Sorry for late update. Sibuk banget soalnya.
Dan, Chapter ini bakal panjang... Leave your vote/coment, okay?
Author’s POV
“Satu jam lagi.” gumam Michael sembari berjalan mondar-mandir seperti setrika membuat gadis yang bernama Lycia itu diam-diam menghembuskan nafas lega.
Pada akhirnya pun pria berusia 40 tahun-an itu pun memilih duduk. Lelah bergumam tidak jelas. Pria itu menghembuskan nafasnya lalu melirik anaknya yang berdiri tepat dibelakangnya.
“Aku akan keruanganku. Menunggu orang-orang itu tiba dan jaga gadis ini.”
Anak laki-lakinya mengangguk. Pria itu pun tersenyum kecil dan berjalan meninggalkan ruangan kotor dan pengap itu. Tersisalah Eric dan Lycia yang saling diam. Dengan Eric yang terus memperhatikan sekeliling dan Lycia yang selalu menatap ke bawah.Sometimes the reality not like you see.
Lycia merasa sangat bodoh karena sudah mempercayai seseorang yang sering bertingkah aneh seperti Eric. Seharusnya dia sadar keanehan Eric semenjak mereka berkenalan. Bagaimana bisa dia tahu namanya? Kenapa terkadang dia bersikap seperti baru saja keceplosan? Kenapa tiba-tiba Eric bisa di Wal-mart itu? Terlalu banyak kenapa dan bagaimana.
“Baru sadar kalau kau itu bodoh, eh?”
Lycia mengangkat kepalanya. Menatap Eric tajam tapi, tatapan itu perlahan-lahan berubah menjadi sendu. Sebelumnya tidak pernah seorang pun mengatainya bodoh. Lebih tepatnya tidak pernah ada yang berani.
Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang pengusaha yang sangat sukses sedangkan ibunya seorang perancang baju ternama. Banyak yang ingin mendekatinya. Tapi, dalam waktu yang sama mereka merasa ngeri dengan Lycia yang tentunya karena sikap dinginnya.
Dia populer. Why? She is pretty, smart and the point is rich. Dan tentu saja, tidak ada yang ingin mencari masalah dengannya. Mengingat orang tuanya adalah penyandang dana terbesar di sekolahnya, dia bisa saja melaporkan hal itu keorang tuanya untuk mengeluarkan orang itu dari sekolah. Walaupun sebenarnya, Lycia sama sekali tidak pernah melakukannya. Dia hanya mengancam.
Tapi, semua itu dulu. Dulu sebelum dia pindah ke California. Hidup sempurna itu perlahan berubah menjadi mimpi buruk. Siapa juga yang ingin diculik? Siapa juga yang ingin mati dengan cara yang tidak wajar? Tidak ada seorang pun menginginkannya.
Pada akhirnya gadis itu lelah. Lelah akan rasa penasaran dan rasa takutnya. Sampai dia menggumamkan “Tell me, what you want?”
•••
When I’m far away from you it’s like the best of me is gone.
Sedari tadi Matthew hanya melirik sekeliling dengan lesu. Dia tampak sangat menyedihkan belakangan ini. Tentunya dikarenakan Lycia. Entah bagaimana gadis dingin itu sangat berarti bagi Matt. Merasa seperti remote televisi yang salah satu baterainya hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, I Love You ; M.E
FanfictionBerawal dari kembalinya aku ke tempat kelahiranku yang sudah kutinggalkan selama 4 tahun. Aku berpikir kalau semuanya akan baik-baik saja. Tapi, sebelum datangnya Matt dan beberapa insiden itu. What should i do?