SCN~5

12.9K 687 8
                                    

Sejak dia melontarkan niatnya untuk lebih serius dengan melamar langsung pada orangtuaku, aku sudah berjanji akan merubah penilaianku tentangnya. Dia yang sok kegantengan, walaupun pada kenyataannya memang ganteng. Dia yang selengean dan kepala batu walaupun sebenarnya sikapnya terbilang cukup membuatku takjub. Dimana lagi kalian bisa temukan makhluk ajaib seperti dia, tak tahu malu tapi tahu apa yang dia mau. Kesungguhan dan kenekatannya berhasil meluluhkan hatiku.

Aku menyetujui niatannya untuk melakukan ta'aruf denganku, semoga dengan proses ini aku dan dia bisa saling mengenal tentang diri kita masing-masing. Mengenai lanjut atau tidaknya kami ke jenjang yang lebih serius, aku pasrahkan semuanya pada kehendak Illahi.

Aku yang sudah selesai berwudhu dan siap melangkah menuju mushalla pribadi keluarga kami untuk shalat Isya berjamaah sangat terkejut melihat keberadaannya di rumahku, apalagi saat ini dia berdiri tepat di depan kamarku. Menatapku dengan intens, dan membuatku tersipu.

"Engg.. Assalamualaikum Dira."

"Wa..waalaikumsalam." balasku sedikit terbata-bata.

"Saya mau ambil wudhu, kata Om Tama kamar mandinya ada disebelah kamarmu."

"Ohh...iya. disana." Tunjukku ke ruangan yang memang tepat berada disebelah kamarku.

Aku membalas salamnya lalu menunjukkan tempat dimana dia bisa mengambil wudhu.

Aku langsung berlalu meninggalkanya yang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Ugghh...kenapa aku jadi segugup ini?

Mataku terpaku saat melihatnya muncul ke dalam ruangan sambil mengulurkan lengan kemejanya juga celana kain hitamnya. Kenapa dia terlihat semakin tampan dengan wajahnya yang masih basah itu, kulihat sesekali airnya menetes dari wajah dan rambutnya.

Astaghfirullah.

Segera aku bangkit dan berdiri disisi kiri Mama, bersiap memulai shalat Isya berjamaah.

***

Awalnya, aku hanya tahu mengenai dirinya beserta kenakalannya di masa lalu dari cerita Diza yang sebelumnya sudah menginterogasi Raihan dan meminta suaminya itu untuk menceritakan semuanya dengan jujur. Balap liar dan Narkoba ternyata pernah menjadi bagian dari masa lalunya.

Saat kutanyakan langsung padanya, dia dengan jujur mengakui semuanya.

Aku sama sekali tak menyangka dia pernah menjadi pecandu karena yang kutahu seorang pecandu fisiknya akan terlihat lebih kurus dan matanya akan terlihat sayu. Berbanding terbalik dengan penampilannya sekarang, tubuhnya tegap berotot, tercetak jelas meski masih dibalut kemeja kantornya, matanya pun terlihat jernih.

Meski sedih mendapati kenyataan tersebut, tapi apa yang dibilang Ayah membuatku sadar. Setiap manusia memiliki masa lalu dan tidak ada manusia yang sempurna.

Aku tak boleh egois, aku tak boleh angkuh dan merasa kalau aku adalah manusia terbaik tanpa cacat sikap secuil pun. Aku tak mau menjadi manusia seperti itu.

Dengan kerendahan hati, aku berusaha ikhlas dan menerima apa yang sudah pernah menjadi masa lalunya. Aku berharap dia benar-benar tak akan pernah kembali memakai barang haram tersebut.

Saat Ayah memberinya kesempatan untuk bertanya mengenai apa saja tantang diriku, dia malah membeberkan satu hal yang membuatku serta kedua orangtuaku lebih terkejut lagi.

Kenyataan pahit yang sangat bertentangan dengan norma agama tapi seringkali dilakukan oleh sebagian orang. Dosa yang teramat besar dan dimurkai Allah SWT.

Dia berzinah.

Dan itu bukan hanya sekali saja, tapi beberapa kali dengan wanita berbeda-beda.

Astaghfirullahal'azim.

Sebening Cinta NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang