Prolog

2K 63 36
                                    

Seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahun sedang bermain dengan riangnya di sebuah taman dekat rumahnya. Gadis kecil itu sedang mengejar sekumpulan kupu-kupu yang membuatnya sangat tertarik. Gadis kecil itu tertawa dengan riangnya ketika berhasil menangkap salah satu dari kupu-kupu itu

“Kupu-kupu kau sangat cantik. Terbanglah dengan bebas. Oke?” Kekeh gadis kecil itu sambil melepaskan kupu-kupu yang berada di dalam genggaman tangannya.

Orang tua gadis kecil itu terlihat sangat bahagia ketika melihat putri mereka bermain dengan bahagianya, dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Gadis kecil itu terus berlarian di sekitar taman sampai dia melihat seorang anak laki-laki yang usianya diperkirakan tidak berbeda terlalu jauh darinya sedang duduk di sebuah ayunan dengan menyunggingkan senyuman yang menawan. Gadis kecil itu terpesona dengan anak laki-laki itu. Meski dia masih kecil, tapi dia sudah merasakan getaran aneh yang ada di dalam dirinya walau dia sendiri tidak tahu apa nama perasaan itu. Tanpa sadar kaki kecilnya melangkah mendekati anak laki-laki itu, membuat anak laki-laki itu menoleh lalu mengerutkan keningnya.

“Hai! Namamu siapa?” Tanya gadis kecil itu.

“Kau bertanya padaku?” Tanya anak laki-laki itu bingung.

“Tentu saja.” Kata gadis itu sambil tersenyum lebar.

“Namaku Andrew. Maaf aku harus pergi.” Kata anak laki-laki itu lalu pergi meninggalkan gadis kecil itu. Walau senyum sempat hilang dari wajahnya, namun tak lama senyum itu tersungging lagi di wajahnya.

“Aku harap kita akan bertemu lagi Andrew.” Batin gadis itu menyemangati dirinya sendiri.

Gadis itu kembali ke tempat orang tuanya menunggunya dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya. Senyuman manis yang membuat siapapun akan merasa gemas padanya.

“Ada apa sayang? Kamu terlihat sangat bahagia. Ayo cerita sama mama dan papa.” Kata mama dari gadis itu.

“Iya nih papa juga penasaran.” Kata sang papa sambil mencium gemas kedua pipi putri kecilnya itu. Membuat gadis kecil itu terkikik.

“Mama sama papa tahu tidak siapa anak laki-laki yang tidak bicara denganku?” Tanya gadis kecil itu kepada orang tuanya.

“Yang tadi bermain ayunan kah sayang?” Tanya sang papa. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya dengan semangat, membuat kedua orang tuanya tersenyum geli dengan tingkah putrinya itu.

“Namanya Andrew sayang. Andrew Collin nama lengkapnya.” Kata sang mama.

“Mama tahu dimana dia tinggal?” Kata gadis kecil itu penasaran.

“Tentu saja.” Kata sang mama yang membuat gadis kecil itu tersenyum sumringah.

“Dimana ma? Aku mau kesana.” Kata sang gadis kecil yang justru disambut tawa oleh kedua orang tuanya membuat sang gadis kecil mengerucutkan bibirnya kesal.

“Mama sama papa kenapa tertawa?” Tanya gadis kecil itu kesal dengan orang tuanya.

“Papa akan beri tahu ketika sampai di rumah. Sekarang kita pulang. Kasian dengan kakakmu. Pasti dia sudah pulang dari sekolahnya. Dan papa jamin dia akan kesal kalau tahu kita pergi tanpanya.” Kata sang papa mencoba mengalihkan perhatian gadis kecilnya dari anak laki-laki itu. Mereka sendiri juga bingung harus menceritakan apa kepada gadis kecilnya itu.

Gadis kecil itu pulang dengan riangnya di dalam gendongan sang papa. Namun sang papa tidak menepati janjinya. Kedua orang tuanya selalu bisa mengalihkan pertanyaannya itu dengan yang lain. Tidak hanya sekali, tapi juga berkali-kali. Hingga gadis kecil itu sadar kalau orang tuanya tidak mau memberi tahunya. Meski dia sangat penasaran, namun dia tidak ingin memaksa kedua orang tuanya.

Andrew Collin

Nama itu akan dia ingat sampai kapanpun dan dia ukir di dalam hatinya. Dia akan mencari tahu siapa anak laki-laki itu dengan caranya sendiri. Hingga suatu hari dia berhasil bertemu kembali dengan anak laki-laki itu ketika dia kembali ke taman itu sebulan kemudian. Namun kali ini anak laki-laki itu berbeda dengan yang terakhir dia lihat, tidak ada senyuman yang membuatnya terpesona. Apakah sesuatu telah terjadi?

“Hai!” Sapa gadis kecil itu.

“Kau siapa?” Tanya anak laki-laki itu.

“Kau sudah lupa denganku?” Tanya gadis kecil itu dengan nada sedih sambil menunduk karena  anak laki-kali itu tidak mengingat dirinya.

“Maaf.” Hanya satu kata itu yang bisa anak laki-laki itu katakan.

“Memangnya namamu siapa?” Tanya anak laki-laki itu.

“Namaku Clara. Nathania Clara.” Kata gadis kecil itu sambil tersenyum. Membuat anak laki-laki itu tersenyum simpul.

“Aku harus memanggilmu apa?” Tanya gadis kecil itu.

“Aku di rumah biasa dipanggil Ara.” Kata gadis kecil itu.

“Kau bisa memanggilku Collin. Maukah kau menjadi temanku?” Tanya anak laki-laki itu.

“Kau mau berteman denganku?” Tanya gadis kecil itu sangat antusias.

“Iya. Aku bosan selalu bermain sendiri. Tidak ada satupun yang mau bermain denganku.” Gumam anak laki-laki itu, namun masih bisa di dengar oleh gadis kecil itu.

“Tentu saja aku mau menjadi temanmu Collin. Aku sangat sangat sangat senang.” Kata gadis kecil itu dengan penuh semangat. Membuat anak laki-laki itu tertawa sambil mengacak-acak rambut gadis kecil itu dengan gemas.

“Terima kasih Ara.”

“Sama-sama Collin.”

Dan sejak saat itu mereka menjadi teman akrab. Bahkan kedua orang tua dan kakak beserta adik mereka juga saling mengenal dengan baik hingga bersahabat. Hal itu membuat Ara sangat senang, karena akhirnya Ara bisa dekat dengan anak laki-laki itu yang tidak lain adalah Collin. Kemanakah persahabatan ini akan mengalir? Hanya Tuhan yang tahu.

---------

Cerita pertama yang aku buat, semoga menyukainya. ditunggu ya... RVC nya...

Doakan saja aku lancar ya nulis cerita ini. hehehhee. panjang/pendek semoga bisa  di nikmati. hehehhe

makasih :)

21.02.15

Love is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang