Kayanya yang tadi ku-update kepotong dehh. Nih aku post lagi yaa...
●●●
Rasa haru menyeruak saat aku menyaksikan interaksi antara ibu dan anak itu, berpelukan dengan erat menyalurkan rasa rindu yang terpendam selama dua bulan berpisah. Meski sering bicara ditelepon setiap harinya tapi aku yakin itu semua takkan cukup sebelum raga benar-benar bertemu.
Aku sendiri tak bisa membayangkan bila kejadian serupa terjadi padaku, bahkan untuk meninggalkan si kecil Dirga karena tugasku sebagai dosen yang hanya beberapa jam saja begitu berat kujalani, beruntung aku memiliki keluarga yang begitu baik seperti Bunda dan dua adik iparku yang siap sedia membantu menjaga Dirga selama aku mengajar. Tak terbayangkan bagaimana bila tidak ada mereka, aku pasti akan berpikir seribu kali jika harus memakai jasa pengasuh atau menitipkan Dirga di tempat penitipan anak. Banyak kasus yang akhirnya mengorbankan sang anak karena keegoisan seorang ibu yang lebih memilih karir dibanding mengurus anak di rumah. Dan aku sama sekali tak menginginkan kejadian buruk tersebut menimpa keluarga kecilku.
Aku sendiri sudah berencana untuk berhenti dari kegiatan mengajarku setelah anak kedua kami lahir nanti karena tak mungkin aku terus menerus merepotkan keluargaku. Mas Yoga pun menyerahkan sepenuhnya keputusan padaku, tak membebaniku dengan segala titahnya sebagai seorang suami.
Lalu bagaimana Yuna menjalani perannya sebagai orangtua tunggal selama ini? Menjadi ibu sekaligus ayah untuk puteranya. Hal ini pasti membuat si ayah yang tak lain adalah suamiku sendiri merasa sangat bersalah karena secara tidak langsung sudah membuat Yuna menanggung semuanya sendiri.
Disampingku, Mas Yoga sambil menggendong Dirga tersenyum lega menyaksikan pemandangan tersebut bahkan dia sempat terkekeh saat Arga bercerita dengan antusias pada Ibunya mengenai pengalamannya memancing minggu lalu seakan perpisahannya selama dua bulan dengan sang ibu hanya angin lalu saja padahal hampir setiap malam dia menangis karenanya sampai-sampai aku dan Mas Yoga harus berbagi tugas untuk menenangkan Arga sekaligus menidurkan Dirga.
Selain kami yang menyaksikan adegan haru tersebut, ada satu orang yang sejak tadi berdiri di belakang Yuna, tak bicara sepatah katapun karena ia tahu tak sepatutnya ada yang mengganggu ataupun menginterupsi pelampiasan rindu ibu dan anak tersebut. Dia pasti pria bernama Bram yang disebut-sebut sebagai mantan kekasih Yuna itu, syukurlah dia sudah bebas dari koma dan pulih hingga akhirnya Yuna bisa kembali berkumpul bersama puteranya. Apa itu artinya Yuna akan membawa Arga bersamanya, meninggalkan rumah ini, meninggalkan aku yang sudah terlanjur menyayanginya.
Munafik, pasti banyak orang yang menganggap sikapku ini hanyalah kamuflase belaka. Mencari simpati orang lain dengan bersikap baik terhadap orang yang hampir saja menghancurkan rumah tanggaku yang dalam hal ini adalah Yuna dan Arga. Tapi tidak, aku tidak pernah berpikir begitu setelah mengetahui kenyataannya bahwa Mas Yoga sama sekali tak mengetahui keberadaan Arga, sempat terpikir olehku bahwa Mas Yoga akan berpaling dariku atau paling tidak dia akan mencari solusi yang lebih ekstrim lagi yaitu dengan menikahi Yuna, sebagai rasa tanggung jawabnya dan sebagai penebus rasa bersalahnya terhadap wanita itu.
Tapi syukurlah semua tidak menjadi kenyataan karena pada dasarnya Yuna adalah wanita baik-baik, dia sadar kalau dirinya hanyalah kepingan masa lalu yang tidak seharusnya masuk untuk merecoki kehidupan rumah tangga mantan kekasihnya.
"Kalian makan siang dengan kami aja disini." Kataku saat Yuna hendak pamit pulang. Bunda dan Luna sedang pergi ke Malang karena ada undangan sementara Nayla sudah berangkat kuliah pagi tadi.
Awalnya Yuna menolak dengan alasan klise, masih kenyang, tapi aku tahu itu hanya alasan saja. Jam sudah menunjukkan waktu makan siang sedangkan dia dan Bram baru mendarat jam sepuluh pagi tadi, terlalu siang kalau mereka mampir untuk sarapan di restoran di bandara dan juga terlalu pagi kalau untuk makan siang. Setelah kubujuk akhirnya dia mau ikut makan siang dengan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Nadira
Roman d'amourJalan takdir mempertemukan aku dengan lelaki ajaib ini, baru bertemu tiba-tiba saja dia mengajakku berpacaran. Tentu saja aku menolaknya, karena memang itu tidak ada dalam ajaran agamaku. Tapi ternyata penolakanku tidak membuatnya mundur, dengan nek...