SCN~4

13.8K 679 17
                                    

Sejak awal aku sudah serius dengan langkah apa yang akan kuambil, melihatnya untuk pertama kali sudah membuat hati ini berdesir, lanjut ke pertemuan kedua rasa itu masih tetap sama.

Prinsip yang dia pegang teguh makin membuatku berdecak kagum, dia sungguh berbeda. Aku yakin siapapun yang akan menjadi pendampingnya nanti pasti sangat beruntung. Dan kuharap akulah orang beruntung itu.

Tidak ada lagi yang membuatku ragu, apalagi setelah akhirnya aku bisa memahami makna tersirat ucapannya saat menolak lamaranku yang tiba-tiba itu. Aku ingin mengenalnya lebih dekat begitupun sebaliknya, tapi masih dalam konteks yang sesuai dengan ajaran Islam.

Masih kuingat dengan jelas reaksinya kala aku menyampaikan niat seriusku pada orangtuanya, matanya berkaca-kaca kemudian menundukkan kepalanya tapi aku masih bisa mengintip rona merah yang menghiasi kedua pipinya yang sedikit cubby itu. Menggemaskan.

Terlebih saat dia mengangguk mengiyakan niat baikku itu, rasanya bagai menemukan sumber air di gurun pasir, melegakan sekali. Walaupun sebelumnya aku harus menerima sikap juteknya dan kata-kata sinisnya tapi kalau hasilnya seluarbiasa ini, aku rela.

Bunda dan kedua saudaraku merasa senang saat aku mengatakan hal tersebut, mereka mendukung penuh dengan pilihanku. Mereka bilang Nadira wanita yang tepat untukku yang berandalan ini. Sial.

Dan rencananya minggu depan aku akan datang lagi kerumahya, bersilaturahmi dengan keluarganya sekaligus menceritakan segala apa yang ingin dia ketahui tentang diriku. Apapun, bahkan sisi terburukku di masa lalu.

Untuk itu, agar semuanya berjalan lancar di tengah kesibukanku yang menggunung ini aku bekerja lembur. Pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan minggu depan mau tak mau harus kukerjakan sekarang ini, jadwal meeting dengan beberapa klien harus dimajukan dan semua kuserahkan pada sekretaris pribadiku, Ardi.

Fighting^^

***

Segan bila harus datang seorang diri, akhirnya aku memutuskan untuk mengikutsertakan sepupuku Raihan dan istrinya yang tak lain adalah adik dari wanita yang kucintai itu.

"Kenapa harus ngajak kita sih Bang, kan Lo bisa pergi sendiri kesana seperti yang Lo lakuin kemaren-kemaren. Ganggu ajah dehh." Protes Raihan saat aku datang ke Apartementnya. Aku tahu alasannya kenapa dia memprotes keras usulanku ini, kalian tahu sendiri kan sepupuku ini baru saja berbaikan dengan isterinya dan sedang menikmati masa-masa indahnya seperti layaknya pasangan pengantin baru. Ck.

"Lo tega amat sih sama gue Ray,, lagian itung-itung lo silaturahmi ke mertua lo."

"Bukan begitu Bang, hari ini gue baru dapat jatah libur. Gue pengenlah nikmatin hari ini berdua ajah sama isteri gue."

Aku mendelik kesal padanya, perhatianku beralih pada Diza yang datang membawa tiga gelas orange juice untuk kami.

"Bang Yoga bener Mas, mending kita kesana ajah mumpung kamu libur. Aku juga udah kangen banget sama mereka."

Aku bersorak girang, calon adik iparku ini memang pengertian. Kalau aku nanti berhasil menikahi kakaknya akan kuberi dia hadiah.

"Tuh dengerin kata isteri lo.. Lagian betah amat di Apartement."

"Ga mau tau, pokoknya gue ngga setuju. Lo sendiri ajah sana. Hari ini gue mau berduaan sama bini gue." Katanya keras kepala, lalu tanpa ba bi bu dia menarik tangan isterinya dan masuk ke dalam kamar.

SIALAN BENER NIH ANAK....!!!!!!

sempat kudengar pekikan suara Diza, tak mau hanya menjadi obat nyamuk dan mendengar suara-suara aneh dari mereka aku segera meninggalkan tempat ini.

Sebening Cinta NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang