rencana. Tiga hari sejak malam pengakuan itu aku hanya berdiam diri di hotel, merenung dan terus menyesali apa yang sudah terjadi.

Tidak ada lagi harapan bagiku, dimatanya kini aku hanyalah seorang laki-laki biadap yang hanya menggunakan penisnya demi memenuhi hasrat semata tanpa berpikir dahulu. Aku tertawa, lebih tepatnya menertawakan diri sendiri karena baru menyadari kalau dulu aku memang tak memiliki otak untuk berpikir juga tak memiliki hati nurani. Apa kabarnya mereka yang dulu pernah menjadi partner dari kebejatanku, apa mereka juga merasakan hal yang sama sepertiku. Menyesalkah????

Kami melakukannya memang tanpa ada paksaan dari siapapun, prinsipnya aku akan membawa mereka menuju kenikmatan atas dasar suka sama suka dan mau sama mau. Apa mereka memiliki beban moral yang harus dipertanggung jawabkan sama halnya denganku sekarang ini.

Kuremas kepalaku dan menjambak rambutku berkali-kali sampai kulit kepalaku kesakitan, sedalam apapun penyesalanku saat ini tak akan ada gunanya. Nadira pasti tak akan sudi lagi untuk melanjutkan proses ta'aruf ini, untuk sekedar melihatku dan bicara padaku pun rasanya sangat-sangat mustahil.

Sebenarnya apa yang membuatku bisa senekat ini, bisa sepercaya diri ini untuk meminang gadis sebaik dia. Modal apa yang sudah kupunya sampai berani-beraninya memintanya menjadi pendampingku. Sementara masa laluku penuh dengan kesuraman.

Praaaaaanggggggggg.....

Kupukul cermin dalam toilet dengan tangan terkepal, alhasil tanganku langsung berlumuran darah karena beberapa serpihan belingnya tertancap di jari-jariku. Rasa sakitnya tak seberapa bila dibandingkan luka yang berhasil kutoreh dihatinya.

Tubuhku merosot ke lantai kamar mandi, menangis disana. Menangisi segala sikap dan tingkahku yang dulu, menangisi keluargaku yang begitu sabarnya menghadapi aku yang dulu, menangisi dia yang kini sudah semakin jauh kuraih dan yang paling utama adalah menangisi dosa besar yang kulakukan berkali-kali.

Apa masih ada pengampunan untuk aku yang berlumur dosa ini? Apa aku masih pantas untuk bernafas dan menikmati hidup sementara selama ini aku tak pernah sekalipun mensyukuri apa-apa yang sudah diberikanNya padaku.

***

Aku duduk termangu di sofa hotel yang selama empat hari ini menjadi saksi bisu dari segala kehancuranku, sementara seorang pria berjalan mondar mandir dihadapanku disertai ocehannya yang tiada henti dan seorang perempuan yang kini sibuk mengobati tanganku yang tadi menghantam cermin hingga berdarah.

"Kenapa sih lo bertindak bodoh kaya gini Bang, kenapa lo secengeng ini? Ga malu sama badan lo yang segede babon itu. Hah..." cerocos pria berkacamata itu yang tak lain adalah adik sepupuku, Raihan. Dialah yang menerobos pintu kamar mandi dengan cara mendobraknya, dan menemukan aku yang terduduk lemah di lantai dengan tangan bersimbah darah.

Diza yang sedang membalut tanganku dengan perban mendecak sebal pada suaminya "Udahan dong Mas ngomelnya, Mas ngga lihat kondisi Bang Yoga sekarang."

Raihan langsung membungkam mulutnya setelah dihadiahi pelototan Diza, kalau saja kondisi hatiku sebaik seperti biasanya aku pasti akan tertawa meledeknya habis habisan dan meyarankannya untuk masuk dalam organisasi ISTI.

"Bagaimana kalian bisa masuk kedalam kamarku, kalian ngga menyuap karyawanku kan?" Tanyaku sesaat setelah Diza selesai dengan perbannya.

"Aku bilang kalau bos mereka sedang melakukan percobaan bunuh diri di kamarnya karena patah hati." Jawab Raihan sinis, kalau biasanya aku kesal jika diperlakukan sinis seperti itu. Kali ini aku sama sekali tidak tertarik untuk berdebat dengannya.

Yang dikatakannya memang benar, bunuh diri memang sempat terlintas dalam benakku namun segera kuenyahkan karena aku pernah mendengar ceramah dari Mamah Dedeh yang sering Bunda tonton di televisi, bunuh diri adalah suatu tindakan yang mencerminkan manusia yang tidak mensyukuri apa yang sudah diberikan Sang Pencipta. Dan aku tak mau kembali seperti itu, menyia-nyiakan hidup dengan sesuatu yang sifatnya hanya duniawi.

Sebening Cinta NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang