Sometimes reality is not like what you see
---
Tampak seorang gadis duduk disebuah kursi dengan kaki dan tangan yang terikat dan juga dua orang yang melangkah masuk kedalam ruangan kotor, berdebu dan gelap itu. Siapa pun tidak akan senang jika berada di dalam ruangan itu. Tapi, tidak untuk dua orang tadi. Hati mereka dipenuhi rasa kebahagiaan ketika melangkahkan kaki mereka masuk kedalam.
Terdengar suara tepukan tangan memenuhi ruangan. Membuat gadis yang sedang pingsan tadi membuka matanya perlahan membiarkan cahaya dari lampu merambat memasuki matanya. Belum sempat menerka-nerka dimana dia, seseorang yang tadi bertepuk tangan buka suara.
“Welcome! Welcome, Miss Brooklyn! Welcome to your biggest nightmare!” Seru orang itu sembari merentangkan tangannya lebar-lebar walaupun sempat mengenai dada seseorang yang berada dibelakangnya.
Gadis itu mengangkat wajahnya. Menyesuaikan dirinya dengan ruangan yang redup seperti ini. Ditatapnya dua orang yang berdiri dihadapannya. Didepannya, tampak seorang pria dewasa menggunakan setelan kerja kantoran dan dibelakang pria itu, ada seseorang anak laki-laki memakai topeng seperti baru saja merampok bank.
Gadis itu mengerutkan keningnya. Menatap kedua orang itu aneh. Dia sangat bingung tapi, tidak menanyakan apa-apa. Mulutnya bungkam. Menebak-nebak hal yang akan kedua orang itu lakukan kepadanya. Dibunuh? Disiksa? Dijadikan budak? Atau dijual? Yang terakhir cukup menyeramkan, batin Lycia.
Pria yang mengenakan setelan kerja pun mengeluarkan pisau Swiss dari saku blazernya. Membuka pisau yang terlipat-lipat itu dan memain-mainkannya ditangannya. Berjalan berputar-putar mengelilingi gadis itu seakan-akan gadis itu adalah pusat dari komedi putar.
Sunyi. Pria yang tadi sibuk berputar-putar tadi pun berhenti tepat didepan gadis itu. Berdiri membungkuk sembari menatap gadis yang sedang terikat dengan wajah datar yang mendapat tatapan yang tidak kalah datar juga. Sampai akhirnya pria itu menghembuskan nafasnya lalu menarik kursi kayu yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri dan duduk disana.
Sedangkan orang lain yang sedari tadi berdiri dibelakang pria itu melipat tangannya didada tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Apa dia tidak merasakan wajahnya panas karena terus-terusan mengenakan topeng itu? Jawabannya iya. Tapi, jika dia tidak mengikuti keinginan sang pria yang mengenakan setelan kerja, dia akan mendapat pukulan tepat dipelipis.
“Nice to meet you, Miss. How are you? Let me introduce myself. I’m Michael Bill. And he is my son. Take of the mask, Son! And yes, his name is Eric Louis Bill.”
Tepat ketika anak laki-laki dibelakang membuka topengnya, disaat itu juga Mr. Bill mengucapkan nama anak laki-laki itu yang membuat Lycia berpikir kalau dia tidak salah lihat.
Gadis itu tidak melongo atau pun meneriakkan kata seperti ‘apa’ atau ‘bagaimana mungkin’ seperti orang-orang pada umumnya. Dia diam menatap anak laki-laki yang sedang melipat tangannya didada tanpa ekspresi.
Michael pun mendengus. Dia tidak melihat ekspresi apapun dari wajah gadis itu. Yang sebenarnya dia harapkan adalah Lycia menatap Eric kesal lalu mencaci mereka atau tidak gadis itu meronta atau menangis agar dibebaskan. Itu akan lebih menarik bagi Michael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, I Love You ; M.E
FanfictionBerawal dari kembalinya aku ke tempat kelahiranku yang sudah kutinggalkan selama 4 tahun. Aku berpikir kalau semuanya akan baik-baik saja. Tapi, sebelum datangnya Matt dan beberapa insiden itu. What should i do?