Gambar disamping adalah fotonya Fabian. Dia adalah Fabien Yoon. Atlet taekwondo Korea yang berasal dari Perancis
Happy Reading!!!
DON'T BE SILENT READER!!
-----------------------------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya aku melakukan aktifitasku seperti biasa. Aku yang pada awalnya bekerja sampai makan siang, ternyata Fabian memintaku bekerja sampai café tutup. Namun aku tetap menerimanya dengan senang hati. Kalau kata Fabian biar aku tidak bosan. Tidak ada yang salah dengan kata-katanya. Aku memang bekerja hanya saat liburan. Dan saat hari sekolah aku hanya fokus pada pelajaranku. Lagipula selain menjadi pelayan, aku juga merangkap menjadi asisten Fabian. Seperti memeriksa keuangan café yang diberikan oleh Clark setiap harinya, membantu menggantikannya saat dia sedang tidak bisa ke café, dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan café, mungkin bisa dikatakan seperti manager kedua café.
“Sepertinya sekarang aku punya asisten,” goda Clark saat aku ikut memantau dapur dengannya karena sebentar lagi jam makan siang.
“Kenapa? Kau keberatan?” tanyaku tanpa menoleh.
“Tidak. Aku justru senang. Setidaknya beban pekerjaanku bisa berkurang,” kata Clark seperti mengeluhkan pekerjaannya.
“Kau bekerja untuk apa?” tanyaku yang membuat Clark mengerutkan keningnya.
“Maksudmu?” tanya Clark bingung.
“Kau bekerja untuk apa? Untuk mencari uang kah atau apapun,” tanyaku sambil mengecek sayuran yang sedang aku pegang.
“Oh, itu. Tentu saja aku bekerja untuk mencari uang. Aku bukan orang kaya yang bisa bebas menghamburkan uang atau bekerja untuk mengisi waktu luang seperti beberapa karyawan disini,” jawab Clark seperti menyindirku, mungkinkah dia tahu alasan aku bekerja di sini? Oh itu mungkin saja karena aku bisa berteman dengan Fabian. Fabian adalah orang yang tidak bisa sembarangan dengan orang lain. Bisa dibilang Fabian cukup pemilih hanya untuk memiliki teman.
“Dirumah aku adalah tulang punggung keluarga. Aku punya 2 adik yang masih harus sekolah. Orang tuaku sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena kecelakaan. Walau ada asuransi, tapi tetap saja itu hanya untuk memenuhi kebutuhan kami beberapa tahun. Jadi kalau aku tidak bekerja, bagaimana kami bisa bertahan hidup? Terkadang aku lelah, tapi mau bagaimana lagi,” kata Clark sambil menghembuskan napas lelah lalu bersandar di tembok dekat tempat menaruh daging.
“Seharusnya kamu jangan mengeluh,” kataku mencoba memberi nasihat.
“Bagaimana aku tidak mau mengeluh, pekerjaan ini membuatku seperti tidak memiliki waktu untuk beristirahat,” katanya dengan nada frustasi.
“Kalau begitu cari pekerjaan lain saja,” kataku santai mencoba bersabar menjawab keluh kesahnya.
“Tapi hanya pekerjaan ini yang bayaran cukup tinggi dibanding dengan pekerjaanku yang sebelumnya,” katanya dengan nada yang lebih frustasi. Aku menghela napas kasar.
“KALAU BEGITU JANGAN MENGELUH,” teriakku tidak sabaran dengannya. Membuat semua yang ada di dapur terkejut dan memberi perhatian lebih kepada kami. Namun aku memberi isyarat agar mereka tidak perlu memperdulikan kami dan melanjutkan pekerjaan mereka.
“Lalu aku harus bagaimana?” tanya Clark dengan mata berkaca-kaca, membuatku mengacak-acak rambutku dengan frustasi. Kupejamkan mataku untuk menenangkan diriku. Menghembuskan napas berkali-kali sampai pikiranku menjadi tenang. 3 hari mengenal Clark membuatku tahu sifat seperti apa yang dimiliki oleh Clark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Hurt
Teen FictionNathania Clara Aku mencintaimu tanpa tahu apa alasannya. Meski kau tak pernah menganggapku ada. Meski perlakuanmu selalu buruk. Meski semua itu membuatku sakit hati, aku tetap bertahan untuk mencintaimu. Aku mencintaimu dari aku menganggap itu hanya...